news-card-video
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Banjir 5 Meter di Rawajati Jaksel, Warga Teringat Banjir Parah Tahun 2002

4 Maret 2025 12:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Banjir akibat luapan Sungai Ciliwung masih merendam permukiman warga di Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (4/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Banjir akibat luapan Sungai Ciliwung masih merendam permukiman warga di Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (4/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Banjir yang melanda kawasan Rawajati, Jakarta Selatan, disebut sebagai salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Ketinggian banjir disebut mencapai 4 hingga 5 meter.
ADVERTISEMENT
Ketua RT 005, Suwardi, mengatakan banjir kali ini mengingatkan pada peristiwa banjir besar tahun 2002.
“Kejadiannya mulai kemarin, tanggal 3. Mulai jam 10 malam, lalu mulai besarnya itu masuk jam 03 menjelang pagi,” kata Suwardi saat ditemui di lokasi banjir, Selasa (4/3).
“Kalau ini menurut saya hampir sama, itu banjirnya sama dengan 2002. Ketinggiannya hampir sama,” tambahnya.
Banjir akibat luapan Sungai Ciliwung masih merendam permukiman warga di Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (4/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Bagi Suwardi, kenangan banjir 2002 tetap menjadi yang paling membekas. Menurutnya, banjir tahun ini belum sebanding dengan dahsyatnya banjir yang terjadi saat Jakarta dipimpin oleh Gubernur Sutiyoso pada tahun 2002.
“Waktu itu ada yang meninggal 6 orang, waktu itu gubernurnya masih Bapak Sutiyoso. Makanya dibilang agak dahsyat karena pas berbarengan dengan longsor,” kenang Suwardi.
Banjir akibat luapan Sungai Ciliwung masih merendam permukiman warga di Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (4/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dibandingkan dengan banjir saat ini, Suwardi menyebut ketinggian air pada tahun 2002 dan sekarang hampir sama. Namun, dampak yang ditimbulkan oleh banjir tahun 2002 jauh lebih besar.
ADVERTISEMENT
“Ketinggian hampir sama. Lalu nyusul lima tahunan yang 2007. Kalau yang setelah 2007 itu paling siaga 3, siaga 2, enggak parah,” ujarnya.
Meski sebagian warga menilai banjir kali ini merupakan yang terparah dalam 10 tahun terakhir, Suwardi berpendapat sebaliknya. Menurutnya, kondisi sekarang belum bisa disebut yang terburuk.
“Menurut saya enggak termasuk parah, karena yang lebih parah itu 2002. Kenapa saya bilang parah, karena rumah saya masuk. Kalau sekarang rumah saya enggak masuk. Sama juga ini SMP 46 sudah masuk, sekarang enggak masuk,” jelasnya.
Namun, ia mengakui bahwa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, banjir kali ini memang cukup tinggi. Biasanya, kawasan ini hanya berada di status siaga 3.

Warga Terdampak

Kondisi banjir di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (4/3/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Menurut Suwardi, jumlah kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir di wilayah RT 005 cukup banyak.
ADVERTISEMENT
“Kalau KK di sini kurang lebih 230 KK. Kalau bangunannya 245, lalu jumlah jiwa itu 850 jiwa,” paparnya.
Sebagian besar warga yang terdampak sudah dievakuasi ke SMPN 46 Jakarta. Namun, jika debit air semakin tinggi, Suwardi menyebut warga akan dipindahkan ke tempat pengungsian lain.
“Kalau situasinya membesar, maka kita akan ungsikan ke Masjid Ash Sholihin,” ujarnya.
Terkait bantuan, Suwardi memastikan bahwa kebutuhan pokok seperti makanan dan perlengkapan sudah mulai diterima, baik dari pemerintah maupun pihak swasta.
“Sementara ini kita sudah terima bantuan dari beberapa donatur, kelurahan, BPBD. Dapur umum juga sudah beroperasi sejak tadi pagi,” jelas Suwardi.
Meski sebagian besar warga telah dievakuasi, Suwardi mengungkapkan masih ada satu warga yang menolak untuk dievakuasi meski tinggal di area yang cukup berbahaya.
ADVERTISEMENT
“Kita semua sudah dievakuasi, hanya ada satu orang yang memang kita mau evakuasi, minta bantuan damkar, tapi mereka tidak mau. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pihak RT telah mengimbau warga yang tinggal di lantai dua untuk turun dan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun, warga yang menolak tetap memilih bertahan di rumah mereka.
“Kalau alasan, saya juga kurang tahu ya, kita sudah paksa, tetapi kan kalau kita paksa mereka nggak mau, ya kita nggak bisa apa-apa. Intinya kita sudah berusaha, kita juga sudah siarkan di musala, sebelumnya agar yang memang mereka tinggal di lantai dua, harap turun, tapi mereka tidak mau ya, kita tidak bisa apa-apa,” jelasnya
ADVERTISEMENT
Banjir di kawasan Rawajati ini dipicu oleh luapan Sungai Ciliwung yang menerima kiriman air dari wilayah Bogor. Hingga kini, ketinggian air mencapai hampir 5 meter dan merendam ratusan rumah warga.