Krispi- Operasi senyap bendung corona.

Berjibaku Melacak “Klaster Jakarta” di Awal Pandemi

7 Juni 2020 20:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas berpakaian hazmat di Restoran Amigos, Kemang, untuk sterilisasi. Foto: Andesta Herli/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas berpakaian hazmat di Restoran Amigos, Kemang, untuk sterilisasi. Foto: Andesta Herli/kumparan
Fiena Fithriah masih ingat hari-hari awal setelah kasus positif COVID-19 pertama kali teridentifikasi awal Maret lalu. Saat itu, pemerintah berkejaran dengan waktu untuk mencegah terjadi penularan lebih luas.
Kementerian Kesehatan bergegas mengumpulkan petugas dari jajaran Dinas Kesehatan DKI Jakarta di hari yang sama ketika kasus positif diumumkan Presiden Jokowi. Skenario pelacakan orang-orang yang diduga melakukan kontak dengan dua orang pasien yang berdomisili di Depok, Jawa Barat, dirancang.
“Kami dikumpulkan terus mendapat arahan seperti apa yang harus dilakukan,” kata Fiena yang saat itu belum genap sebulan menjabat Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan.
Pasien-pasien terindentifikasi pernah berinteraksi dengan sejumlah orang di beberapa titik lokasi. Jakarta Selatan masuk dalam radar pemantauan.
Di sana, pasien 01 COVID-19 mengikuti kegiatan dansa di klub Amigos, Kemang, Jakarta Selatan, pada Jumat (14/2). Dia diduga tertular ketika berinteraksi dengan seorang berkewarganegaraan Jepang yang belakangan diketahui terkonfirmasi positif COVID-19.
Pasien 01 kemudian menularkan virus corona baru ke ibunya yang kemudian menjadi pasien 02. Keduanya tinggal bersama di Depok, Jawa Barat.
Ilustrasi: Indra Fauzi/kumparan
Sehari setelah kasus 01 dan 02 diungkap ke publik, Sudin Kesehatan Jakarta Selatan bergerak menginvestigasi penyebaran di Amigos. Fiena memimpin tim tersebut. Penyelidikan epidemiologi dilakukan kepada para staf yang berada di klub itu pada 14 Februari.
Penyelidikan tak hanya dilakukan sekali. Beberapa hari kemudian, penyelidikan terhadap pegawai Amigos kembali dilakukan. Petugas kesehatan melakukan tes swab kepada para pegawai. Hasilnya, menurut Fiena, seluruhnya negatif.
Penelusuran di Kemang itu diikuti pelacakan kontak erat di tempat lain, yakni Jakarta Pusat. Pasien 01 diketahui mengikuti program dansa di Kafe Paloma, Menteng, Sabtu (15/2).
Kepada kumparan, pasien 01 menerangkan bahwa Kemenkes meminta kontak orang-orang yang berinteraksi dengannya pada tanggal 14 dan 15 Februari.
Ia menuturkan, penelusuran Klaster Jakarta ini membuat sejumlah temannya yang berada bersamanya pada acara tanggal 14 dan 15 didatangi petugas kesehatan untuk diperiksa. Pasangan pasien 01 yang tinggal di Jakarta Selatan pun tak luput dalam daftar kontak dekat yang berpotensi terpapar COVID-19.
Pasien 01, Sita Tyasutami. Foto: Dok. BNPB
Pasien 01 mengungkapkan, petugas juga menelusuri kemungkinan keluarga besarnya terpapar, sebab ia sempat berkunjung ke rumah saudaranya di Bintaro, Tangerang Selatan, Minggu (16/2).
Beruntung hasil penelusuran meunjukkan tidak ada satu pun orang yang positif COVID-19 di Bintaro. Namun penelusuran kontak erat terus dilakukan.
Jumat (6/3), pemerintah kembali mengumumkan pertambahan kasus positif, yakni kasus 03 dan 04. Dua kasus ini ditemukan setelah pemerintah memperluas contact tracing terhadap 80 orang yang berada di klub dansa.
Pasien kasus 03 diketahui merupakan kakak pasien 01. Penelusuran tak hanya dilakukan di Jakarta, tapi juga di kediaman pasien 01 di Depok, Jawa Barat.
Semua orang yang bekerja di rumah pasien 01 diperiksa, dari tukang kebun sampai asisten rumah tangga. Tenaga kesehatan di rumah sakit yang sempat merawat pasien 01 juga diperiksa.
“Para perawat tidak menggunakan APD saat melayani (pasien 01),” kata Kepala Dinas Kota Depok, Novarita.
Pasien 01 dan 02 sempat diperiksa di sebuah rumah sakit di Depok sebelum dinyatakan positif COVID-19. Pasien 01 semula didiagnosis bronkopneumonia, sedangkan pasien 02 didiagnosis terkena tifus.
Rapid test di Depok, Jawa Barat. Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Hasil penelusuran di Depok menunjukkan kontak yang terkonfirmasi positif nihil. Sementara itu, penelusuran Klaster Jakarta di DKI terus membuahkan temuan.
Fiena menuturkan, jumlah kontak erat yang terhubung dengan pasien 01 dan 03 bertambah signifikan dari hari ke hari seperti deret matematika.
Ini yang menyebabkan Fiena dan jajarannya kelabakan. “Dari 01, 03, 05, 10, 20, 50, 60, pokoknya saya sampai enggak tahu ini (mana) yang belum kami lakukan PE (penyelidikan epidemi),” kata Fiena.
Hasil penelusuran masif di DKI membuahkan temuan kasus positif lain. Pada 8 Maret, pemerintah mengumumkan 2 kasus tambahan. Ini termasuk kasus 05 yang merupakan hasil pelacakan dari kasus 01, 02, 03, dan 04.
Laju penemuan kasus dari hari ke hari makin bertambah di Indonesia. Klaster Jakarta pun semakin berkembang sejak 9 Maret, seiring pemerintah mengumumkan kasus penularan dari luar negeri atau imported case.
Dari pelacakan kontak mendalam dengan pasien 01, ditemukan tiga kasus positif lain, yakni kasus 10, 11, dan 12. Sementara pasien kasus 13 merupakan subklaster pasien kasus 03. Adapun kasus 20, 21, dan 27 merupakan subklaster Jakarta.
Sampai 12 Maret, pemerintah mengumumkan total 11 kasus positif yang masuk “Klaster Jakarta”.
Klaster Jakarta ini hanya titik awal dari pandemi corona di Jakarta dan Indonesia. Klaster lain terus bermunculan di seluruh penjuru negeri. Hal ini membuat tim pelacak di berbagai daerah terus-menerus bekerja untuk memutus rantai penyebaran corona.
“Kami bekerja nonstop,” kata Fiena.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
Yuk, bantu donasi untuk atasi dampak corona.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten