Awal Mula Revitalisasi Lapangan Banteng yang Kini Keren

7 Mei 2018 17:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lapangan Banteng. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lapangan Banteng. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wajah baru Lapangan Banteng akan menyapa warga Jakarta sebelum Ramadhan tiba. Ini berarti, taman seluas 5,2 hektar di jantung kota itu siap melenggang sebagai pusat olahraga dan ruang terbuka hijau berkelas internasional.
ADVERTISEMENT
“Mudah-mudahan (Lapangan Banteng) bisa dirasakan sebelum bulan puasa dimulai," terang Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno saat meninjau lokasi, Senin (7/3).
Jauh sebelum wajah baru itu menyapa, Lapangan Banteng dikenal sebagai tempat bagi warga untuk menghabiskan akhir pekan. Letaknya yang berdekatan dengan Gereja Katedral, juga tak terlalu jauh dari Masjid Istiqlal, menyebabkan tempat itu kian strategis untuk disambangi.
Berdasarkan catatan kumparan (kumparan.com), upaya renovasi Lapangan Banteng itu datang pada masa pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Bagaimana Gagasan dari Ahok itu Bermula?
Dalam sebuah cuitan di media sosial Twitter, Ahok pada Kamis (27/10/2016) mengatakan akan merenovasi Lapangan Banteng agar bertaraf internasional. Dalam cuitan itu, dia turut menambahkan sebuah video berdurasi 1 menit 55 detik yang berisi visualisasi 3 dimensi peningkatan fasilitas di lapangan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Agustus 2017 sudah bisa terlihat Lapangan banteng dengan fasilitas bertaraf internasional untuk kegiatan warga Jakarta,” tulis Ahok, Kamis (27/10/2016).
Upaya Ahok untuk merenovasi Lapangan Banteng itu sendiri merupakan bentuk keresahannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Selama ini, kata dia, Lapangan Banteng yang memiliki nilai sejarah itu tak begitu terlihat oleh warga Jakarta.
"Kamu tau nggak itu patung apa di Lapangan Banteng? Itu adalah monumen pembebasan Irian Barat. Banyak orang nggak tahu angkatan sekarang. Dulu kita pernah perang hebat melawan barat dengan sekutunya. Nah itu kita mau desain ulang Lapangan Bantengnya," kata Ahok, seperti dikutip dari situs resmi Pemprov DKI, Sabtu (28/8/2017).
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). (Foto: Fanny Kusumawardhani)
zoom-in-whitePerbesar
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). (Foto: Fanny Kusumawardhani)
Berangkat dari keresahan itu, Ahok juga merencanakan untuk menciptakan danau buatan di bawah monumen tersebut. Selain itu, dia juga membayangkan keberadaan jembatan yang saling terhubung. Tujuannya untuk menonjolkan Monumen Pembebasan Irian Barat, agar bisa lebih terlihat oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Bawahnya itu mau dibikin kayak danau, lalu ada jembatan layang di antara danau, supaya monumen Pembebasan Irian Barat ini muncul. Dan ada sarana olahraga dan taman juga," ucap dia
Desain Lapangan Banteng setelah revitalisasi (Foto: Dinas Kehutanan Pemprov DKI)
zoom-in-whitePerbesar
Desain Lapangan Banteng setelah revitalisasi (Foto: Dinas Kehutanan Pemprov DKI)
Peletakan Batu Pertama oleh Soemarsono
Pada hari-hari sebelum Ahok cuti dari jabatan gubernur untuk kampanye putaran kedua di Pilkada DKI, dia sempat menitipkan proyek revitalisasi itu kepada Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Sumarsono. Saat itu, Sumarsono didapuk menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta.
Di tangan Sumarsono, amanah yang dititipkan dari Ahok itu benar-benar direalisasikan. Hal itu ditandai oleh peletakan batu pertama (groundbreaking) yang dilakukan Sumarsono pada pengerjaan proyek tersebut.
"Ini merupakan salah satu dari sembilan pekerjaan rumah yang dititipkan kepada saya untuk paling segera diselesaikan. Pada kesempatan pertama yaitu revitalisasi Lapangan Banteng," terang Sumarsono dalam sambutannya di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (17/3/2017).
Sumarsono groundbreaking lapangan Banteng. (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sumarsono groundbreaking lapangan Banteng. (Foto: Aria Pradana/kumparan)
Revitalisasi Lapangan Banteng itu sendiri dilakukan ke dalam tiga zona. Pertama adalah zona satu yang meliputi Monumen Pembebasan Irian Barat. Zona dua, yakni tempat olahraga. Sedangkan, zona tiga yakni zona taman.
ADVERTISEMENT
Zona pertama merujuk pada zona utama, yakni zona monumen pembebasan Irian Barat. Di zona itu, didirikan bangunan setengah lingkaran yang berfungsi sebagai amphitheater, lengkap dengan kolam di bawahnya.
Selanjutnya, zona kedua merupakan zona olahraga yang akan buka selama 24 jam. Sementara zona ketiga merupakan wujud hutan kota yang berupa taman.
Pendanaan dari Swasta
Untuk mempercantik ketiga zona tersebut, Pemerintah Provinsi DKI membutuhkan dana sebesar Rp 150 miliar. Menariknya, dana sebesar itu tak membebani kantong Pemprov sama sekali. Sebab, soal pembiayaan dijaminkan pada dana Corporat Social Responsibilty (CSR) dan dana kompensasi koefisien lantai bangunan (KLB) perusahaan swasta.
Berdasarkan tiga zona yang direvitalisasi, PT Reski Nasional Food selaku pemegang lisensi McDonalds mendanai revitalisasi Monumen Pembebasan Irian Barat dan lapangan olahraga. Sementara itu, zona taman didanai dan dikerjakan oleh PT Sinar Mas Land.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan terpisah, Direktur PT Rekso Nasional Food Sukowati Sosrodjojo, mengatakan, pihaknya merencanakan revitalisasi Lapangan Banteng sejak tahun 2016.
"Kami menawarkan ke Pak Ahok tahun lalu bagaimana kalau kami merevitalisasi Lapangan Banteng sebagai wujud apresiasi kami," jelas Sukowati, Kamis (10/8/2017)
Patung Pembebasan Irian Barat, Lapangan Banteng (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Patung Pembebasan Irian Barat, Lapangan Banteng (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Sukowati menjelaskan, revitalisasi yang dilakukan pihakny akan dilakukan untuk membangun sarana olahraga dan tempat bermain anak-anak.
"Kami direstui membangun sarana olahraga dan permainan anak untuk merevitalisasi lapangan banteng. Kami janjikan taman akan layak menjadi sarana olahraga," tutur Sukowati.
Lapangan Banteng dalam Bentangan Sejarah
Upaya revitalisasi yang dilakukan Pemprov DKI terhadap Lapangan Banteng bisa dibilang merupakan yang pertama. Selama ini, Pemprov Jakarta lebih banyak melakukan perawatan berkala, ketimbang melakukan revitalisasi. Jejak digital yang tersedia tiba pada tahun 1981, atau tahun saat Lapangan Banteng dibuka sebagai taman hijau tempat rekreasi warga Jakarta.
ADVERTISEMENT
Keterangan sejarah yang ada, mengungkapkan bahwa Lapangan Banteng mulanya adalah sebuah terminal tempat bus kota saat pemerintahan Gubernur Ali Sadikin. Situasi itu digambarkan dengan sangat baik oleh Alwi Shihab dalam bukunya yang berjudul Robin Hood Betawi.
“Tahun 1981, Pemda DKI mengosongkannya dan menjadikannya sebagai taman umum. Sebuah keputusan yang tepat. Terminal bus yang hiruk pikuk dan asap knalpot yang membumbung kurang serasi berada di tengah perkantoran pemerintahan, hotel, dan tempat ibadah di sekitarnya,” tulis Alwi.
Revitalisasi Lapangan Banteng (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Revitalisasi Lapangan Banteng (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Jika ditelusuri lebih jauh lagi, ungkap Ali, Lapangan Banteng akan tiba pada awal mulanya yang berupa sebidang tanah lapang yang terdiri dari hutan dan rawa. Peristiwa itu terjadi pada pertengahan abad ke-17, kala seoraang saudagar VOC membeli lahan tersebut. Kala itu, Lapangan Banteng tidak bernama seperti itu.
ADVERTISEMENT
Pada era Gubernur Deandels berkuasa, Lapangan Banteng itu disebut dengan nama Lapangan Singa. Dinamakan demikian karena tepat di lapangan itu terpancang tugu berupa patung singa. Tugu itu menandakan peristiwa kekalahan Napoleon di Waterloo (Belgia).
Narasi sejarah kemudian berubah kala Indonesia merdeka. Pada era Presiden Soekarno, lahan yang disebut Lapangan Singa itu dinamakan dengan Lapangan Banteng. Alasannya, Lapangan Singa mengingatkan pada era penjajahan Belanda. Sementara nama Banteng sendiri dianggap dapat mewakili semangat perjuangan rakyat Indonesia. Terlebih, dahulu lapangan tersebut memang pernah dihuni oleh berabagai fauna termasuk banteng.
Tak berhenti di situ, Presiden Soekarno turut membangun tugu peringatan pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda. Patung yang berbentuk orang mengangkat tangan dan terbebas tersebut dianggap memiliki nilai sejarah perjuangan tersendiri.
ADVERTISEMENT
Kini, Lapangan Banteng akan memiliki reputasi tingkat internasional. Rencana Ahok untuk menciptakan danau di kawasan tersebut memang tak terealisasikan. Sebab hanya ada kolam di atas tugu pembebasan Irian Barat. Namun, warga Jakarta patut berbangga bahwa mereka akan memiliki tempat yang sangat indah, misalnya untuk menghabiskan waktu dari penatnya rutinitas Ibu Kota.
Lapangan Banteng. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lapangan Banteng. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)