Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kabar angin sayup-sayup berembus di tengah warga Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), sekitar sebulan yang lalu. Kabar itu ikut sampai ke telinga Yati Dahlia, putri tokoh adat setempat dari suku Paser Balik.
Kabarnya, orang nomor 1 di Indonesia, Presiden Jokowi, bakal mengunjungi calon Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara hari Senin (14/3). Agendanya: menggelar Ritual Kendi Nusantara di Titik Nol dan berkemah di lokasi calon Istana Kepresidenan IKN.
Meski acara penting itu menjadi pemberitaan nasional, tapi sorak-sorai kedatangan Presiden hanya berdengung pelan di wilayah sekitar IKN. Yati mendengarnya sekitar dua pekan sebelum Jokowi datang dari desas-desus warga dan seliweran posting media sosial.
Perempuan yang sehari-hari mengajar tari Ronggeng di Sanggar Uwat Bolum ini diam-diam menyimpan kecewa, sebab ayahnya yang merupakan Ketua Adat Paser Balik di Desa Bumi Harapan, tak diberi tahu dan tak diundang.
“Kami sebagai penduduk asli merasa enggak dianggap. Kami kan juga mau dimanusiakan. Tapi kami enggak diajak ikut ritual itu,” kata Yati kepada kumparan di kediamannya, Desa Bumi Harapan, Jumat (18/3).
Suku Paser Balik adalah penduduk asli di kawasan IKN Nusantara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Suku ini tergolong minoritas dibanding subsuku Paser lain di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Seminggu sebelum acara, warga setempat baru yakin Presiden benar-benar akan datang. Hasanudin, tokoh masyarakat Paser dan warga Desa Bumi Harapan, melihat kegiatan aparat keamanan yang makin intens di wilayahnya.
Dua hari sebelum kedatangan Jokowi, TNI-Polri sudah berada di sekitar IKN untuk mengamankan wilayah. Pasukan Pengamanan Presiden pun datang ke rumah Hasan yang berjarak sekitar dua kilometer dari gerbang wilayah IKN yang konsesi lahannya dipegang oleh PT ITCI Hutani Manunggal (IHM), perusahaan hutan tanaman industri.
Sejumlah anggota TNI lalu menginap di rumah dua lantai milik Hasan.
“Mereka menginap karena ndak ada tempat lain lagi. Jadi saya tampung di rumah saya. Saudara kan harus saling peduli. Ada sekitar 30 orang yang menginap. Semalam saja, malam Minggu (12/3),” kata Hasan saat berbincang dengan kumparan.
Hasan bukan hanya tokoh masyarakat setempat. Ia juga bekerja di PT IHM sekaligus juru kunci gerbang wilayah IKN. Siapa pun yang hendak masuk IKN biasanya menghubungi Hasan untuk berkoordinasi, sebab gerbang IKN dijaga petugas keamanan perusahaan.
Menjelang kedatangan Jokowi, Hasan menyaksikan para pekerja merapikan anak tangga menuju titik nol geodesi, tempat Presiden dan para gubernur melakukan ritual penyatuan tanah-air ke dalam kendi perunggu raksasa.
Area titik nol yang berbentuk bundar itu pun ikut didandani. Tribun berundak dipasang untuk tempat para gubernur berdiri saat berlangsungnya prosesi. Sebelumnya, pembangunan Titik Nol IKN yang menjadi lokasi Ritual Kendi Nusantara berlangsung selama seminggu.
“Yang ada di bundaran itu (area Titik Nol) dipersiapkan dari pemerintah, dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kalau ndak salah ada sekitar satu minggu mereka bekerja. Siang malam mereka mempersiapkan itu,” ujar Hasan.
Sementara di ujung jalan menuju Titik Nol IKN, dipasang semacam atap oleh pemerintah, dua pekan sebelum kedatangan Jokowi.
Selain itu, akses internet mesti disambungkan ke lokasi kemah Jokowi. Kebetulan ia pun diminta tolong PT Telkom untuk mengurusnya.
Hasan menyanggupi. Lelaki kelahiran Paser, Desember 1968 itu lalu meminta empat warga di desanya untuk memasang tiang kabel internet sejauh tiga kilometer. Maka, 57 tiang sekaligus dipasang dari gerbang masuk IKN menuju kawasan intinya dalam waktu sepekan.
Di sepanjang jalan menuju IKN yang merupakan jalan angkut (hauling) PT IHM, juga terpancang tiang-tiang jaringan listrik PLN. Tiang-tiang inilah yang menjadi pemandu bagi siapa pun yang akan menuju tempat kemping Presiden di IKN beberapa waktu lalu.
Kendi Nusantara
Pada Senin yang cerah, Ritual Kendi Nusantara pun berlangsung. Presiden, para gubernur dari berbagai daerah di Indonesia, sejumlah menteri, dan Ketua MPR berkumpul di Titik Nol IKN. Di hadapan mereka, kendi perunggu raksasa berkilat tertimpa sinar matahari nan terik.
Ke dalam kendi itu, tanah dan air dari 34 provinsi di Indonesia ditumpahkan. Inilah simbol Nusantara, tanah air bangsa Indonesia.
Plt. Bupati Penajam Paser Utara, Hamdam Pongrewa, mengatakan ritual tersebut menunjukkan keinginan Presiden untuk melibatkan seluruh rakyat Indonesia.
“Masyarakat direpresentasikan oleh gubernur dari masing-masing provinsi. Karena kalau mengundang terlalu banyak orang, semisal seluruh bupati dan wali kota, akan sangat ribet sementara lokasinya belum memadai untuk tempat berkumpul banyak orang,” kata Hamdam kepada kumparan di Mes Pemkab PPU di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Hamdam menyebut Pemkab Penajam Paser Utara turut membantu pelaksanaan Ritual Kendi Nusantara bersama protokoler Sekretariat Negara, Paspampres, protokoler Pemprov Kalimantan Timur, dan jajaran TNI serta Kepolisian.
“Kami hanya sebagai supporting. Persiapannya sekitar dua minggu (diarahkan) oleh protokoler Sekretariat Negara,” tutur Hamdan.
Menurut Hamdan, kendi perunggu raksasa yang menjadi pusat ritual Jokowi dan 34 gubernur disiapkan khusus oleh Balai Cipta Karya Kementerian PUPR.
Usai ritual, wadah atau kendi-kendi kecil yang dibawa para gubernur dari daerahnya masing-masing pun disimpan Pemkab PPU sebagai kenang-kenangan untuk generasi yang akan datang. Benda-benda itu nantinya akan ditempatkan di lemari atau galeri yang pantas.
“Pak Gubernur (Kaltim) menyampaikan kepada kami untuk mengumpulkan dan menyimpan kendi-kendi itu. Ini saksi sejarah, bahwa pernah ada salah satu tahapan pemindahan ibu kota negara yang melibatkan benda-benda itu,” ujar Hamdam.
Sementara kendi raksasa bergambar Garuda yang menjadi wadah penyatuan tanah dan air dari 34 provinsi, tak diketahui oleh masyarakat setempat. Kendi besar tersebut sudah tak ada lagi di lokasi ritual.
Jatmiko alias Kapon, pemilik Wisma Kapon Jaya di Kecamatan Sepaku, sempat melihat kendi besar yang sama persis dengan kendi yang dipakai untuk ritual di Titik Nol. Menurut Kapon, kendi besar itu ditaruh di sudut pintu depan wismanya setelah Ritual Kendi Nusantara usai.
“Setelah acara selesai, (kendi) ditaruh di sini. Baru diambil kemarin lusa (Kamis, 17/3) sama orang Kementerian PUPR waktu magrib,” kata Kapon kepada kumparan.
Kendi memang kerap digunakan dalam berbagai ritual, baik yang bersifat sosial, budaya, maupun keagamaan; mulai upacara kematian, perkawinan, sampai peresmian atau pelantikan. Oleh sebab itu, kendi dianggap sebagai bagian dari budaya dan kearifan lokal.
Dalam filosofi Jawa, kendi dimaknai sebagai wadah atau sumber kehidupan, sedangkan air di dalamnya juga diartikan sebagai sumber kehidupan manusia dan alam.
Antropolog Universitas Mulawarman, Martinus Nanang, menyatakan bahwa melalui Ritual Kendi Nusantara, Jokowi tengah membangun simbol yang mengesankan persatuan dalam membangun IKN Nusantara.
“Itu pernyataan bahwa seluruh masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, secara simbolis mendukung (pembangunan IKN),” kata Nanang ketika ditemui di Sepaku.
Soal ritual yang disebut kental nuansa Jawa, Nanang menyebut bahwa kendi memang berasal dari budaya Jawa. Ia sendiri bertanya-tanya mengapa Jokowi memilih memakai kendi ketimbang mengadopsi budaya setempat di Kalimantan.
Namun, Nanang tidak terlalu heran. “Yang dominan itu yang mempunyai pengaruh, kekuasaan. Keputusan paling kuat kan dominan orang Jawa, sehingga ia bisa memutuskan mau membuat ritual apa di situ.”
Sementara itu, Bupati PPU Hamdam menyatakan bahwa sesungguhnya bukan budaya Jawa saja yang tampak pada Ritual Kendi Nusantara. Sebab, Jokowi disambut di Titik Nol dengan upacara adat tepuk tepung tawar oleh Sultan Kutai Kartanegara, Aji Muhammad Arifin.
Tepuk tepung tawar adalah salah satu prosesi sakral Melayu Riau untuk mengucap syukur kepada Tuhan, memohon restu, dan meminta perlindungan. Prosesi ini dilakukan dengan menepuk-nepukkan bedak pada punggung telapak tangan, memercikkan air mawar, dan menaburkan bunga rampai sambil diiringi doa.
Selain itu, Tari Kanjar Ganjur dari Kesultanan Kutai Kartanegara juga dipertunjukkan sebelum ritual dimulai. Oleh sebab itu, menurut Hamdam, “Ada kolaborasi budaya di sana.”
Hamdam yang dilantik menjadi Plt. Bupati PPU sehari sesudah Undang-Undang Ibu Kota Negara disahkan, 19 Januari 2022, menyatakan bahwa persiapan pembangunan IKN amat serius. Saat ini intensitas kunjungan ke lapangan dari berbagai stakeholder pun meningkat.
Terlebih, Undang-Undang IKN sudah disahkan, Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN telah dilantik, dan Ritual Kendi Nusantara tuntas digelar. Semua itu, menurutnya, kian menegaskan niat pemerintah untuk menyegerakan pembangunan fisik IKN Nusantara.
Namun, apakah ritual tersebut menjamin pembangunan IKN, terutama Istana Kepresidenan dan Gedung MPR/DPR yang ditargetkan selesai tahun 2024, dapat rampung tepat waktu?
Apakah anggaran pembangunan bakal mencukupi sementara investor besar belum didapat usai Softbank menarik diri pada 11 Maret—hanya tiga hari sebelum Ritual Kendi Nusantara digelar? Siapa saja kini investor yang tengah diincar untuk mengamankan pendanaan IKN?