BNPT Telusuri Jaringan Wanita Bersenpi yang Coba Terobos Istana: Simpatisan HTI

26 Oktober 2022 4:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
Seorang wanita ditangkap usai todong senjata api di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita ditangkap usai todong senjata api di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT mendalami dugaan jaringan terorisme terkait insiden seorang wanita yang membawa pistol dan mencoba menerobos Istana Negara pada Selasa (25/10) pagi.
ADVERTISEMENT
Wanita itu bernama Siti Elina. Ia tinggal di kawasan Koja, Jakarta Utara.
"BNPT sedang melakukan koordinasi intensif dengan aparat penegak hukum untuk memastikan apakah pelaku bagian dari jaringan terorisme atau pelaku tunggal," kata Direktur Pencegahan BNPT R Ahmad Nurwakhid dikutip dari Antara.
BNPT menuturkan, berdasarkan penelusuran sementara, Siti Elina memiliki pemahaman yang radikal serta pendukung salah satu ormas radikal, yakni HTI.
Ia juga diketahui sering mengunggah propaganda khilafah melalui akun media sosialnya.
"Pendalaman terhadap profil dan motif pelaku terus dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat adanya keterkaitan dengan aktor-aktor lain," ucap Nurwakhid.
Direktur Pencegahan BNPT R Ahmad Nurwakhid. Foto: Humas BNPT/ANTARA
Nurwakhid mengatakan, kejadian teror yang melibatkan perempuan di Indonesia bukan hal yang baru. Peristiwa tersebut mengingatkan pada ancaman bom di Istana Negara yang pada 2016.
ADVERTISEMENT
Calon pengantin yang ingin melakukan aksi teror di Istana Negara kala itu bernama Dian Yuli Novi. Selain itu, masih ada keterlibatan wanita dalam aksi teror pada 2021 saat Zakiah Aini menyerang Mabes Polri.
Nurwakhid menegaskan, BNPT telah mewaspadai tingkat kerentanan perempuan untuk direkrut dan dijadikan sebagai pengantin oleh kelompok teroris.
Kapolsek Ciracas, Kompol Jupriono, menyambangi rumah penyerang Mabes Polri Zakiah Aini , Kamis (1/4). Foto: Dok. Istimewa
Dalam jaringan teroris, perempuan tidak lagi menjadi aktor pendukung dan simpatisan, tetapi sudah diposisikan sebagai pelaku atau martir.
"Pemanfaatan perempuan dalam aksi terorisme memang tren baru khususnya yang dilakukan ISIS baik dilakukan dengan jaringan atau lone wolf yang tidak terikat komando dan jaringan," ujar dia.
"BNPT telah berupaya meminimalisir keterpaparan perempuan dalam jaringan dan aksi terorisme, dengan cara melibatkan perempuan sebagai agen perdamaian. Kaum ibu harus diberikan pencerahan karena kelompok tersebut dijadikan salah satu sasaran potensial oleh jaringan terorisme," tutup dia.
ADVERTISEMENT