

Memasuki Ramadhan hari kelima, dan apa yang sebenarnya telah kita lalui selain haus, lapar, dan kekenyangan makan gorengan saat berbuka? Coba jawab pertanyaan-pertanyaan dasar di bawah:
Dari mana kata puasa berasal?
Mengapa, saat syahadat tetap disebut syahadat, salat tetap disebut salat, zakat tetap zakat, dan haji tetap haji, namun siyam memiliki kata lain di bahasa Indonesia yaitu puasa?
Benarkah puasa adalah singkatan dari pupus rasa?
Mengapa puasa Ramadhan harus satu bulan?
Sejak kapan puasa Ramadhan diwajibkan bagi umat Islam?
Bila Anda tak tahu jawabannya, jangan khawatir. kumparan mewawancarai Abdul Muta'ali dan Turita Indah Setyani, pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dan mencermati berbagai referensi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sejak kapan perintah puasa disyariatkan?
Puasa Ramadhan disyariatkan di tahun kedua hijriah (623 Masehi), dua tahun setelah Nabi tiba di Madinah. Selama di Makkah, tidak ada aturan terhadap umat Islam khususnya untuk melaksanakan puasa.
Tapi Nabi sebagai pribadi sudah melaksanakan puasa. Inilah yang mengakibatkan para elite dan para tokoh seperti Abu Bakar, Umar, Usman, mudah sekali menerima Islam.
Kenapa? Karena masyarakat jahiliah Arab sangat kental dengan klan, perbudakan. Sementara puasa adalah bentuk bagaimana kita merasakan susahnya jadi budak. Susahnya jadi orang lapar, susahnya tidak punya pekerjaan, susahnya tidak ada sandang pangan.
Nabi berpuasa sebagaimana merasakan kepedihan para budak itu. Sehingga inilah yang membuat para senior, para elite di Makkah, menerima Muhammad sebagai seorang prophet dengan sangat mudah.
Nyatanya, generasi pertama yang menerima Islam memang paling banyak berasal dari kalangan menengah ke bawah, khususnya para budak.
Kenapa perintah puasa baru diturunkan setelah Nabi hijrah ke Madinah, bukan saat Islam pertama kali diperkenalkan di Makkah?
Menurut Muta’ali, pertama kali Islam datang itu bukan terkait masalah hukum, tetapi masalah teologis. Manusia diperkenalkan dulu: percaya nggak ada Tuhan?
Bumi Langit ini ada yang menciptakan. Ia hadir tak begitu saja. Adanya semesta pasti karena ada Yang Maha Kuasa. Jadi, adanya yang hadir itu karena ada yang menghadirkan. Makanya orientasi Islam pertama kali adalah menggenjot masalah tauhid.
Yang kedua, menggenjot masalah keadilan, tidak berbicara masalah hukum, salat, zakat, haji. Bahkan haji itu baru dilaksanakan di tahun Nabi wafat, ke-10 Hijriah.
Salat disyariatkan pada periode terakhir dakwah Makkah, selesai nabi Isra Miraj. Sementara puasa Ramadhan baru dilaksanakan di Madinah, dua tahun setelah kedatangan Nabi.
Jadi, periode dakwah Makkah—saat Islam pertama kali disiarkan—itu dikhususkan untuk menggenjot keyakinan yang sangat fundamental, bahwa manusia ada karena ada Yang Maha Mengadakan. Ini yang paling fundamental.
Kenapa puasa Ramadhan disyariatkan selama satu bulan penuh?
Kenapa mesti 30 hari? Inilah bentuk arif dan bijaksananya Tuhan. Dalam Islam, satu kebaikan dikalikan 10. Barang siapa melakukan kebaikan satu, maka dilipatgandakan jadi 10. 30 hari dikali 10 berapa? 300.
Setelah puasa Ramadhan, umat Islam disyariatkan puasa enam hari di Syawal. Enam kali 10 berapa? 60. Jadi kalau ditambah jadi berapa? 360 hari.
Jadi, barang siapa puasa Ramadhan dan puasa Syawal, seperti puasa satu tahun penuh.
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad bersabda:
“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, “Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku.”
Bagaimana Nabi Muhammad menjalankan puasa Ramadhan?
Nabi Muhammad menjalani puasa Ramadhan bersama umatnya sebanyak sembilan kali. Beliau meninggal pada 11 Hijriah.
Selama berpuasa, Nabi melakukan beberapa kebiasaan dan amalan yang kemudian dianjurkan kepada umat Islam. Dalam hadis riwayat Ahmad, Nabi Muhammad bersabda, “Umatku senantiasa dalam keadaaan baik selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.”
Selama Ramadhan, Nabi Muhammad juga disebut sebagai orang yang paling dermawan. Hadis Muttafaqun Alaih (yang telah disepakati bersama) berbunyi, ketika ditemui Malaikat Jibril, Nabi Muhammad lebih dermawan daripada angin yang ditiupkan.
Dari mana asal kata puasa? Benarkah itu singkatan dari pupus rasa?
Menurut Turita, mungkin saja singkatan pupus rasa menjadi puasa itu benar. Tapi, dia bilang, kita harus mengingat bahwa orang Jawa kerap kali gothak-gathik-gathuk (mencocok-cocokkan dan asal percaya).
Sementara itu, dikutip dari Historia, kata puasa berasal dari bahasa Jawa, yaitu poso. Poso sendiri berasal dari bahasa Jawa Tengahan dan Jawa Kuno, yaitu pasa.
Lebih jauh lagi, pasa adalah kata serapan dari bahasa Sanskerta yang berarti jerat, ikatan, atau kekangan. Dus, puasa adalah kegiatan mengekang nafsu, hasrat, dan keinginan.
Nah, di Jawa, puasa sudah eksis sebelum Islam masuk. Tradisi Jawa mengenal puasa mutih, ngrowot, patigeni, dan sebagainya, yang biasa dilakukan sebagai salah satu bagian dari tapa dan semedi.
Ketika puasa sebagai rukun Islam masuk, tak dirasa kebutuhan khusus untuk menggunakan kata lain selain puasa karena hakikatnya sama.
Dalam raga bahasa Jawa yang lebih halus (kromo), “siyam” memang digunakan sebagai pengganti kata puasa. Namun, kata puasa atau pasa jauh lebih banyak digunakan.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk, bantu donasi untuk atasi dampak corona