Begini Rasanya Thrifting di Pasar Senen, Pakaian Bekas dari Korea dan Jepang

28 Februari 2023 16:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Thrifting di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (28/2/2023). Foto: Jonathan Devin/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Thrifting di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (28/2/2023). Foto: Jonathan Devin/kumparan
ADVERTISEMENT
Belanja pakaian bekas alias thrifting masih menjadi salah satu kegemaran masyarakat. Salah satu lokasi yang menjadi favorit ialah di Pasar Senen, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
kumparan mengunjungi lokasi ini pada Selasa (28/2). Masyarakat memadati lokasi ini untuk berburu pakaian yang relatif murah sejak pagi hari.
"Boleh, Kak, lihat dulu saja," teriak pedagang bersahutan dari dalam lapaknya.
Pakaian bekas yang dijual di sini bukan sembarangan. Banyak di antaranya yang merupakan barang bermerek yang biasa dipajang di mal-mal ternama. Lantas dari mana mereka mendapatkannya?
Salah satu pedagang di sana, Oji (26), mengatakan dagangannya mulai dari jaket hingga baju lengan panjang itu berasal dari Jepang dan Korea Selatan.
Suasana Thrifting di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (28/2/2023). Foto: Jonathan Devin/kumparan
"(Barang dari) Jepang, Korea," ujarnya saat ditemui.
Sepengetahuan Oji, pakaian-pakaian itu di Jepang dan Korea tak lagi dipakai hingga dibuang oleh pemiliknya. Dari sana kemudian ada yang mengumpulkannya dan dijual ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kan, musim di sana (Jepang dan Korea), bukan enggak laku. Kan, musim, nih, musim panas, lemarinya pada penuh, buangin, musim dingin nanti beli lagi," jelas Oji.
Pakaian-pakaian yang dibuang itu kemudian ditampung oleh seorang tengkulak hingga akhirnya diperjualbelikan hingga mendarat di Pasar Senen.
Suasana Thrifting di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (28/2/2023). Foto: Jonathan Devin/kumparan
"Ya, ini, kan ada yang beli-beli (dari Korea dan Jepang) tengkulaknya," kata Oji.
Berbagai macam pakaian dari merek ternama seperti Champion, Fila, Adidas, hingga Dickies dijualnya dengan harga miring.
Barang yang biasa dijual di pusat perbelanjaan elite dengan harga Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta, di tempatnya hanya dijual dengan harga Rp 150 ribu-300 ribu.
Khusus di tokonya, kata Oji, barang-barang bermerek itu kebanyakan dibeli untuk dijual lagi oleh pedagang thrifting lainnya melalui daring.
ADVERTISEMENT
"Ada langganan, biasa juga main di online. Kalau di online, kan, sudah mehong (mahal) harganya. Tergantung, ada orang yang sering main badanan (kualitas kelas menengah), ada yang main kepala (kualitas tertinggi), tergantung pasarnya," ungkap Oji.