Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Boris Johnson dan Rishi Sunak Jadi Kandidat Kuat PM Baru Inggris
21 Oktober 2022 19:46 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terdapat dua calon terkuat, yakni eks PM Boris Johnson dan eks Menteri Keuangan Rishi Sunak . Panggung politik Inggris pun terpecah menjadi beberapa kubu.
Kandidat terkuat pertama, Boris Johnson, yang didesak mundur oleh anggota parlemen pada Juli lalu, kembali mencalonkan diri sebagai PM meski menuai pro dan kontra dari sesama rekan politiknya.
Di hari yang sama usai Truss mengumumkan pengunduran dirinya, tagar #BringBorisBack menjadi trending di Twitter, pada Kamis (20/10).
Beberapa anggota parlemen dari Partai Konservatif menilai, Boris perlu diberikan kesempatan kedua untuk membuat perubahan dalam menangani krisis politik yang telah terjadi sejak 2016 silam itu.
Salah satunya adalah anggota parlemen dari Partai Konservatif atau kerap disapa Tory, Paul Bristow. Kepada stasiun radio lokal LBC, ia mengaku menjadi pendukung Johnson.
ADVERTISEMENT
“Saya pikir dia memiliki rekam jejak yang terbukti untuk membalikkan keadaan. Dia bisa membalikkan keadaan lagi. Dan saya yakin rekan-rekan saya mendengar pesan itu dengan keras dan jelas,” ujar Bristow, seperti dikutip dari Reuters.
“Boris Johnson dapat memenangkan pemilihan umum berikutnya,” imbuhnya.
Selain Bristow, tanggapan serupa juga muncul dari anggota Tory lainnya, Brendan Clarke-Smith. Kepada media lokal Sky News, Clarke-Smith mengatakan, perdana menteri berikutnya membutuhkan mandat dari pemilih dan anggota partai.
“Dia haruslah seseorang yang benar-benar bisa menjadi pemenang,” ujar Clarke-Smith, seperti dikutip dari AFP.
“Boris Johnson adalah orang yang mencentang semua kotak itu,” pungkasnya.
Tak hanya sebatas anggota parlemen Tory yang mendukung Johnson. Menteri Strategi Bisnis, Energi dan Industri, Jacob Ress-Mogg, yang diangkat oleh Truss pada 6 September lalu juga turut menyumbang suara. Dalam sebuah cuitannya di Twitter, ia menulis #Borisorbust.
ADVERTISEMENT
Sisi Kontra Pencalonan Boris Johnson Jadi PM
Di sisi lain, anggota parlemen yang lain Tory, Roger Gale, punya pandangan berbeda.
Menurut dia, Johnson belum boleh kembali mencalonkan diri. Sebab, Johnson masih dalam penyelidikan parlemen atas skandal ‘partygate’ yang menjadi salah satu penyebab ia didesak mundur dari jabatannya.
“Sampai penyelidikan itu selesai dan dia dinyatakan bersalah atau dibebaskan, seharusnya tidak ada kemungkinan dia kembali ke pemerintahan,” tegas Gale.
Di tengah perpecahan ini, pemimpin oposisi Partai Buruh, Keir Starmer, kepada media Inggris BBC menegaskan kembali pandangannya bahwa Johnson tidak layak untuk memerintah. Ia memandang gagasan ini sebagai penghinaan publik.
“Jadi jika mereka akan beralih dari eksperimen ini, kekacauan ini, kerusakan ekonomi ini, dan kembali tiga bulan ke seorang pria yang dianggap tidak layak untuk menjabat, saya pikir itu hanya menambah penghinaan bagi publik,” jelas Starmer.
ADVERTISEMENT
Kandidat terkuat kedua adalah Rishi Sunak. Ia sempat bersaing dengan Truss pada pemilu September lalu namun kalah dalam posisi mayoritas suara terbanyak kedua. Pria keturunan India itu dilantik sebagai menteri keuangan tepat ketika pandemi COVID-19 melanda Eropa.
Sunak sempat memperingatkan soal program rencana fiskal yang dipelopori Truss pada awal pemerintahannya akan mengancam perekonomian Inggris. Dan peringatan itu terbukti benar.
Meski begitu, Sunak masih menjadi kandidat yang sangat tidak populer di kalangan beberapa anggota partai. Sunak sempat memicu terjadinya pemberontakan melawan Johnson pada Juli lalu, sehingga ia didesak mundur dari kursi PM.
Siapa pun nantinya yang akan mengambil alih kepemimpinan Partai Konservatif dan posisi PM Inggris, harus bersiap menghadapi banyak tantangan, baik dari segi politik maupun ekonomi.
ADVERTISEMENT
Sebab, sejak Truss mengakhiri masa jabatan 45 harinya pada Kamis (20/10) pekan ini, mereka yang ingin menggantikan posisinya harus memenuhi standar Tory terbaru, yakni mencapai 100 suara dari anggota parlemen agar dapat unggul.
PM berikutnya harus bisa memulihkan situasi ekonomi Inggris yang saat ini sedang tertekan — ancaman resesi, inflasi hingga 10 persen dan tidak sesuai dengan kenaikan gaji, suku bunga naik, kekurangan tenaga kerja, krisis energi akibat sanksi terhadap Rusia, hingga naiknya biaya hidup akan menjadi tugas berat yang harus dipikul.
Dan siapa pun pemimpin Partai Konservatif nantinya, harus dapat memulihkan kembali reputasi partai tersebut yang terancam tersingkirkan dalam pemilu nasional berikutnya.
Saat ini, baik Johnson dan Sunak sudah mulai menggalang dukungan, sementara hasil pemenangnya akan diumumkan pada Senin atau Jumat pekan depan.
ADVERTISEMENT