Bali Akan Gelar Festival Budaya Dunia untuk Genjot Ekonomi 2020

7 Januari 2020 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bali Wayan Koster. Foto: Denita br Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bali Wayan Koster. Foto: Denita br Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Bali Wayan Koster tengah memutar otak untuk meningkatkan eksistensi Pulau Dewata di kancah nasional dan internasional di tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Sayangnya menurut Koster, tak ada sumber daya alam di Bali yang bisa digali sebagai penyumbang devisa negara dan ekonomi warga Bali. Secara politik juga tidak ada karena jumlah penduduk Bali kecil dibandingkan Pulau Jawa dan pulau-pulau besar lain.
Koster berencana mengejar eksistensi lewat budaya.
“Orang kita, Bali ini, kecil. (Luas Pulau Bali) cuma 5.446 km persegi dan jumlah (penduduk) 4,2 jutaan lebih. Kalau enggak kita gali lewat budaya, memang lewat apa lagi. Kalau enggak, kita diremehin. Penyumbang suara cuma dikit, kecil secara politik. Maka kita harus mencari nilai lain untuk mengangkat pang gaya (eksistensi) Bali,” kata Koster dalam merayakan HUT 34 Dinas Kebudayaan Bali di Taman Budaya Art Center, Denpasar, Selasa (7/1).
ADVERTISEMENT
“Bali ini budayanya harus dibangun dengan serius. Karena kita di Bali tidak punya sumber lain. Daerah lain punya tambang, punya minyak, punya gas, punya batu bara, punya emas. Kita di Bali enggak punya, Kita punyanya budaya,” sambung Koster.
Penari mementaskan Tari Tenun saat upaya pencatatan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) di kawasan Pantai Petitenget. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Festival budaya ini rencananya digelar pada November 2020 mendatang. Sejumlah negara yang ikut terlibat akan dipersilakan mementaskan budaya di Pulau Dewata ini. Koster tengah menggodok konsep acara ini.
Koster juga menyinggung kepala daerah di Bali. Menurut dia, baik Bupati dan Wakil Bupati harus memiliki kepekaan tinggi terhadap potensi budaya di masing-masing kabupaten. Menurut Koster, adalah dosa besar bila mengesampingkan keelokan budaya Bali.
“Jadi budaya di Bali tidak bisa dibangun secara parsial tapi dibangun dari hulu ke hilir secara menyeluruh. Mulai dari fundamental hingga membangun ekonomi. Harus dikaitkan dengan sektor lain untuk membangun perekonomian sehingga menjadi bagian daripada skenario untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor budaya, Koster berencana menggenjot standardisasi lewat sertifikasi sanggar. Ada sekitar 1.000 sanggar di Bali. Rencananya, bila sanggar terakreditasi, akan diberi bonus diplomasi budaya ke luar negeri.
Standardisasi harus dengan parameter yang jelas. Dia akan keluar seperti kita mengakreditasi perguruan tinggi atau sekolah A, atau B, atau C, dan mana yang tidak terakreditasi. Nanti masuk database. Yang A misalnya suatu saat diberikan tugas misi diplomasi kebudayaan di luar negeri,” ujar dia.