Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Asia Tenggara Pecahkan Rekor dengan Suhu Udara Tertinggi: 45 Derajat Celsius
20 April 2023 17:36 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Suhu udara di berbagai negara di kawasan Asia Tenggara terus mencapai rekor tertinggi.
ADVERTISEMENT
Hal ini terjadi, seiring dengan gelombang panas yang menyengat sepanjang April di hampir seluruh wilayah tersebut tanpa ada tanda-tanda bakal mereda.
Pada pekan ini, sejumlah negara di Asia Tenggara mencatat suhu udara tertinggi yang pernah ada. Beberapa di antaranya yaitu negara tetangga dekat Indonesia seperti Laos, Thailand, dan Myanmar — Indonesia sendiri tidak disebutkan.
Dikutip dari CNN, Laos pada Selasa (18/4) menjadi negara terbaru yang mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang masa, dengan suhu mencapai 42,7 derajat Celsius di bagian utara Laos, Kota Luang Prabang.
Sementara itu, seorang pengamat cuaca terkemuka yang namanya tercatat dalam situs web resmi Guinness World Records, Maximiliano Herrera, melaporkan bahwa Myanmar mengalami rekor suhu tertinggi pada Senin (17/4).
ADVERTISEMENT
Kala itu, Kabupaten Kalewa yang berada di wilayah Sagaing tengah mencapai 44 derajat Celsius.
Thailand Capai Suhu Udara Tertinggi
Adapun rekor suhu udara tertinggi paling parah dirasakan di Thailand, yang diperburuk oleh polusi udara akibat kebakaran hutan dan pembakaran lahan.
Selama akhir pekan, menurut data yang dihimpun oleh Badan Meteorologi Thailand, negara ini mencapai suhu 45 derajat Celsius untuk pertama kalinya dalam sejarah.
“Provinsi Tak di bagian barat mencapai suhu 45,4 derajat Celsius pada hari Sabtu, sementara sebagian besar wilayah Thailand berada pada suhu 30-an hingga 40-an sejak akhir Maret,” jelas Herrera.
Pada awal April, otoritas Thailand telah mengeluarkan peringatan keselamatan untuk sejumlah provinsi karena indeks suhu panas diperkirakan mencapai 50,2 derajat Celsius di Distrik Bang Na, Ibu Kota Bangkok.
ADVERTISEMENT
Sementara menurut pernyataan dari sekretariat perdana menteri, wilayah Bang Na kemungkinan bisa lebih tinggi, yaitu 52,3 derajat Celsius.
Lebih lanjut, indeks suhu panas adalah suhu udara sesungguhnya yang dirasakan dan mengukur dampaknya berdasarkan suhu udara dan kelembapan udara. Antara suhu udara yang diukur dengan apa yang dirasakan sesungguhnya kemungkinan berbeda, bisa lebih panas atau sebaliknya.
Bangkok dan Chiang Mai Jadi Kota Paling Tercemar
Biasanya, April dan Mei merupakan bulan-bulan terpanas dalam satu tahun di Asia Tenggara, sebab suhu udara selalu meningkat sebelum musim hujan tiba.
Namun, suhu panas di Thailand tahun ini diperparah oleh kabut asap beracun dan polusi udara yang intens, hingga menimbulkan berbagai penyakit pernapasan.
Hampir tiga juta orang berobat ke rumah sakit lantaran menderita berbagai gangguan pernapasan akibat polusi sejak awal 2023. Hal itu dikonfirmasi oleh seorang pejabat di Dinas Kesehatan Masyarakat Thailand, Dr Opas Karnkawinpong, pada Rabu (19/4).
“Kualitas udara yang buruk telah menyebabkan 2,4 juta orang mencari perawatan medis sejak awal tahun, dengan 184.465 orang dirawat di rumah sakit pada minggu ini saja,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Opas menambahkan, selain gangguan pernapasan keluhan lainnya yang paling sering diderita masyarakat adalah dermatitis, radang mata, dan sakit tenggorokan.
Selain di Bangkok, situasi di salah satu kota yang menjadi destinasi wisata favorit di Thailand, Chiang Mai, justru semakin parah. Kawasan di bagian utara ini menduduki peringkat pertama sebagai kota paling tercemar di dunia selama tujuh hari berturut-turut.
Menurut laporan badan pemantau kualitas udara IQAir pada Kamis (20/4), bersama Kota Chiang Mai, Ibu Kota Bangkok termasuk di antara kota-kota yang paling tercemar di dunia.
Rumah Sakit Penuh
Sedikitnya satu rumah sakit di Kota Chiang Mai melaporkan bahwa mereka tidak lagi memiliki kamar kosong untuk merawat pasien, lantaran banyaknya jumlah orang yang berobat dan mengeluh gangguan pernapasan.
ADVERTISEMENT
Keluhan serupa turut dikonfirmasi oleh sejumlah pengguna Facebook di Thailand. “Hari ini sangat berkabut. Saya batuk-batuk,” tulis dia.
“Saya mengalami sakit tenggorokan dan batuk-batuk. Saya melakukan tes untuk COVID-19, tapi bukan itu. Melihat tingkat polusi, bisa jadi itu penyebabnya,” imbuhnya.
Para ilmuwan mengatakan, seiring dengan semakin cepatnya dirasakan dampak perubahan iklim oleh perbuatan manusia dan peningkatan suhu global, maka gelombang panas akan semakin sering terjadi.
Dampak nyata dari perubahan iklim itu khususnya paling dirasakan oleh negara-negara tropis, yang sebagian besar berada di Asia.
Sebuah studi di tahun 2022 menemukan bahwa penduduk di wilayah ini kemungkinan besar terpapar panas matahari yang berbahaya hampir setiap harinya sepanjang tahun.
Hari-hari dengan suhu udara yang sangat berbahaya atau sekitar 51 derajat Celsius, dapat meningkat hingga dua kali lipat lebih sering.
ADVERTISEMENT
Para ahli turut mengemukakan pendapat bahwa gelombang panas tersebut mendorong batas kemampuan manusia untuk bertahan hidup.
Sementara suhu yang sangat panas di Asia Tenggara diperkirakan akan terus berlanjut, setidaknya hingga pekan depan.