BNPT: Selama 2023-2024 Tak Ada Serangan Teroris, tapi Banyak Remaja Intoleran

10 Juni 2024 17:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Doorstop Kepala BNPT, Rycko Amelza Dahniel, Senin (25/3/2024) Foto: Jonathan Devin/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Doorstop Kepala BNPT, Rycko Amelza Dahniel, Senin (25/3/2024) Foto: Jonathan Devin/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak ada serangan teroris di Indonesia sepanjang tahun 2023 hingga Juni 2024. Namun di sisi lain, jumlah remaja intoleran meningkat.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Kepala BNPT Komjen Mohammed Rycko Amelza Dahniel dalam paparannya saat rapat dengan Komisi III DPR RI, Senin (10/6).
Berikut rincian data aksi terorisme di Indonesia sejak 2018:
"Sepanjang tahun 2023 sampai Juni 2024, alhamdulillah tidak terjadi serangan terorisme, zero terrorist attack di Indonesia. Global Terorism Index Indonesia juga semakin baik dari posisi 24 di 2022 dan 2023 menjadi posisi 31 di 2024," kata Rycko.
Rapat Kerja BNN dan BNPT dengan Komisi III DPR RI, Senin (10/6/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Namun di sisi lain, tren positif itu juga tak serta merta baik. Sebab, menurutnya ada pergerakan konsolidasi sel-sel teror.
Proses radikalisasi justru meningkat di kalangan perempuan, anak, dan remaja yang merupakan kelompok yang rentan di masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Fenomena ini menunjukkan perubahan tren pola serangan teror di Indonesia dari hard menuju soft approach of attack," sambung Rycko.
Datanya menurut Kajian I-KHUB BNPT Outlook 2023 seperti ini:
Remaja
"Meski peningkatannya hanya 1 digit, kondisi ini bisa menjadi masalah besar mendatang. Karena bahan baku utama radikalisme adalah intolerensi yang sungguh tidak kompatibel dengan negara kebangsaan Indonesia yang dibangun dalam berbagai perbedaan," sebut Rycko.
Dirinya mengkhawatirkan ke depan, bibit-bibit intoleran itu dapat berkembang dalam menciptakan rasa ekslusivisme. Yakni mengkategorikan orang yang berbeda dengannya sebagai lawan
"Ideologi ini pada tahap berikutnya dapat menyebabkan ekslusifisme, yang seringkali menggunakan jubah dan atribut keagamaan. Merasa diri dan kelompoknya paling benar, kelompok lain yang tidak sejalan dianggap salah, berhadapan harus dihancurkan, dikafirkan atau dihalalkan darahnya," tambahnya.
ADVERTISEMENT