news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Apa yang Terjadi saat Amerika Serikat Keluar dari WHO?

8 Juli 2020 17:37 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor WHO di Jenewa, Swiss. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Kantor WHO di Jenewa, Swiss. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) tak main-main soal ancaman keluar dari WHO. Jika tak ada aral melintang, AS resmi keluar dari organisasi kesehatan dunia itu per 7 Juli 2021. Keputusan itu menyusul ketidakpuasan Presiden Donald Trump terhadap kebijakan WHO selama pandemi corona.
ADVERTISEMENT
Bagi Trump, WHO sudah gagal menangani penyebaran virus corona. Trump bahkan menuding WHO tak lebih sebagai boneka China. Tudingan itu disebabkan keengganan WHO untuk meminta pertanggung jawaban China atas pandemi yang kini sudah menjangkiti lebih dari 200 negara.
“Mereka (WHO) adalah boneka China, mereka China-sentris, dan mereka banyak memberikan kita saran yang buruk” kata Trump dilansir AFP, Selasa (19/5).
Presiden AS Donald Trump. Foto: Carlos Barria/REUTERS
Dari segi historis, AS sebetulnya merupakan salah satu inisiator berdirinya WHO. Kala dibentuk pada 7 April 1948, WHO memiliki visi untuk mengatasi persoalan kesehatan global secara bersama. AS berperan penting dalam keberlangsungan organisasi itu.
Lantas, apa yang akan terjadi saat AS keluar dari WHO?

Penanganan Kesehatan Dunia Melambat

Jauh sebelum AS benar-benar memutuskan keluar dari WHO, asosiasi dokter di AS sudah memperingatkan Trump agar terus aktif di organisasi tersebut. Bagi dokter-dokter di AS, rencana Trump itu hanya akan memperburuk penanganan corona.
ADVERTISEMENT
"Tindakan ini (keluar dari WHO) tidak masuk akal. Keputusan itu akan berdampak signifikan dan berbahaya. Terutama karena WHO memimpin pengembangan vaksin dan obat-obatan di seluruh dunia untuk memerangi pandemi,” kata Presiden Asosiasi Medis AS, Patrice Harris, dilansir CNN, Sabtu (30/5)
Petugas medis mengenakan pakaian pelindung saat mengumpulkan swab tes di layanan pengujian drive-thru di Kota Doha, Qatar. Foto: AFP/KARIM JAAFAR
WHO hingga saat ini memang masih berfokus untuk menciptakan vaksin corona. Ratusan juta vaksin corona ditargetkan tersedia tahun ini. Selain itu, WHO juga berencana untuk memproduksi 2 miliar dosis vaksin pada akhir 2021.
Jika AS hengkang, bukan tidak mungkin target-target itu akan tertunda. Itu semua dapat terjadi lantaran AS merupakan kontributor terbesar bagi WHO.
Per 31 Maret 2020, AS menyumbang USD 115,8 juta atau sekitar Rp 1,65 triliun per tahun. Jumlah itu dua kali lipat dari apa yang disumbangkan China ke WHO, yaitu USD 57,4 juta atau sekitar Rp 833 miliar per tahun.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang perlu dicatat adalah, corona bukanlah satu-satunya penyakit yang penanganannya akan terhambat. CEO America Academy of Pediatrics, Del Monte, bahkan menyebut keluarnya AS akan berdampak terhadap sejumlah penanganan penyakit lain.
“Menarik dukungan dari WHO tidak hanya membahayakan respons global terhadap COVID-19 dan menutup kemungkinan agar AS mereformasi organisasi itu, tetapi juga memperburuk ancaman kesehatan lainnya yang berdampak pada anak-anak,” kata Mark Del Monte.
Nyamuk Anopheles penyebar malaria. Foto: Jim Gathany/CDC via Wikimedia Commons
Ancaman kesehatan serius selain corona yang dimaksud Del Monte adalah polio dan malaria. Tanpa dukungan AS, kampanye vaksinasi terhadap dua penyakit itu akan terhambat. Akibatnya, akan ada lonjakan kasus polio dan meningkatnya kasus kematian akibat malaria. Dua bom waktu itu diperkirakan akan meletus usai pandemi.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan corona, orang yang terinfeksi malaria lebih banyak. Pada tahun 2019, ada 228 juta orang di seluruh dunia yang terinfeksi. Menurut catatan WHO, ada sekitar 270 ribu balita yang meninggal akibat malaria setiap tahunnya.

Pengaruh Amerika Serikat Digantikan China

Selain penanganan kesehatan yang terhambat, keluarnya AS dari WHO juga ditengarai akan mengubah peta geopolitik global.
Anggota Kongres AS, Will Hurd, menyebut citra AS di mata dunia akan terpuruk, sementara China yang justru akan semakin berpengaruh.
Presiden China Xi Jinping (kanan) berada di Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan, Provinsi Hubei China, Selasa (10/3). Foto: Xie Huanchi/Xinhua via REUTERS
Dalam opininya di New York Times, Jumat (29/5), Hurd menyebut keputusan Trump keluar dari WHO tidak menguntungkan secara politis. Hurd menyebut bahwa keterlibatan AS di WHO justru sangat diperlukan di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
“Meninggalkan WHO menandakan bahwa dunia tidak dapat mengandalkan Amerika Serikat,” katanya.
Alih-alih berharap kepada AS, kata dia, dunia akan mulai berharap kepada China. Menurutnya, China akan memainkan peran sentral dalam membangun citra baiknya di dunia internasional.
Tim medis Rumah Sakit Cernusco sul Naviglio di Milan, Italia membantu pasien corona saat video call dengan kerabat. Foto: REUTERS/Flavio Lo Scalzo
Analisis Hurd barangkali memang tak berlebihan. Saat awal pandemi mengemuka, China menjadi negara yang paling siap dan serius untuk membantu sejumlah negara lain.
Misalnya, saat Italia menjadi episentrum corona di Eropa, China merupakan negara pertama yang mengirim petugas medis dan ke negara itu. Dilansir South China Morning Post, Jumat (13/3), China bahkan mengirim berton-ton bantuan ke Italia.
Lebih jauh lagi, AS tak akan lagi terlibat dalam kebijakan yang dibuat oleh WHO. Mantan kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, Dr. Thomas Frieden, menyebut di titik inilah posisi AS akan digerus oleh China.
ADVERTISEMENT
"Sekarang, China dan setiap negara lain di dunia akan memiliki hak veto di WHO, dan AS tidak akan punya lagi. Ini akan membuat AS semakin rentan," kata Frieden.
****
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
****
Saksikan video menarik di bawah ini.