Apa Itu Skandal Partygate yang Membuat Eks PM Boris Johnson Bohongi Parlemen?

20 Juni 2023 12:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson saat menyampaikan pengunduran diri dari jabatannya di kediaman resmi, 10 Downing Street, London, Inggris, Jumat (8/7/2022). Foto: Justin Tallis/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson saat menyampaikan pengunduran diri dari jabatannya di kediaman resmi, 10 Downing Street, London, Inggris, Jumat (8/7/2022). Foto: Justin Tallis/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eks Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dihukum oleh parlemen House of Commons usai dianggap terbukti telah berulang kali membohongi mereka perihal skandal 'Partygate'.
ADVERTISEMENT
Keputusan ini diambil berdasarkan hasil pemungutan suara di parlemen yang dilaksanakan pada Senin (19/6) kemarin.
Para anggota parlemen — termasuk Partai Konservatif (Tory), memberikan suara atas laporan dari Komite Hak Istimewa House of Commons, yang diterbitkan pekan lalu.
Dalam laporan itu, dikatakan bahwa Johnson telah melakukan pelanggaran serius terhadap parlemen. Ketika dia masih menjadi perdana menteri, Johnson mengatakan seluruh aturan lockdown di 10th Downing Street selama pandemi COVID-19 telah dipatuhi setiap saat.
Namun, pernyataan Johnson bertentangan dengan beredar luasnya informasi perihal penyelenggaraan berbagai pesta di 10th Downing Street yang melanggar aturan lockdown nasional.
Apa sebenarnya skandal 'Partygate' yang menyeret nama Boris Johnson?
Skandal ini dilaporkan mulai muncul ke permukaan saat pandemi pada 2020 dan 2021, ketika Johnson menjadi simbol pemerintahan Inggris.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan Komite Hak Istimewa, dikatakan terdapat enam pertemuan yang berlangsung di gedung-gedung pemerintahan — ketika pada saat bersamaan Johnson sering muncul di televisi untuk mendesak masyarakat mematuhi lockdown dan social distancing.
Orang-orang berjalan di National Covid Memorial Wall, London, Inggris, Selasa (4/10/2022). Foto: Peter Nicholls/Reuters
Kala itu, masyarakat Inggris dilarang berkumpul di dalam ruangan dengan orang-orang di luar rumah mereka.
Jika mereka tinggal sendirian, mereka hanya boleh bertemu dengan salah seorang anggota rumah tangga lain. Pertemuan di luar ruangan pun dibatasi hingga enam orang saja.
Sehingga mereka tidak dapat mengunjungi teman dan keluarga, atau bahkan mengucapkan perpisahan kepada kerabat mereka yang sekarat di rumah sakit.
Kemudian, CNN melaporkan terdapat sebuah pesta yang diadakan di 10th Downing Street di malam hari sebelum pemakaman Pangeran Philip pada April 2021.
ADVERTISEMENT
Kala itu, akibat pembatasan ketat COVID-19 mendiang Ratu Elizabeth II terpaksa melayat suaminya seorang diri di St. George's Chapel, Kastil Windsor. Pemerintah Inggris diketahui sempat meminta maaf kepada Elizabeth II atas perihal tersebut.
Ratu Elizabeth selama pemakaman Pangeran Philip di Kapel St George, di Windsor, Inggris, Sabtu (17/4). Foto: Yui Mok/Pool via REUTERS
Dikutip dari Associated Press, pesta-pesta lain yang dirinci dalam laporan tersebut termasuk pesta perpisahan untuk staf dan acara minum anggur di malam Natal.
Johnson dilaporkan menghadiri beberapa di antaranya, seperti pertemuan di taman 10th Downing Street pada 20 Mei 2020 yang menyediakan alkohol. Para staf yang hadir diajak membawa minuman alkoholnya sendiri dan sekretaris pribadi Johnson mengundang lebih dari 200 orang.
Kemudian pada 19 Juni 2020 pesta kembali digelar di Ruang Kabinet untuk merayakan ulang tahun Johnson. Kue dan alkohol juga disediakan di sana dan menurut foto-foto yang beredar, sedikitnya ada 17 orang lain dalam ruangan itu.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyampaikan pidato pada hari terakhirnya menjabat, di Downing Street, di London Inggris, Selasa (6/9/2022). Foto: Hannah McKay/REUTERS
Kenangan yang memicu amarah warga Inggris ini kembali muncul, setelah surat kabar lokal Sunday Mirror mempublikasikan soal video yang menunjukkan para staf sedang minum-minum dan berdansa di 10th Downing Street pada Desember 2020.
ADVERTISEMENT
Kepolisian Metropolitan London langsung menyelidiki peristiwa itu, yang digambarkan BBC sebagai pesta 'jingle and mingle' menjelang Natal.

Respons Johnson

Pria berusia 59 tahun itu pada gilirannya berulang kali mengatakan kepada parlemen bahwa pihaknya telah mematuhi peraturan dan pedoman COVID-19 selama pandemi berlangsung.
Johnson mengeklaim telah mengandalkan jaminan dari para penasihat bahwa tidak ada peraturan yang dilanggar. Dia juga sempat mengatakan kepada parlemen bahwa penyelenggaraan acara-acara tersebut penting dilakukan untuk tujuan pekerjaan — termasuk untuk menghargai para staf.
Boris Johnson, Menteri Luar Negeri Inggris. Foto: dok. Reuters
Meski demikian, Johnson didesak mundur dari jabatannya pada Juli 2022 atas skandal tersebut dan diikuti oleh isu-isu lainnya, seperti skandal pelecehan seksual serta kenaikan inflasi yang tak kunjung usai sejak Brexit.
ADVERTISEMENT
Kemudian, setelah menerima laporan dari Komite Hak Istimewa pada pekan lalu perihal isu-isu yang menyangkut dirinya — khususnya Partygate, Johnson memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai anggota parlemen dan Tory.
Dalam sebuah laporan setebal 106 halaman, Komite Hak Istimewa melaporkan Johnson telah secara sadar dan sengaja membohongi parlemen. Dia pun dianggap telah berupaya mengelabui komite itu ketika penyelidikan berlangsung.
Para staff Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson berada di kediaman resmi, 10 Downing Street, London, Inggris, Jumat (8/7/2022). Foto: Niklas HALLE'N/AFP
"Pelanggaran ini menjadi lebih serius karena dilakukan oleh perdana menteri, anggota paling senior dalam pemerintahan," bunyi laporan tersebut.
Laporan dari Komite Hak Istimewa juga menggarisbawahi klausa bahwa ini merupakan untuk pertama kalinya seorang perdana menteri Inggris terbukti 'membohongi' parlemen.
Adapun pemungutan suara atas laporan setebal 106 halaman dari Komite Hak Istimewa ini lolos dengan 354 suara banding 7. Sejumlah anggota Tory diketahui tidak hadir dan abstain dalam pemungutan suara atas arahan dari Johnson.
ADVERTISEMENT
Sebagai hukumannya, Johnson seharusnya menghadapi masa penangguhan selama 90 hari dan tidak diizinkan memasuki gedung 10th Downing Street.
Namun, lantaran Johnson sudah mengundurkan diri pada pekan lalu maka dia tidak akan menjalani hukuman-hukuman tersebut.