Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Berkunjung ke Jabal Uhud, Gunung Surga dan Saksi Bisu Syahidnya Para Syuhada
27 Juni 2024 13:57 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Jabal Uhud merupakan salah satu tempat bersejarah di Madinah, Arab Saudi. Jabal dalam bahasa Arab artinya gunung.
ADVERTISEMENT
Gunung ini menjadi saksi pertempuran antara kaum muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah dengan pasukan kafir Quraisy Makkah pada tahun ketiga Hijriah atau tahun 625 Masehi.
Banyak jemaah haji atau umrah berkunjung ke sana untuk napak tilas perjuangan Rasul bersama para sahabat.
Letak Gunung Uhud di sebelah utara Madinah dengan ketinggian 1.077 meter dan membentang sejauh 7 km dengan lebar sekitar 3 km.
kumparan bersama dengan Tim Media Center Haji (MCH) berkunjung ke Jabal Uhud pada Rabu (26/6/2024) sore. Cuaca saat itu cukup terik dan angin bertiup kencang.
Saat tiba di lokasi, terlihat sejumlah peziarah. Mereka menaiki sebuah bukit bernama Bukit Rumat yang berada di kaki Gunung Uhud.
Dari puncak Bukit Rumat, peziarah bisa memandang Jabal Uhud dengan jelas.
Di bagian bawah bukit terdapat makam 70 sahabat yang gugur saat perang Uhud. Makam tersebut sudah diberi pagar besi dan hanya bisa diliat dari kejauhan.
ADVERTISEMENT
Bila lelah mendaki Rumat, jemaah bisa membeli makanan atau minuman di sekitar lokasi. Ada juga kios yang menjual berbagai barang khas Arab Saudi, seperti serban, sajadah, hingga celak. Ada juga berbagai rempah dan herbal seperti daun mint.
Di dekat kios-kios ada Masjid Jam'eh Sayed Al Shohada. Peziarah bisa melaksanakan salat di masjid ini.
Bukit Surga
Salah satu keutamaan Gunung Uhud adalah gunung ini dijanjikan ada di surga. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, disebutkan: Jika kita hendak melihat bukit yang terdapat di surga, maka ziarahlah ke Gunung Uhud.
Nabi Muhammad SAW bersabda: Gunung Uhud adalah salah satu dari bukit-bukit yang terdapat di surga. (HR Bukhari).
Dalam salah satu riwayat dikisahkan bahwa Gunung Uhud pernah bergetar ketika Rasulullah SAW sedang bersama Sayidina Abu Bakar RA, Sayidina Umar Al-Faruq RA, dan Sayidina Utsman bin Affan RA sedang berada di puncaknya.
ADVERTISEMENT
Melihat Gunung Uhud yang bergetar kala itu, Nabi Muhammad SAW menghentakkan kakinya dan berkata:
Diamlah engkau Uhud, di atasmu sekarang ada Rasulullah dan orang yang selalu membenarkannya (Abu Bakar RA) dan dua orang yang akan mati syahid (Umar bin Khattan dan Utsman bin Affan).
Tak lama setelah Rasulullah menghentakkan kakinya dan berkata hal demikian, Gunung Uhud pun berhenti bergetar sebagai tanda kerinduan dan kegembiraan menyambut Rasulullah.
Saksi Bisu Para Syuhada
Dalam perang Uhud, pasukan Rasulullah hanya berjumlah 700 orang, sementara tentara Quraisy berjumlah 3.000 orang.
Rasulullah menempatkan 50 pemanah di Bukit Rumat yang berada di kaki Gunung Uhud untuk melindungi mereka dari serangan suku Quraisy.
Pasukan yang dipimpin oleh Rasulullah hampir saja menang. Namun saat itu pasukan pemanah yang berada di Bukit Rumat, malah turun bukit. Padahal sebelumnya Rasul sudah mengingatkan agar pasukan tetap berada di bukit tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 40 pasukan pemanah mengira sudah menang, mereka lalu turun untuk mengambil harta rampasan perang atau ghanimah. Di saat itulah celah muncul, dan pasukan Quraisy menyerbu pasukan Nabi.
Nabi terluka hingga pelipisnya berdarah dan giginya copot. Selain itu sekitar 70 orang sahabat gugur dalam perang tersebut, salah satunya adalah paman Rasullullah yang begitu dicintai, Hamzah bin Abdul Muthalib yang dijuluki Asadullah, singanya Allah.
Mereka semua dimakamkan sekitar 100 meter di kaki bukit Rumat. Peziarah bisa mengirimkan doa untuk Hamzah dan para syuhada Uhud di sana.
Hikmah yang Dipetik
Ketua Lembaga Ta'lif Wan Nasyr (LTN) atau Infokom dan Publikasi PBNU, KH Ishaq Zubaedi Raqib yang ikut dalam kunjungan ke Jabal Uhud mengatakan ada hikmah yang bisa diambil dari peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin menggarisbawahi satu hal, bahwa ikut perintah nabi itu tidak bisa ditawar. Dalam segala hal dan termasuk hal-hal yang sangat taktis seperti perang," katanya.
Ishaq mengutip sabda Rasul bahwa perang terbesar adalah menghadapi diri sendiri. Seperti yang terjadi pada pasukan pemanah yang memilih untuk mengabaikan perintah Nabi untuk tetap berada di atas bukit.
"Dan itu terbukti ketika di Uhud ini, kita tidak bisa mengalahkan diri sendiri dan dikalahkan oleh nafsu untuk mendapatkan kecukupan duniawi lewat harta rampasan perang. Hal ini terbukti bahwa sabda beliau menjadi kenyataan," katanya.