Lipsus Lebaran yang Tak Biasa-Panti Asuhan Tunas Bangsa

Berlebaran Tanpa Keluarga: Anak-Anak Panti Memeluk Mimpi (2)

9 Mei 2022 11:54 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Samudra namanya. Ia bocah laki-laki berusia tujuh tahun. Dua tahun lalu, ia bekerja serabutan di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Ayahnya seorang sopir di terminal itu. Namun jejak sang ayah kini bak raib ditelan bumi.
Sejak ditemukan petugas Dinas Sosial mengasong di terminal, Samudra dibawa lalu dimasukkan ke Panti Asuhan Tunas Bangsa di Cipayung, Jakarta Timur. Petugas Dinsos berupaya mencari ayahnya, namun tak pernah berhasil. Tak ada pula orang tua atau keluarga yang mencari “anak hilang” bernama Samudra.
Alhasil, Samudra kini seolah yatim piatu. Ketika ditanya soal orang tuanya pun, raut wajah Samudra menunjukkan ekspresi bingung. Entah pikiran apa yang ada di kepalanya, namun matanya mengungkapkan kerinduan akan keluarga.
“Kangen, pengen Lebaran (sama orang tua),” katanya kepada kumparan, Selasa (26/4).
Suasana di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Senin pagi (2/5), Samudra mengenakan baju koko berwarna krem. Ia ikut salat Id di Aula Panti Asuhan Tunas Bangsa. Usai salat, ia dan anak-anak lain bersalam-salaman dengan petugas panti sambil berbaris rapi.
Senyum para petugas panti seolah menghangatkan hati mereka—anak-anak yang tak memiliki orang tua, atau tak tahu di mana keberadaan orang tua mereka.
Bagi Samudra, ini Lebaran keduanya di panti asuhan. Ia termasuk anak yang masih sempat mengetahui wajah orang tuanya meski tak lagi bersama mereka. Seperti Samudra, kebanyakan anak di panti itu sudah tak pernah bertemu orang tuanya.
Samudra tak tahu cara mendeskripsikan keluarga yang pernah ia punya. Namun gestur dan mimik mukanya yang memperlihatkan rasa rindu.
Suasana di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pengelola panti asuhan berusaha membuat suasana Lebaran semeriah di rumah. Mereka menyajikan hidangan Lebaran setelah bersalam-salaman. Aneka lauk ditata rapi di meja. Samudra menyantap opor ayam dengan lahap. Ia dan kawan-kawannya terlihat bahagia.
Di sampingnya, Hanif juga menikmati opor ayam dengan kerupuk di piring. Ia seumuran Samudra, namun sudah lebih lama tinggal di panti. Ia masuk lima tahun sebelum Samudra. Namun, ia sesungguhnya masih punya orang tua.
Hanif bahkan kerap disambangi orang tuanya saat Lebaran. Namun ia tak pernah mau pulang ke rumah. Hanif merasa lebih nyaman tinggal di panti. Hanif merupakan salah satu anak panti yang dibawa dinsos lantaran orang tuanya tak lagi mampu menafkahi setelah ayahnya meninggal saat dirinya kecil. Ibunya hanya seorang gelandangan.
“Pokoknya enggak mau balik lagi (ke rumah),” kata Hanif singkat.
Suasana di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Jadi suasana Lebaran itu kita ciptakan di dalam panti ini, (meski tanpa) orang tuanya, (tapi) ada kami,” kata Kepala Panti Asuhan Tunas Bangsa, Ucu Rahayu.
Ucu menjelaskan, para petugas panti mengupayakan supaya momen Lebaran di asrama tak jauh berbeda dengan di masyarakat. Ia mencontohkan, momen Lebaran identik dengan makan ketupat, begitu juga di panti yang menyediakan kudapan ketupat setiap tahunnya. Kue-kue lebaran hingga parcel yang lengkap dihias manis. Selain itu, anak-anak panti juga bisa memakai baju baru Lebaran seperti anak-anak pada umumnya.
Selain makan ketupat, anak-anak panti juga sering diajak berwisata saat libur Lebaran. Meski hanya ke tempat wisata sekitar seperti Monas, Taman Mini, dan taman-taman bermain di sekitar.
“Walaupun mungkin turun hanya difoto saja, naik lagi (ke mobil) gitu kan,” jelasnya.
