Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
10 Mei 1998, eskalasi gerakan mahasiswa yang menuntut agar Presiden Soeharto mundur semakin meningkat seiring dengan dukungan masyarakat yang makin jelas. Mulai dari elite politik, organisasi nonpemerintah, buruh, dan rakyat.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, dilansir BBC, krisis moneter yang menyebabkan banyak perusahaan gulung tikar itu membuat jumlah pengangguran meningkat. Dampaknya tak hanya dirasakan kaum kecil saja, masyarakat kelas menengah juga tak luput dari imbasnya.
Dengan napas yang sama, kelompok-kelompok ini mulai bersatu menyokong para mahasiswa yang semakin gencar menyuarakan reformasi. Tak jarang, sumbangan diberikan secara perorangan kepada para pendemo itu.
Saat gedung MPR mulai diduduki oleh mahasiswa, masyarakat berdatangan dan mulai menyumbangkan apa pun yang mereka punya. Para pedagang dan rakyat kecil pun turut datang dan membagikan dagangannya secara cuma-cuma bagi para mahasiswa.
Saat itu, Sekjen Gerakan Sarjana Jakarta (GSJ) Vivian menjadi salah satu yang turun langsung. Ia bertugas memastikan ada cukup air mineral kemasan yang tersebar di sekitar area demo, jika sewaktu-waktu aparat keamanan menembakkan gas air mata.
ADVERTISEMENT
Dukungan logistik dari masyarakat luas itu kepada para mahasiswa itu tak surut hingga tuntutan mereka agar Soeharto lengser terpenuhi. Pada 21 Mei 1998, Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun mengumumkan mundur dari kursi presiden. Setelah itu, dimulailah orde reformasi.
21 Tahun Kemudian
21 tahun kemudian, hal yang sama terulang. Namun, kali ini situasi berbalik. Sumbangan logistik yang diserukan sejumlah masyarakat di media sosial, justru ditujukan bagi aparat keamanan yang berjaga di area aksi dan bukan kepada massa.
Usai KPU mengumumkan hasil rekapitulasi suara Pilpres 2019, sejumlah massa menggelar aksi damai di depan Gedung Bawaslu RI, Selasa (21/5). Namun, aksi damai ini dirusak oleh sejumlah massa bayaran yang mengacau dan menimbulkan kerusuhan di sejumlah titik di Ibu Kota.
Aksi dan kerusuhan itu berlanjut selama nyaris tiga hari. Para aparat yang bekerja keras mengamankan situasi, sembari curi-curi waktu untuk beribadah di bulan Ramadhan, membuat sejumlah masyarakat menjadi simpati dan bahu membahu mengulurkan sumbangan logistik seperti makanan dan minuman.
ADVERTISEMENT
Artis Dian Sastro menjadi salah satu yang ikut menyebarkan gerakan ini. Melalui akun Instagramnya yang diikuti 6 juta follower, ia bertanya ke mana harus memberi bantuan logistik kepada aparat yang sedang bertugas.
Setelah mendapat jawaban dari netizen, Dian Sastro membagikan unggahan-unggahan di medsos yang berisi informasi bagi siapa pun yang ingin mengirimkan bantuan makanan untuk aparat yang bertugas pada 22 Mei 2019.
Dalam unggahan Dian diperlihatkan, dukungan itu sudah mendapatkan lampu hijau dari Polda Metro Jaya. Animo masyarakat yang ikut andil pun cukup besar. Tak hanya bantuan makanan dan minuman, perhatian dalam bentuk bunga juga diberikan.
Ada pula akun lainnya, yang mengajak masyarakat menyisihkan sedikit uangnya untuk dibelikan makanan bagi petugas Polri, TNI, dan pasukan oranye. Hanya dengan uang Rp 4 ribu saja, masyarakat sudah bisa menyumbangkan roti atau takjil bagi petugas yang berpuasa dan snack bagi yang tidak.
ADVERTISEMENT
Dukungan juga diperlihatkan dengan template foto bertuliskan "kami bersama TNI dan Polri". Tempat berlatar belakang merah putih itu, ramai-ramai digunakan oleh masyarakat sebagai foto profil atau postingan di media sosial.
Ada juga pedagang yang memberikan air minum kepada aparat seperti video ini:
Juga membagikan kopi dingin: