Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Berencana Bunuh Presiden Venezuela, 32 Orang Sipil dan Tentara Ditangkap
23 Januari 2024 12:58 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Sebanyak 32 orang yang terdiri dari warga sipil dan tentara ditangkap karena diduga bersekongkol untuk merencanakan pembunuhan Presiden Venezuela , Nicolas Maduro. Diduga, rencana ini didukung oleh agen-agen intelijen Amerika Serikat dan kaum oposisi 'sayap kanan'.
ADVERTISEMENT
Menurut Jaksa Agung Venezuela, Tarek William Saab, penangkapan tersebut adalah hasil dari investigasi oleh pihak berwenang selama berbulan-bulan.
"Semua tersangka telah mengaku dan mengungkapkan informasi mengenai rencana tersebut," ujar Saab dalam konferensi pers di Ibu Kota Caracas, pada Senin (22/1), seperti dikutip dari AFP.
Saab — yang tak lain merupakan loyalis Maduro itu, menambahkan bahwa ke-32 tersangka telah dituduh melakukan pengkhianatan dan akan terancam dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Tanpa menyebut nama, Saab memperingatkan bakal ada lebih banyak penangkapan lainnya menyusul.
Tak cuma menargetkan Maduro, sambung Saab, kantor kejaksaan pun mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk 11 orang lainnya — termasuk aktivis hak asasi manusia, wartawan, hingga tentara yang sedang dalam pengasingan, atas dugaan berencana membunuh Menteri Pertahanan Vladimir Padrino.
Terpisah, Maduro menyambut baik penangkapan tersebut sekaligus memerintahkan hukuman seberat-beratnya bagi para tersangka yang telah ditangkap. Dia mengimbau Kementerian Pertahanan agar segera memecat dan mengusir para personel militer yang terlibat dalam komplotan itu.
ADVERTISEMENT
Dalam konferensi pers yang sama, Padrino mengatakan operasi yang telah dimulai sejak tahun lalu untuk mengungkap secara rinci terkait adanya dugaan ada persekongkolan ini dirahasiakan dari publik.
Karena, berlangsungnya operasi itu bertepatan dengan 'pembicaraan' antara Maduro dan pejabat AS yang akhirnya menyepakati pertukaran tahanan. Di bawah kepemimpinan Maduro, AS dianggap sebagai pihak yang mendukung oposisi — atau disebutnya sebagai 'sayap kanan'.
Menurut Maduro, pihak oposisi di Venezuela memperoleh 'dukungan' dari badan intelijen AS Central Intelligence Agency (CIA) dan Drug Enforcement Administration (DEA).
Konon, beredar sebuah video yang menunjukkan pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado, turut terlibat dalam konspirasi untuk melengserkan Maduro. Machado sebelumnya sempat menjadi saingan Maduro, tetapi kemudian didiskualifikasi karena mendukung sanksi terhadap Venezuela dan diduga korupsi.
ADVERTISEMENT
Adapun Maduro terpilih dalam masa jabatan periode keduanya pada 2018, tetapi tidak diakui banyak negara dan justru dijatuhi rentetan sanksi. Sanksi-sanksi tersebut kemudian dilonggarkan, usai Maduro setuju untuk mengadakan pemilu yang bebas dan adil pada 2024 — dengan kehadiran para pengamat.
Namun, Maduro sampai saat ini belum mengkonfirmasi secara resmi apakah ia akan kembali mencalonkan diri untuk masa jabatan periode ketiganya. Selama kepemimpinannya, Maduro acap kali menghadapi rencana kudeta — yang biasanya didukung oleh AS, oposisi, dan para penyelundup obat terlarang asal Kolombia.