Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Gempa bumi berkekuatan 3,2 magnitudo terjadi di Bekasi pada Selasa (10/12). Berdasarkan analisis BMKG , gempa yang dirasakan di Cikarang dan Cibarusah dengan pusat gempa di kedalaman 4 km ini merupakan gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas Sesar Baribis.
ADVERTISEMENT
Lalu apakah ada dampaknya bagi Jakarta yang bertetangga dengan Bekasi?
Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly tak menampik aktivitas Sesar Baribis berpotensi memicu gempa megathrust di Jakarta. Namun, Sadly memastikan, semuanya pasti akan terpantau oleh teknologi yang dimiliki BMKG.
"Kalau sesar-sesar itu, Sesar Baribis itu, iya semua ada potensinya aktif. Potensinya seismik aktif kita sudah petakan di sini itu semua merah. Jadi memang ada potensi-potensi semua, tapi kita tidak usah risau," kata Sadly di Kantor BMKG, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (26/12).
"Kita pantau terus, kita monitor terus. Jadi teknologi untuk memonitor sudah canggih. Hanya kita tidak bisa memprediksi kapan itu terjadi," sambung Sadly.
ADVERTISEMENT
Jika terjadi gempa kuat di zona megathrust, maka sebagian besar wilayah Jakarta memiliki kerentanan sangat tinggi terhadap gempa bumi. Namun, BMKG tidak bisa memprediksi gempa itu terjadi dan seberapa kuat guncangannya.
"Bisa aja nanti malam terjadi, bisa aja satu menit kemudian. Kalau kita punya operational room di sini tiap hari memantau menit ke menit, itu ada gempa tiap hari terjadi. Ya saya pikir gitu aja," jelas Sadly.
Ia menambahkan, apabila ada isu soal potensi tsunami dengan ketinggian tertentu sudah dipastikan hoaks. Namun, ia tak membantah soal potensi gempa besar.
"Jadi kalau ada berita di luar bilang akan terjadi tsunami ketinggian sekian, itu hoaks. Jadi kita tadi ada zona dugaan aktif. Ada Nias, Lombok, Maluku, Ambon, Sulawesi, Mamberamo," jelas Sadly.
ADVERTISEMENT
"Itu semua kita sudah tahu, sudah petakan bahwa di sini potensi gempanya banyak, seismitas merah. Kayak di Maluku kan sudah 2000 lebih (frekuensi gempa) artinya memang enggak apa-apa, alam," imbuhnya.
BMKG akan terus memantau aktivitas tektonik di Indonesia dengan teknologi yang mereka miliki.
"Tapi kalau kita bilang besok terjadi gempa itu hoaks, enggak mungkin. Dan saya yakinkan bahwa otoritas memberikan peringatan gempa itu hanya BMKG, sehingga kita mengacu BMKG ," tutup Sadly.