Baju Bekas Kok Dibeli?

7 Januari 2023 8:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toko baju bekas "thrifting", dokumentasi Alethea Carissa/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Toko baju bekas "thrifting", dokumentasi Alethea Carissa/kumparan.
ADVERTISEMENT
Toko baju bekas tanpa plang nama itu berdiri di dalam Pasar Santa yang sepi. Rey, penjaga toko, lebih sibuk mengurusi etalase online karena tidak ada calon pembeli yang datang ke pasar di Jakarta Selatan itu.
ADVERTISEMENT
"Lebih bersaing jualan online," kata Rey, Kamis (5/1).
Yang Rey lakukan sore itu adalah memotret baju-baju dagangan lalu memasukkannya ke katalog di online marketplace. Tangannya sibuk "memainkan" meteran baju, mencatatkan ukuran masing-masing barang.
"Ini baju-baju impor dari Jepang, Korea, China. Beli 1 bal dengan harga Rp 4 juta," ujar Rey.
"Bal" yang dimaksud Rey adalah sekarung pakaian bekas yang isinya bermacam-macam mulai dari kaus hingga celana pendek.

Hitung-hitungan Bisnis Thrifting

Calon pembeli memilih pakaian impor bekas di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (8/7/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Martha, pedagang pakaian thrifting di Pasar Godean, Yogyakarta, biasa mengeluarkan modal Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta untuk membeli 1 bal berisi 100 potong kemeja.
"Beli dari tengkulak, beratnya hingga 45 kilogram," kata Martha.
Kemeja perempuan dibanderol Rp 50 ribu hingga Rp 80 ribu, kemeja laki-laki Rp 85 ribu hingga Rp 100 ribu. "Penentuan harga didasarkan pada brand pakaian," ujar Martha.
ADVERTISEMENT

Thrifting Digemari

Dengan hitungan modal seperti itu, pedagang bisa menjual pakaian dengan harga relatif murah—meski tidak semuanya murah. Kaus bergambar penyanyi Bruno Mars di toko Rey, misalnya, dijual Rp 125 ribu.
Belakangan, membeli pakaian bekas seperti yang dijual Rey dan Martha menjadi gaya hidup. Istilahnya: Thrifting.
Sebagaimana arti harfiahnya (thrift: Hemat), banyak orang menjadikan thrifting sebagai strategi memiliki pakaian bagus tanpa harus mengeluarkan uang banyak.
Calon pembeli memilih pakaian impor bekas di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (8/7/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
"Kalau beli baru kan mahal, solusinya ya beli thrifting atau kalau dulu namanya awul-awul. Bisa kok nemu yang bagus-bagus," kata Selfy Sandra Momongan, penyuka thrifting.
Bagai menemukan harta karun, Selfy pun sering mendapati baju-baju lawas yang oke. "Baju-baju vintage 1980-an, misalnya," katanya.

Baju Bekas, Entah Bekas Siapa

Di balik murah dan bagusnya, baju-baju thrifting menyimpan potensi penyakit karena, bagaimana pun, itu baju bekas—julukannya, "sampah fashion". Maka, kredibilitas penjual menjadi koentji.
ADVERTISEMENT
"Sekarang, banyak penjual yang menunjukkan baju-baju thrifting mereka itu dicuci bersih," kata Selfy. "Tapi meski begitu, saya biasanya mencucinya lagi dengan air hangat."
Reporter: Alethea Carissa (Jakarta), Ardalena Romantika (Yogyakarta)