Bom di Medan Ditakutkan Munculkan Stigma Negatif Terhadap Ojek Online

14 November 2019 5:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi berjaga pascabom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Sumut, Rabu (13/11).  Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
zoom-in-whitePerbesar
Polisi berjaga pascabom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Sumut, Rabu (13/11). Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Rabbial Muslim Nasution, diketahui mengenakan atribut ojek online saat menjalankan aksinya. Perilaku tersebut kini membuat kalangan driver ojek online resah.
ADVERTISEMENT
Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia, Igun Wicaksono, khawatir bom di Medan akan menimbulkan stigma negatif bagi ojek online. Meski, pelaku bom sebenarnya menyamar, bukan driver ojek online.
"Jadi ini yang kami takutkan, timbul stigma negatif terhadap ojek online. Seperti timbul antiojek online," kata Igun kepada kumparan, Selasa (13/11).
Dia menyebut keresahan itu dirasakan mayoritas driver ojek online di Indonesia. Terlebih, mulai adanya pembatasan terhadap driver ojek online di sejumlah kompleks instansi pemerintahan dan gedung.
Petugas Labfor melakukan identifikasi pascabom bunuh diri yang dilakukan seorang pemuda, di depan Mapolrestabes, Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/11). Foto: NTARA FOTO/Irsan Mulyad
Igun kini berharap adanya kebijaksanaan dari instansi pemerintahan dan pengelola gedung perkantoran.
"Kami berharap instansi atau manajemen gedung bijak juga. Bahwa ini kan hanya menyamar menggunakan jaket ojek online, kan artinya siapa pun bisa pakai jaket ojek online," ucap Igun.
ADVERTISEMENT
"Siapa pun yang berniat jahat bisa menggunakan pakaian apa pun. Jangan sampai timbul menghakimi profesi ojek online," imbuhnya.
Dia mengakui sulit untuk membatasi peredaran atribut ojek online. Sebab, kini atribut ojek online seperti jaket hingga helm dijual bebas di online maupun pasar tradisional.
"Memang kalau kontrol atribut ini memang sulit, karena penjualan atribut sangat bebas. Baik toko online, pasar-pasar tradisional, tidak bisa dibatasi," ucapnya.
Ilustrasi demo ojek online. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Meski begitu, ia menilai ada cara untuk mencegah adanya penyalahgunaan seperti yang terjadi dalam insiden bom di Medan. Misal komunikasi antara aplikator dengan mitra driver dan komunikasi antara driver ojek online.
"Komunikasi rekan-rekan ojek online sendiri makin diperkuat kekompakkannya, kesolidannya, untuk membatasi ruang gerak pelaku yang ingin menyusup menjadi ojek online yang ingin melakukan kejahatan atau tindakan terorisme," pungkasnya.
ADVERTISEMENT