Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Apa yang Terjadi di Venezuela Sampai Capres Oposisi Kabur ke Spanyol?
9 September 2024 10:33 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Calon presiden oposisi Venezuela , Edmundo Gonzalez, membuat langkah mengejutkan dengan meninggalkan negaranya dan mencari suaka di Spanyol.
ADVERTISEMENT
Kepergian Gonzalez terjadi di tengah situasi politik yang memanas pasca-pemilihan umum Venezuela pada 28 Juli lalu. Pasalnya, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengeklaim kemenangan atas pemilu tersebut.
Namun hasil itu ditolak keras oleh tim pemenangan Gonzalez, warga Venezuela, hingga komunitas internasional. Mereka menyebut pemilu itu sarat dengan kecurangan.
Lantas Mengapa Gonzalez Kabur?
Kaburnya Gonzalez bukan tanpa alasan. Pemerintah Venezuela telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya, menuduhnya melakukan konspirasi dan pemalsuan dokumen di antara berbagai tuduhan lainnya.
Akibatnya, Gonzalez sempat bersembunyi selama berminggu-minggu di Kedutaan Besar Spanyol di Caracas. Ia akhirnya tiba di pangkalan udara militer Torrejón de Ardoz, Madrid, bersama istrinya pada Sabtu (7/9).
Setibanya di Spanyol, González mengatakan dirinya berjanji akan “terus berjuang” demi kebebasan dan demokrasi di Venezuela.
ADVERTISEMENT
“Yakin bahwa kami akan segera melanjutkan perjuangan untuk mencapai kebebasan dan pemulihan demokrasi di Venezuela,” ujar González dalam pesan audionya.
Sebelumnya, Gonzalez mengungkap alasannya meninggalkan Caracas ialah lantaran tekanan dan ancaman yang intens dari pihak berwenang.
"Keberangkatan saya dari Caracas dikelilingi oleh berbagai tekanan, paksaan, dan ancaman bahwa saya tidak akan diizinkan pergi," katanya, seperti dikutip dari BBC.
Oposisi Dibungkam
Oposisi Venezuela menuduh pemerintah Maduro melakukan "gelombang represi brutal" terhadap lawan politik pascapemilu.
Maria Corina Machado, salah satu pemimpin oposisi, bahkan menyebut nyawanya berada dalam bahaya, sehingga memutuskan untuk meninggalkan negara itu.
Machado sempat diprediksi akan mencalonkan diri sebagai kandidat melawan Maduro, namun dicegah oleh otoritas yang loyal kepada presiden.
Oposisi mengeklaim memiliki bukti bahwa Gonzalez sebenarnya memenangkan pemilu dengan selisih suara yang signifikan. Mereka bahkan mengunggah data penghitungan suara rinci yang menunjukkan kemenangan Gonzalez atas Maduro.
ADVERTISEMENT
Namun, pemerintah Venezuela menolak untuk merilis data pemungutan suara yang lebih lengkap. Hal itu pun memicu penolakan hasil pemilu oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan mayoritas pemerintah asing.
Pada akhir Juli, ribuan warga pun memadati sejumlah kota besar di Venezuela menuntut Presiden Nicolas Maduro mengakui kekalahannya.
Dukungan Internasional
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam pernyataannya menyebut kepergian Gonzalez sebagai akibat langsung dari tindakan anti-demokrasi yang dilancarkan Nicolas Maduro.
"Hasil pemilihan umum dan keinginan rakyat tidak dapat begitu saja dikesampingkan oleh Maduro dan otoritas pemilihan umum Venezuela," tuturnya seperti dikutip dari BBC.
Sementara itu, Wakil Presiden Komisi Eropa, Josep Borrell, menyebut peristiwa ini sebagai hari yang menyedihkan bagi demokrasi di Venezuela.
"Dalam demokrasi, tidak ada pemimpin politik yang boleh dipaksa mencari suaka di negara lain," tegasnya seraya menyerukan diakhirinya penindasan terhadap oposisi di Venezuela.
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, menyebut Gonzalez sebagai pahlawan dan menegaskan bahwa Spanyol akan memberikan perlindungan kepadanya.
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, juga menegaskan komitmen Madrid terhadap hak-hak politik semua warga Venezuela.
Kepergian Gonzalez juga terjadi bersamaan dengan aksi pengepungan Kedutaan Besar Argentina di Caracas oleh pasukan keamanan Venezuela, tempat di mana enam tokoh oposisi berlindung.
Dalam pernyataan resminya, pemerintah Venezuela menuding kedutaan Argentina telah digunakan untuk merencanakan upaya pembunuhan terhadap Maduro dan Rodriguez.
Venezuela telah memutus hubungan diplomatik dengan Argentina setelah pemilu. Sementara Brasil, Kolombia, dan Meksiko meminta pemerintah Venezuela untuk mempublikasikan hasil pemilu secara lengkap.
Namun, hingga kini otoritas pemilu Venezuela tetap mengeklaim kemenangan Maduro untuk masa jabatan ketiga.
Brasil terkejut dengan keputusan sepihak ini dan mendesak Maduro menghormati Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik.
ADVERTISEMENT
Argentina pun memperingatkan bahwa tindakan seperti ini memperkuat keyakinan bahwa hak asasi manusia tidak dihormati di Venezuela. Mereka telah meminta Mahkamah Pidana Internasional untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Maduro dan pejabat pemerintah lainnya atas peristiwa pasca-pemilu.