Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Pemerintah belum memutuskan untuk memulangkan WNI eks ISIS di Suriah. Tapi, bisa saja pemerintah memulangkan sebagian WNI di sana khususnya anak-anak.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius, menyebut pihaknya masih membuka opsi untuk memulangkan anak-anak dan perempuan WNI eks ISIS. Opsi diambil karena, menurut Suhardi, jadi tanggung jawab negara untuk menyelamatkan masa depan dari anak muda.
"Karena kalau kita biarkan anak-anak ini, ini akan mengadopsi kekerasan orang tuanya. Kita selamatkan mereka. Mungkin orang tua terpaksa mereka, terpaksa ngalahlah sama ideologinya. Tapi kita selamatkan generasi mudanya supaya tidak terjadi," ujar Suhardi dalam pernyataan persnya di Kantor BNPT Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (7/2).
Kendati demikian, opsi pemulangan WNI eks ISIS masih harus melalui sejumlah pertimbangan lain. Suhardi mencontohkan upaya pemulangan anak dari pelaku bom Bali, Imam Samudra. Setelah diasesmen, anak Imam Samudra jauh lebih keras dari ayahnya.
ADVERTISEMENT
Nantinya BNPT akan terlebih dahulu memetakan kriteria khusus untuk memulangkan anak dan perempuan. Kondisi sosial setelah mereka kembali ke masyarakat juga akan diawasi oleh pemerintah.
"Kita lihat latar belakang dulu. Imam Samudra kejadian bom Bali anaknya 3-4 tahun. Sekarang sudah mati di Suriah. Lebih keras dari bapaknya. Karena ada dua, keinginan dari orang-orang itu, pertama internal mereka bisa baik, organisasi. Yang kedua eksternal, bagaimana penerimaan masyarakatnya," ucap Suhardi.
"Kalau mereka termajinalkan lagi, ya terpaksa juga mereka kembali lagi. Kan sudah punya pengalaman kita," sambungnya.
Deradikalisasi terhadap anak, menurut Suhardi, bukan lagi hal baru bagi Indonesia. Salah satu programnya yakni menghadiri beberapa kampus untuk memberikan pembekalan kepada mahasiswa untuk menyiapkan mereka dalam menghadapi masuknya pengaruh buruk radikalisme.
ADVERTISEMENT
"Kalau program deradikalisasi justru dunia luar yang banyak belajar sama kita, 'kok bisa sih Anda ngurusin anak teroris, kok bisa sih Anda'. Menyebut seperti itu, kan mereka keras, enggak bisa berubah, rata-rata sentuhan kemanusiaan ada juga yang bisa berubah, walaupun ada juga yang keras," ungkap Suhardi.
"Yang perlu kita siapkan, anak-anak kita, generasi muda jangan sampai terpapar. Semuanya bisa terpapar, bahkan enggak berkontak sama orang pun bisa," tutupnya.