Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ASEAN terus berkomitmen menciptakan kawasan Laut China Selatan yang aman dan stabil melalui berbagai upaya diplomasi. Pernyataan ini disampaikan jelang pertemuan antar menteri ASEAN di Laos.
ADVERTISEMENT
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, Sidharto R. Suryodipuro, menekankan pentingnya stabilitas di Laut China Selatan (LCS) dan langkah-langkah yang diambil ASEAN untuk menciptakan perdamaian.
Ia menegaskan, fokus utama ASEAN terkait isu LCS adalah penyelesaian Code of Conduct (CoC). CoC dibentuk sebagai sebuah mekanisme operasional pencegahan konflik dan bertujuan untuk mengatur tata perilaku negara secara efektif.
"CoC ini bukan untuk negosiasi mengenai wilayah atau hak maritim, tetapi lebih pada negosiasi yang berkaitan dengan stabilitas kawasan," jelas Sidharto dalam Press Briefing Pre-Event the 57th ASEAN Foreign Ministers' Meeting and Post Ministerial Conference (AMM-PMC) di Jakarta, Jumat (19/7).
Terkait dengan aturan baru yang diterapkan oleh China dan dampaknya terhadap Laut Natuna Utara, Sidharto menegaskan bahwa Indonesia akan tetap memperjuangkan hak kedaulatannya.
ADVERTISEMENT
"Tentunya Indonesia sebagai pihak yang menurut hukum nasional itu adalah bagian dari kedaulatan Indonesia. Tentunya kita harus menuntut hak kita, hak berdaulat, sovereign rights, terhadap kawasan tersebut," tegasnya di hadapan wartawan.
Sebelumnya, ASEAN secara konsisten menyuarakan posisinya mengenai LCS melalui berbagai pernyataan resmi.
"Pada akhir tahun lalu, ASEAN mengeluarkan pernyataan tentang promoting stability and solid stage adjustment atmosphere. Di situ ada posisi ASEAN mengenai LCS," ungkap Sidharto.
Ia juga menekankan bahwa Asia Tenggara merupakan kawasan maritim yang penting bagi lalu lintas dunia, sehingga ASEAN perlu mengambil tanggung jawab yang lebih besar di kawasan maritimnya.
Laut China Selatan merupakan wilayah strategis yang berbatasan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan China.
ADVERTISEMENT
Di beberapa bagian terjadi tumpang tindih yurisdiksi antara claimant states (Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan, China) yang menjadikan potensi konflik di wilayah ini cukup tinggi.
Di periode Keketuaan Indonesia di ASEAN, inisiatif Indonesia untuk mempercepat proses CoC di Laut China Selatan berhasil disepakati oleh seluruh negara ASEAN dan China pada 1 September 2023.
Sejumlah pertemuan ASEAN yang akan datang tidak hanya membahas isu LCS, tapi juga berbagai topik penting lainnya, termasuk kemajuan situasi di Myanmar dan berbagai kerja sama dengan mitra internasional.