Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bedah Kasus Inses Ibu-Anak di Bukittinggi: Ada 3 Faktor Pemicu Menurut Sosiolog
23 Juni 2023 11:48 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kasus inses antara ibu dan anak kandung terjadi di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar). Hubungan sedarah ini bahkan telah berlangsung lama sekitar 10 tahun, atau si anak masih SMA hingga kini berusia 28 tahun.
ADVERTISEMENT
Sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP), Erianjoni, mengungkapkan kasus yang terjadi di Kota Bukittinggi gejala sosial yang sangat ironis di tengah banyaknya berbagai masalah penyimpangan seksual di Ranah Minang saat ini.
Selama ini, kata dia, inses terjadi antara ayah dengan anak perempuan dalam bentuk kekerasan seksual atau eksploitasi seksual.
"Kejadian yang di Bukittinggi adalah termasuk yang langka untuk konteks Sumbar. Karena inses antara ibu dan anak laki-laki dan telah berlangsung tahunan," ujar Erianjoni kepada kumparan, Jumat (23/6).
3 Faktor
Menurut dia, penyebab kasus ini terjadi dari segi sosiologi ada tiga faktor. Pertama, karena hasrat seksual.
"Si ibu bisa saja tergolong hiperseks, sehingga ketidakpuasan oleh si ayah, maka anak menjadi sasaran untuk pemuasannya," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, lanjutnya, faktor konsep kohesi sosial yang salah yakni karena kedekatan yang berlebihan menyebabkan hilangnya sekat sosial yang membatasi hubungan tersebut.
"Ketiga, disfungsi peran ayah dalam menjalankan fungsi proteksi atau perlindungan anggota keluarganya dari berbagai problem hidup," imbuhnya.
Erianjoni mengatakan dari relasi sosial yang salah itu lama kelamaan berbentuk dalam hubungan simbiotik atau saling membutuhkan antara ibu (yang butuh kepuasan seksual) dan anak (yang butuh kasih sayang dan uang untuk pemenuhan gaya hidup).
"Ternyata untuk pemenuhan hasrat seksual, variabel agama pupus. Sehingga perilaku hedonisme jalan terus dan praktik perilaku menyimpang tak terbendung lagi oleh hubungan batin ibu dan anak, tapi justru pada hubungan seksual sebagai pasangan kasih sayang," kata dia.
ADVERTISEMENT
Inses di Sumbar
Kasus inses ini sebelumnya juga pernah terjadi di Kabupaten Pasaman 2020 lalu. Hubungan terlarang itu dilakukan seorang remaja perempuan berinisial SHF (18 tahun) bersama adik laki-lakinya IK (14).
Keduanya berstatus sebagai pelajar, SHF duduk di bangku SMA, sementara IK berstatus sebagai pelajar SMP kala itu.
Dari hubungan kakak beradik tersebut, SHF dinyatakan hamil dan telah melahirkan seorang bayi berjenis kelamin laki-laki.
Terungkapnya, berdasarkan adanya penemuan bayi oleh warga di semak-semak.
Sementara, kasus inses yang terjadi di Kota Bukittinggi terungkap ke publik setelah dibeberkan oleh Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar, saat berpidato.
Namun, Erman yang merupakan politikus Gerindra itu tidak membeberkan awal mula bagaimana kasus ini bisa diketahui. Erman hanya menyebutkan, si anak telah dikarantina.
ADVERTISEMENT
"Dia sekarang sedang kami karantina, warga kita. Percaya? Itulah dunia sudah tua. Bapaknya ada. Ada bapaknya di rumah. Ibunya usianya 51 (tahun). Bapaknya 83 tahun. Satu rumah, coba bayangin. Dunia sudah tua," kata Erman.