Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Bondan Winarno Sempat Mengeluh Sudah Lelah saat Dirawat di RS
29 November 2017 17:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB

ADVERTISEMENT
Praktisi kuliner dan jurnalis Bondan "Maknyuss" Winarno, meninggal dunia pagi ini di RS Jantung Harapan Kita, Rabu (29/11). Keluarga menyebut Bondan sudah lama berjuang melawan penyakit kelainan Jantung.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa tahun terakhir, Bondan memang kerap bolak-balik ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kesehatannya. Bahkan sebelum wafat, Bondan sudah dua minggu dirawat di RS Harapan Kita, dan baru lima hari menjalani operasi.
Putra Bondan, Eliseo, mengatakan ayahnya sering mengaku lelah karena terlalu lama dirawat. "Capek sekali di RS, dia merasa sedih saja harus di RS. Cuma ini dia ngeluh (menunjuk punggung), dia merasa terlalu lama berada di rumah sakit," ujar Eliseo saat ditemui di rumah duka, Sentul City, Bogor.

Eliseo mengaku tak tahu jika ayahnya sudah lama mengidap penyakit aorta aneurysm sejak 2005. Soal tulisan itu, beredar di unggahan komunitas Jalansutra --komunitas wisata boga yang sangat terkenal di Indonesia. Tulisan yang diduga ditulis oleh Bondan ini, juga dibagikan oleh Arie Parkesit, rekan Bondan yang juga praktisi kuliner, melalui akun Twitter-nya. Namun, mengenai tulisan Bondan yang beredar, Eliseo mengaku tak mengetahuinya. Lantaran, selama ini keluarga mengetahui Bondan mengidap kelainan jantung.
ADVERTISEMENT

"Kita enggak tahu itu tulisan siapa di IG dan Twiter, mungkin saja dia (Bondan) tulis di Twiter. Itu versi yang Pak Bondan tulis, tapi saya lihat ada kelainnan di jantung," kata Eliseo.
Eliseo mengatakan, Bondan sempat melakukan check up beberapa kali di Malaysia. Namun, akhirnya Bondan tetap memilih untuk melakukan perawatan di Indonesia.
"Setelah check up beberapa kali di Malaysia dia enggak sreg dan memutuskan d isini saja dia merasa yakin disini. Dan tim dokter Indonesia lah yang bisa menemukan kelainan di jantung," ujarnya.
Berikut tulisan yang dibagikan oleh @arieparikesit di akun Twitternya:
Keluarga JS-ku,
Mohon maaf bila selama beberapa hari ini saya menyembunyikan sebuah rahasia besar dari Anda semua.
ADVERTISEMENT
Saya ceritakan sejak latar belakangnya.
1. Tahun 2005, dalam penerbangan SIN-JKT, saya merasakan ujung-ujung jari tangan kanan saya ba'al alias kesemutan. Begitu mendarat di CGK, saya telepon minta advis Dr. Sindhiarta Mulya. Saya disarankan segera menuju RS yang dekat dengan rumah saya untuk menjalani pemeriksaan MRI. Karena waktu itu saya masih tinggal di Bintaro, saya langsung ke RS Premier Bintaro. Eh, ternyata Dr. Sindhi sudah menunggu saya di sana. Setelah MRI, saya disarankan observasi di RSP Bintaro selama 3 hari. Kesimpulan: cardiologist strongly suspected penyumbatan arteri jantung dan saya harus menjalani kateterisasi sesegera mungkin. In contrary, neurologist di RS yang sama mengatakan bahwa yang saya alami sama sekali bukanlah penyakit jantung.
ADVERTISEMENT
2. Saya mencari second opinion di RSPI. Kesimpulan sama: cardiologist bilang harus kateterisasi segera. Neurologist RSPI juga bilang: bukan masalah jantung.
3. Dalam kebimbangan, saya tidak menjalani kateterisasi. Saya hanya minum Plavix (pil pengencer darah) untuk menghindari penyumbatan arteri.
4. Setahun setelah minum Plavix terus-menerus, saya nyaris pingsan di rumah Yohan Handoyo setelah minum wines dan makan steaks masakan Adi Taroe. Untung rumah Yohan di Bogor itu dekat dengan RS Azra. Dokter jaga yang berpengalaman menemukan diagnosa: tekanan darah terlalu rendah karena darah terlalu encer.
5. Sejak saat itu saya ke HSC di KL untuk annual check up. Di sana dikonfirmasi dengan MSCT bahwa saya memang tidak mengidap penyakit jantung.
ADVERTISEMENT
6. April 2015, sewaktu Annual Medex di HSC KL, ditemukan dilatasi (penggembungan) pada aorta saya pada tahap awal. Dalam bahasa medis, penyakit ini disebut: aorta aneurysm. Menurut Dr. Soo, tiap tahun perlu diawasi apakah membesar dan perlu tindakan operasi. Katanya: saya seperti membawa bom waktu yang setiap saat bisa pecah dan mematikan saya. Dr. Soo juga mengaku bahwa dia bukan ahlinya di bidang aneurysm. Bila perlu pembedahan, dia harus mengundang dokter bedah dari Jepang. Biaya diperkirakan Rp 600-700 juta.
7. April 2016, saya sudah appointment dengan Dr. Soo di HSC KL. Tapi pas hari itu justru dia dilarikan ke RS untuk operasi. Tim dokter yang menangani saya tidak memuaskan saya dalam memberi info tentang aneurysm saya.
ADVERTISEMENT
8. April 2017, saya appointment lagi untuk konsultasi dengan Dr. Soo. Eh, ternyata dia mendadak sakit. Saya langsung jalan-jalan ke tempat adik saya di Penang. Di sana saya mengalami semacam pencerahan. "Kenapa saya pasrahkan masalah kesehatan saya kepada orang yang bukan ahlinya?" Dr. Soo adalah salah satu ahli kateter di Asia, tapi bukan ahli aneurysm. Saya segera berkomunikasi dengan Dr. Sindhi yang langsung saja membanjiri saya dengan berbagai info bagus dan penting. Saya putuskan untuk mengikuti saran Dr. Sindhi.
9. Bulan Juli 2017, saya jalan-jalan seharian dengan Dr. Sindhi di sekitar Tangerang, diakhiri dengan makan siang kuliner Betawi di Mpok Kuni. Eh, ternyata Dr. Sindhi mengantar saya ke RS Siloam Karawaci dan sudah membuat appointment untuk ketemu Dr. Iwan Dakota, ahli vaskuler, adik Kapolri Tito Karnavian. Saya bahkan disambut oleh Dirut RS Siloam Karawaci, sahabat Dr. Sindhi.
ADVERTISEMENT
10. Dalam pemeriksaan oleh Dr. Iwan, setelah memeriksa hasil medical record terakhir di HSC KL, HANYA dengan stetoskop, Dr. Iwan menemukan masalah lain: katup aorta saya bocor. Saya diminta untuk segera ke PJN Harapan Kita keesokan harinya untuk pemeriksaan echo. Dalam pemeriksaan echo di Harkit, 65% confirmed bahwa katup aorta saya bocor. Saya kemudian menjalani TEE (endoscopy) untuk mendapatkan 90% konfirmasi. Demikianlah, dalam waktu singkat tim dokter Harkit menemukan kelainan lain yang perlu segera ditangani.
11. Dr. Iwan me-refer saya kepada tim bedahnya, Dr. Dicky Alighiery Hartono, ahli bedah vaskular lulusan Korsel. Ini adalah pembedahan paling berat, rumit, dan sulit, berlangsung 5-6 jam. "Mumpung Pak Bondan sedang fit, kita lakukan segera, ya?"
ADVERTISEMENT
12. 27 September 2017 pagi saya menjalani 2 operasi sekaligus: penggantian katup aorta dan penggantian aorta yang nengalami dilatasi. Operasi berlangsung selama 5 jam dan dinyatakan berhasil. Saya siuman di ICU sore hari dan dirawat selama 24 jam di ICU. Dari ICU saya dipindah ke Intermediary Ward.
13. Normalnya, bila operasi berhasil, 24 jam sesudah di Intermediary Ward, maka akan dipindahkan ke kamar perawatan biasa. Dalam operasi besat seperti yang saya alami, ada 2 hantu komplikasi: 1. perdarahan, 2. aritmia (denyut jantung tidak beraturan). Saya terbebas dari perdarahan. Tapi, Sabtu dini hari saya kejang-kejang dalam tidur saya. Ternyata saya mengalami komplikasi aritmia. Saya dipasangi TPM (Temporary PaceMaker) sambil dimonitor penyebabnya (biasanya karena peradangan).
ADVERTISEMENT
14. Untuk aritmia ini, saya ditangani Dr. Dicky Hanafy, lulusan Jerman. Karena setelah 72 jam tidak tampak progres dari TPM, Selasa siang Dr. Dicky memutuskan untuk memasang TPM lain di pangkal paha. Terus terang, saya ketakutan.
15. Miracle happens. Selasa malam, ketika perawat sedang mempersiapkan saya untuk didorong ke kamar operasi, tiba-tiba denyut nadi saya berirama kembali. Operasi dibatalkan. Saya lega setengah mati.
16. Demikianlah, kejadian demi kejadian telah saya alami. Untuk sementara saya belum dapat dijenguk di Intermediary Ward. Tapi, bila keadaan membaik, Jumat ini saya akan dipindah ke kamar perawatan. Tempatnya terlalu kecil untuk Anda menjenguk.
Karena itu, sambil GR akan banyak yang menjenguk saya, saya sudah mengatur tempat di lobby Wisma Fits, di dalam kompleks RSIB dan PJN Harapan Kita untuk 1 sesi bezoeksutra Minggu, 8 Oktober pukul 13-15 untuk 10 orang.
ADVERTISEMENT
Mohon mendaftar ke Lidia Tanod dan Harry Nazarudin untuk mengatur kunjungan. Di luar waktu tersebut, mohon maaf, tidak dapat saya terima.
Mohon doa Anda semua agar pemulihan saya tuntas dan lancar.
Salam,
Bondan Winarno