Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Bangkok Jadi Kota Tercemar ke-10 di Dunia, Pemerintah Janji Ambil Tindakan
20 Oktober 2023 18:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pemerintah Thailand berjanji mengambil tindakan untuk mengatasi lonjakan polusi udara yang melanda di Ibu Kota Bangkok. Polusi itu muncul sekaligus membawa kabut asap, bahkan sebelum puncak normal musiman tiba.
ADVERTISEMENT
Adapun menurut IQAir, Bangkok pada Jumat (20/10) menduduki peringkat ke-10 sebagai kota paling tercemar di dunia.
Dikutip dari AFP, pejabat pemerintah berpendapat, lonjakan polusi yang terjadi secara tiba-tiba itu disebabkan oleh perubahan iklim.
Lebih tepatnya, dikarenakan akumulasi partikulat halus PM2.5 akibat tekanan udara yang tinggi, cuaca yang kering, dan udara yang lebih dingin.
PM2.5 — partikel yang sangat halus, sehingga dapat masuk ke dalam aliran darah dan bersarang di saluran paru-paru. Kondisi ini pun mendorong pemerintah untuk memperingatkan kelompok-kelompok rentan.
"Kualitas dan keamanan udara merupakan prioritas penting," bunyi pernyataan pemerintah.
Sehubungan dengan itulah, pemerintah berjanji mengambil tindakan dalam menanganai lonjakan polusi udara ini melalui langkah-langkah pencegahan.
ADVERTISEMENT
Janji-janji tersebut termasuk membatasi area di mana orang diizinkan membakar lahan, menyepakati aturan di sektor publik dan swasta, meningkatkan titik-titik pemantauan, dan bernegosiasi dengan sektor-sektor terkait tentang polusi transnasional.
Disebabkan oleh Industri
Meski demikian, aktivis lingkungan menuding pemerintah Thailand mengabaikan penyumbang polusi utamanya — yaitu industri.
"Kita harus memberikan plester di tempat yang luka," kata juru kampanye polusi udara untuk Greenpeace Thailand, Alliya Moun-ob.
"Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas industri menyebabkan sebagian besar PM 2.5, namun kami hanya memiliki sedikit data tentang hal itu," tambahnya.
Di sisi lain, pemerintah berpendapat peran sektor industri dalam lonjakan polusi udara hanya kecil — sebesar 4 persen dari kabut asap yang secara rutin menyelimuti beberapa bagian negara Thailand jika udara lebih dingin.
ADVERTISEMENT
Justru, pemerintah lebih menyalahkan faktor-faktor lain seperti pembakaran lahan oleh para petani, serta kiriman kabut asap dari negara tetangga tanpa menyertakan data transparan.
"Lonjakan polusi baru-baru ini — bahkan sebelum puncak musim pembakaran, menunjukkan bahwa dampak sektor industri kemungkinan jauh lebih tinggi," kata Direktur Peringatan dan Pemulihan Ekologi-Thailand, Panchom Saetang.
Panchom diketahui telah meneliti masalah kualitas udara di Thailand selama lebih dari satu dekade terakhir. Sebagai seorang pakar, dia pun meyakini bahwa industri menyumbang hampir sepertiga dari lonjakan PM2.5 yang menimbulkan kabut asap di Bangkok.
"Saya menghargai pemerintah yang berusaha memperbaiki masalah PM 2.5, tetapi yang harus mereka lakukan adalah melihat sektor industri secara serius," ujar Panchom.
ADVERTISEMENT
Panchom kemudian mengeluhkan ketidaktransparan pemerintah dan keterbatasan akses guna mengetahui apa penyebab sesungguhnya.
"Kami masih belum memiliki cukup data untuk mengetahui apa penyebab sebenarnya. Data tersebut tidak dapat diakses dan pemerintah hanya berfokus pada kegiatan petani," kata Penchom.