Benarkah Turki Beli Imunoterapi Sel Dendritik yang Digagas Terawan?

27 Agustus 2021 10:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KSP Moeldoko menerima suntikan imunoterapi sel dendritik yang dulunya disebut vaksin Nusantara. Foto: Instagram/@ dr_moeldoko
zoom-in-whitePerbesar
KSP Moeldoko menerima suntikan imunoterapi sel dendritik yang dulunya disebut vaksin Nusantara. Foto: Instagram/@ dr_moeldoko
ADVERTISEMENT
Jejaring sosial sempat diramaikan dengan kabar bahwa Turki membeli jutaan dosis produk penelitian imunoterapi sel dendritik yang dulu dikenal sebagai Vaksin Nusantara. Produk ini digagas oleh eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
ADVERTISEMENT
Kabar pembelian produk imunoterapi berbasis sel dendritik oleh Turki disampaikan oleh guru besar Universitas Airlangga, Chairul Anwar Nidom, dalam sebuah talkshow dengan eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari di channel YouTube.
Nidom menyebut, Turki memesan hingga 5,2 juta dosis produk tersebut.
Sementara menurut peneliti sel dendritik Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Kolonel Jonny, jumlah dosis vaksin yang dibeli oleh Turki mencapai 5,5 juta dosis.
“Betul, ada dokumennya. 5,5 juta [dosis],” kata Jonny saat dikonfirmasi kumparan, Selasa (24/8).
Dubes RI untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Namun, ketika ditanya seperti apa dokumennya, Jonny belum menjawab. Pihak swasta atau pemerintah Turki yang membeli, pun belum ada keterangan.
Di sisi lain, Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal mengungkapkan bahwa hingga saat ini tidak ada konfirmasi soal Turki membeli produk gagasan Terawan.
ADVERTISEMENT
Jikalau pihak pemerintah Turki yang pesan, maka dia orang pertama yang mengetahuinya.
“Kalau pemerintah Turki yang beli harusnya saya orang pertama yang tahu,” ungkap Iqbal ketika dikonfirmasi kumparan, Selasa (24/8).
“Turki sendiri sudah mengembangkan tiga vaksin dalam negeri dan dua di antaranya sedang uji klinis tahap 3,” tambah Lalu Muhammad.
Turki sejauh ini menyetujui tiga vaksin COVID-19 produk asing yang digunakan secara luas. Menurut situs covid19.trackvaccines.org, ketiga vaksin tersebut adalah vaksin Pfizer/BioNTech, Sputnik V, dan Sinovac.
Infografik serba-serbi vaksin Nusantara Terawan. Foto: kumparan
Pada 25 Agustus 2021, Turki mulai menyuntikkan kandidat vaksin buatan dalam negeri, Turkovac, ke penerima di Provinsi Kayseri, sebagai bagian dari uji klinis tahap ketiga.
Vaksin berplatform virus inaktif ini buah kerja sama Kemenkes Turki, Institut Kesehatan Turki, dan Universitas Erciyes (ERU).
ADVERTISEMENT

MoU Imunoterapi Sel Dendritik

Penandatangan MOU riset sel dendritik sebagai imunoterapi, bukan lanjutan vaksin Nusantara. Foto: Dok. TNI AD
Menkes, KSAD, dan Kepala BPOM, menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait penelitian sel dendritik pada 19 April 2021. MoU ini menyepakati penelitian berbasis sel dendritik di RSPAD Gatot Subroto, namun ditegaskan bukan lanjutan dari penelitian fase I vaksin Nusantara.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR RI Komisi VII, Rabu (16/6/2021), Terawan mengaku bahwa uji klinis fase II sudah dimulai sebelum MoU dirilis. Ini sebabnya, sudah ada hasil dari uji klinis fase II.
Imunoterapi ini berfungsi untuk meningkatkan ketahanan individu terhadap virus COVID-19.
Riset imunoterapi sel dendritik ini menggandeng AIVITIA, perusahaan bioteknologi asal AS yang lebih dulu mengembangkan terapi sel dendritik untuk pengobatan kanker.
Jumpa pers pihak BPOM, PT Biotis, dan Unair tentang vaksin Merah Putih pada 18 Agustus 2021 Foto: YouTube BPOM
Imunoterapi sel dendritik bersifat personal alias tidak bisa digunakan massal sebagaimana halnya vaksin corona Sinovac dkk yang telah dipakai luas di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk vaksin karya anak bangsa, yaitu Vaksin Merah Putih, BPOM telah memberikan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) kepada PT Biotis yang akan memproduksi vaksin tersebut untuk kemudian dilakukan uji klinis.