Panti juga mengadakan program untuk menghubungi orang tua. Sebab, sebagian anak memang memiliki orang tua meski tak hidup dalam satu rumah lagi. Ucu menekankan kepada para pengasuhnya untuk meminta orang tua agar datang saat perayaan Lebaran. Pihak panti akan memfasilitasi kunjungan orang tua kapan pun mereka bisa menjenguk.
“Bahkan kalau memungkinkan keluarganya untuk misalnya membawa anaknya pulang dulu Enggak masalah gitu,” sambungannya.
Menurut Ucu kunjungan orang tua sangat penting. Anak-anak harus tetap merasa dekat dengan orang tuanya sehingga secara psikologis mereka memahami arti orang tua sebenarnya. Sebab, bagaimanapun panti mempunyai keterbatasan dalam mengasihi anak-anak.
“Karena anak itu batinnya itu berasa. Jadi kalau memang kemarin masih sibuk, tolong disempatkan,” ungkapnya.
Suasana di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Rutinitas Lebaran
Angger Pambudi (30) merupakan petugas di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang sehari-hari menemani anak-anak. Angger merupakan sosok ayah yang penyabar bagi anak-anak panti. Angger tahu betul bagaimana membuat anak-anak dekat.
Pria asli Kebumen, Jawa Tengah, ini menceritakan kegiatan anak-anak pada saat menjelang Lebaran. Pada saat malam takbiran, anak-anak menggelar takbir bersama di musala yang tak jauh dari asrama. Anak-anak selalu bersemangat menggemakan takbir sambil memukul bedug masjid.
"Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd" begitu gemuruh suara anak-anak malam itu.
Pagi harinya anak-anak antre mandi. Lalu siap-siap mengenakan baju koko baru yang telah disiapkan beberapa hari sebelumnya oleh para pengasuh. Selanjutnya, petugas menyiapkan shaf salat yang telah dilapisi karpet. Anak-anak siap untuk salat yang dilanjutkan mendengarkan khotbah.
Kegiatan hari pertama Lebaran memang lebih banyak dihabiskan di area panti bersama dengan para pengasuh. Terkadang Angger mengajak salah satu anak panti untuk bermain bersama saat lebaran. Hal ini ia lakukan untuk memberikan pengalaman lebih dekat kepada anak. Meski begitu, tak jarang para anak asuhnya menanyakan keberadaan orang tua mereka, saat ada orang tua lain yang berkunjung di momen Lebaran.
“Bagi mereka yang punya orang tua, mereka (orang tua diundang) harus ke panti. Nanti kami arahkan. ‘Ayo minta maaf’,” tuturnya.
Pada saat hari kedua biasanya anak-anak diajak jalan-jalan ke tempat wisata dengan kendaraan yang telah disediakan panti. Mereka juga diajak nonton film-film islami di aula. Momen spesial ini sengaja diisi dengan kegiatan yang menggembirakan agar mereka memiliki kenakan bahagia saat Lebaran.
Sejumlah anak saat bermain di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Lebaran di panti yatim dan duafa
Suasana serupa juga terlihat di Panti Asuhan Yatim dan Dhuafa Mizan Amanah yang berlokasi di Jalan Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Panti ini memiliki program rutinan menjelang Lebaran.
Kepala panti Nurdin menjelaskan, ada program khusus untuk para anak asuhnya yang berusia 5 hingga 12 tahun selama bulan Ramadhan. Mereka diminta untuk menghatamkan Al-quran dan pada malam takbiran anak-anak akan berlomba menyetor hafalan dengan hadiah baju baru.
“Ayo siapa yang khatam Al-Quran nanti di beliin baju baru,” ujarnya.
Pada saat hari pertama Lebaran, anak-anak melakukan Salat Ied bersama di masjid yang tak jauh dari lokasi. Selanjutnya anak-anak makan ketupat bersama di asrama.
Seorang anak melihat buku di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Meski demikian, tidak semua anak asuh merayakan Lebaran di asrama. Sebagian dari mereka memilih mudik dan menikmati Lebaran di kampung halaman. Namun pandemi dua tahun ini ada beberapa anak yang tidak mudik.
“Akhirnya, untuk menghilangkan rasa jenuh, ya kita (pengasuh) bawa ke kampung. Nah, kadang-kadang ya ada pengurus yang ajak. Silakan,” ungkapnya.
Lebaran bagi anak-anak panti menjadi momen bahagia yang akan terus dikenang, meski tanpa kehadiran orang tua yang mereka rindukan.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten