Babak Baru Penembakan di Buffalo, NY: Pelaku Ditahan; Alami Radikalisasi Online

17 Mei 2022 7:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas polisi mengamankan tempat kejadian setelah penembakan di supermarket TOPS di Buffalo, New York, AS, Sabtu (14/5/2022). Foto: Jeffrey T. Barnes/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas polisi mengamankan tempat kejadian setelah penembakan di supermarket TOPS di Buffalo, New York, AS, Sabtu (14/5/2022). Foto: Jeffrey T. Barnes/REUTERS
ADVERTISEMENT
Polisi menahan remaja kulit putih berusia 18 tahun yang menjadi pelaku penembakan brutal di Buffalo, New York, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Pelaku bernama Payton Gendron. Motif penembakan itu karena masalah rasial.
Kepolisian Buffalo mengatakan, Gendron saat ini ditahan. Selain itu, terungkap dia mempunyai masalah kejiwaan.
"Seorang remaja kulit putih yang menembak mati 10 orang dalam serangan rasis telah ditahan," kata kepolisian Buffalo dikutip dari Reuters, Minggu (16/5).
"Dia pernah diberikan evaluasi kesehatan mental setahun yang lalu," tambah dia.
Komisaris Polisi Buffalo, Joseph Gramaglia, menuturkan, hasil profiling terhadap Gendron, dipastikan motif penembakan karena masalah rasial.
“Bukti yang kami temukan sejauh ini tidak membuat kesalahan. Ini adalah kejahatan kebencian rasis mutlak dan akan dituntut sebagai kejahatan rasial,” kata Gramaglia.
Seorang pria ditahan setelah penembakan massal di tempat parkir supermarket TOPS, dalam gambar diam dari video media sosial di Buffalo, New York, AS, Sabtu (14/5/2022). Foto: Courtesy of BigDawg/via REUTERS

Penembak di Buffalo New York Sempat Rilis Manifesto Supremasi Kulit Putih

Remaja kulit putih yang menembak mati 10 orang di Buffalo, Negara Bagian New York, AS, pada Sabtu (14/5) mengaku terinspirasi oleh penembakan massal Christchurch pada 2019.
ADVERTISEMENT
Payton Gendron mengenakan pelindung tubuh dan mengangkat senapan AR-15. Anak laki-laki berusia 18 tahun itu kemudian menembaki orang-orang yang sedang berbelanja di swalayan Tops Friendly Market.
Gendron menewaskan 10 orang dan melukai tiga lainnya. Nyaris seluruh korban merupakan warga kulit hitam.
Pihak berwenang menyebut aksinya sebagai ekstremisme yang bermotif rasial. Tetapi, Gendron tampaknya memiliki pandangan berbeda. Dia bahkan menyiarkan pembantaian itu untuk para pendukungnya di platform media sosial Twitch.
Para ahli mengatakan, dia merupakan copycat. Artinya, Gendron mengadopsi atau meniru aksi serupa yang dilakukan orang lain.
Tren copycat pembantaian rasis telah meningkat di AS. Studi profesor kriminologi, Adam Lankford, mempelajari tren tersebut. Dia menemukan pada 2020, penembakan telah berlipat ganda jumlahnya sejak 2010.
ADVERTISEMENT
"[Tren] ini jelas bukan hanya acak. Mereka [para pelaku] bukan orang yang memimpikan ini sendiri. Mereka belajar dari satu sama lain," kata Lankford, dikutip dari Reuters, Senin (16/5).
"Mereka ingin menjadi seperti penyerang sebelumnya, yang merupakan panutan," lanjutnya.
Aksi Gendron pun meniru penembakan massal terdahulu, Christchurch. Rangkaian aksi teror supremasi kulit putih tersebut melanda Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre di Christchurch, Selandia Baru.
Gendron mengatakan, pembunuh massal dalam aksi itu merupakan inspirasinya. Dia bahkan menjiplak manifesto panutannya tersebut. Gendron mengunggah manifesto itu di media sosial dua hari sebelum aksinya.
Pelayat berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada korban penembakan di dekat toko Tops Grocery di Buffalo, New York, Minggu (15/5). Foto: Usman Khan/AFP

Alami Radikalisasi Online

Sebelum melakukan aksi penembakan massal, Payton Gendron sempat merasa kebosanan selama mengarungi hari-hari awal pandemi corona. Remaja berusia 18 tahun itu kemudian menyelami situs berbagi gambar, 4chan. Bermula dari menelusuri meme, dia menemukan dirinya tertarik pada retorika ekstremis.
ADVERTISEMENT
Penjelajahan Gendron lalu mengantarkannya pada situs-situs ekstremis dan neo-Nazi yang menjajakan teori konspirasi hingga rasisme anti-kulit hitam. Dia membenamkan dirinya dalam campur-baur situs supremasi kulit putih.
Gendron diperkenalkan dengan gagasan bahwa ras kulit putih menghadapi ancaman kepunahan akibat berbagai alasan, dari pernikahan antar ras hingga imigrasi.
Dia kemudian melacak GIF seorang pria bersenjata dan menemukan penembakan Christchurch pada 2019 yang menewaskan 51 orang di dua masjid di Selandia Baru. Dalam aksi keji pelaku, Brenton Tarrant, Gendron menemukan panggilannya.
Gendron membantai 10 orang di swalayan di Buffalo, Negara Bagian New York, AS, pada Sabtu (14/5). Berbekal senapan, dia menyiarkan pembunuhan itu secara langsung di platform Twitch.
Gendron mewakili generasi baru supremasi kulit putih. Mereka terisolasi dalam jejaring internet, teradikalisasi oleh informasi yang salah, dan terinspirasi untuk menyiarkan aksinya dari pendahulu-pendahulu mereka.
Pelayat berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada korban penembakan di dekat toko Tops Grocery di Buffalo, New York, Minggu (15/5). Foto: Usman Khan/AFP

Great Replacement

Selama bertahun-tahun, AS telah menyaksikan rentetan serangan massal. Penembakan-penembakan tersebut menyasar kelompok korban berbeda, tetapi berakar pada ideologi yang sama. Sebut saja penembakan sinagoge Pittsburgh pada 2018, pembantaian El Paso pada 2019, dan penembakan Charleston pada 2019.
ADVERTISEMENT
Direktur Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme di Cal State San Bernardino, Brian Levin, telah melacak jejak mereka. Dia mengatakan, pembunuh supremasi kulit putih dan sayap kanan mendominasi pembunuhan ekstremis di AS sejak 2018.
Selama dua tahun terakhir, ada peningkatan bersejarah atas kejahatan kebencian anti-kulit hitam di seluruh AS.
Para pria berkulit putih itu menggunakan bingkai yang sama dalam manifesto mereka. Manifesto-manifesto tersebut berlandaskan teori the great replacement atau penggantian hebat.
Gendron pun merilis manifesto serupa. Dia bahkan mencaplok potongan-potongan dari manifesto Christchurch, tetapi menambahkan bagian lain yang mendukung teori great replacement.