Bivitri: Mari Perlakukan Dirty Vote sebagai Film

15 Februari 2024 19:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film Dirty Vote. Foto: Dirty Vote
zoom-in-whitePerbesar
Film Dirty Vote. Foto: Dirty Vote
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pakar hukum tata negara, Bivitri Susanti, meminta masyarakat untuk memperlakukan Dirty Vote sebagai sebuah film.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikannya usai menghadiri Aksi Kamisan, di depan Istana Presiden, Jakarta, Kamis (15/2).
"Kalau Dirty Vote itu, kan film ya. Jadi kami berharap kalau film itu direspons dengan gerakan-gerakan teman-teman, bagus banget," ujarnya kepada wartawan di lokasi, Kamis (15/2).
Ia menghargai respons positif yang diberikan publik, namun ia tetap menginginkan agar dokumenter tersebut hanya dianggap sebagai film.
"Tapi dari kami, itu [Dirty Vote] sebagai film saja, mari perlakukan sebagai film," kata dia.
Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari. Foto: Dirty Vote untuk Pers
Dirty Vote mencuri perhatian masyarakat Indonesia di tengah pelaksanaan Pemilu 2024. Dalam film itu, menampilkan tiga pakar hukum tata negara, yakni Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar.
Film yang disutradarai Dandhy Laksono tersebut dirilis bertepatan dengan hari pertama masa tenang kampanye, Minggu (11/2). Film itu menceritakan berbagai desain kecurangan Pemilu 2024 dengan menguak berbagai fakta yang terjadi selama proses Pemilu 2024.
ADVERTISEMENT
"Saya mau terlibat dalam film ini karena banyak orang yang akan makin paham bahwa memang telah terjadi kecurangan yang luar biasa sehingga pemilu ini tidak bisa dianggap baik-baik saja," kata Bivitri dalam video teaser.
Pakar hukum tata negara, Bivitri Susanti, saat ditemui wartawan usai menghadiri Aksi Kamisan di depan Istana Presiden, di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (15/2/2024). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
Sementara itu, Feri menganggap film ini akan mampu mendidik publik betapa curangnya pemilu ini.
"Dan bagaimana politisi telah mempermainkan publik pemilih hanya untuk memenangkan kepentingan mereka," katanya.
"Jika anda nonton film ini tolong jadikan film ini sebagai landasan untuk anda melakukan penghukuman. Film ini adalah monumen, monumen yang akan kita ingat bahwa kita punya peranan besar melahirkan orang yang bernama Jokowi," kata Zainal.