Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bagaimana Nasib Sistem Zonasi PPDB di Era Abdul Mu'ti?
13 November 2024 14:33 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kebijakan zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang telah diterapkan beberapa tahun belakang kerap menuai polemik. Banyak pihak yang menilai Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, perlu mengkaji kebijakan ini.
ADVERTISEMENT
Mu'ti mengatakan soal kebijakan zonasi pihaknya masih mengkaji. Keputusannya akan keluar pada Februari atau awal Maret.
"Masih kita kaji ya. Zonasi masih kita kaji belum kita ambil keputusan tapi mudah-mudahan pada bulan Februari atau awal Maret sudah ada keputusan pelaksanaan zonasi tahun ajaran 2025/2026 bentuknya akan seperti apa nanti tunggu saja," kata Mu'ti saat di SD Muhammadiyah 1 Wonopeti, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, Rabu (13/11).
Saat acara sambung rasa dengan guru-guru di Kulon Progo di SMAN 2 Wates, Mu'ti juga mendapat pertanyaan dari guru soal kebijakan zonasi ke depan seperti apa.
Mu'ti menjelaskan telah mengundang seluruh kepala dinas pendidikan di seluruh Indonesia untuk evaluasi PPDB.
"PPDB zonasi itu kan dimaksudkan agar semua anak bisa mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Sebelum itu kan kita masih melihat ada sekolah yang favorit, ada sekolah yang elite, dan ada sekolah yang alit (kecil)," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dengan zonasi siswa bisa bersekolah di sekolah dekat rumahnya. Mu'ti mengaku kebijakan zonasi ini tak lepas dari masalah seperti sekolah swasta yang ditinggalkan oleh murid dan masalah akademik.
"Saya punya saudara yang guru dulu ngajar sekolah favorit di Kudus itu. Dia cerita masa zonasi ini kalau ada murid yang bingung itu 20, yang ke-21 itu gurunya," katanya.
Ini terjadi karena guru tidak tahu bagaimana mengelola murid yang kemampuan akademisnya heterogen.
"Memang sangat timpang. Yang cerdas belum dijelaskan sudah paham, yang slow learner itu dijelaskan bolak-balik ora dong (tidak paham) sampai gurunya sendiri juga bingung menjelaskan bagaimana," katanya.
Persoalan seperti ini harus dicari jalan keluar. Namun, Mu'ti juga mengatakan sistem zonasi juga menciptakan integrasi sosial antara murid dari keluarga elite dan keluarga kecil.
ADVERTISEMENT
"Filosofinya itu yang di bawah naik, bukan yang di atas turun. Dari sekolah yang elite kita usahakan tetap papan atas," bebernya.
Lanjutnya, Mu'ti telah mendapatkan data dan aspirasi dari kepala dinas pendidikan di seluruh Indonesia. Nanti akan disusun bagaimana skema zonasi dan PPDB di tahun ajar mendatang.