BPS Pertimbangkan e-Commerce Masuk dalam Struktur Pertumbuhan Ekonomi

7 Agustus 2017 14:16 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Belanja online (Foto: musgravemarketplace)
zoom-in-whitePerbesar
Belanja online (Foto: musgravemarketplace)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2017 sebesar 5,01 persen quartal to quartal (qtq), sama seperti kuartal sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2016 yang sebesar 5,18 persen (yoy), laju tahun kuartal kedua melambat.
ADVERTISEMENT
Jika diakumulasikan, selama semester pertama tahun ini pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen (yoy), juga melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,05 persen (yoy).
Berdasarkan lapangan usahanya, sektor industri, pertanian, dan perdagangan masih mendominasi pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini. Masing-masing pertumbuhan tersebut yakni sektor industri andilnya terhadap pertumbuhan eknonomi sebesar 20,26 persen (yoy); pertanian andilnya sebesar 13,92 persen (yoy); dan perdagangan 13,03 persen (yoy).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, khusus untuk perdagangan, pihaknya tidak memasukkan transaksi melalui online atau e-commerce, sebab hingga saat ini BPS belum memiliki sumber data yang pasti terkait hal tersebut.
"E-commerce lebih merupakan perubahan transaksi, barangnya itu-itu saja, kalau dulu barangnya langsung ke konsumen, sekarang pindah melalui e-commerce. Ada pergeseran online, tapi hanya di kalangan kelas menengah ke atas. Secara global, angka dari berbagai transaksi itu (e-commerce) belum menunjukkan pasti berapa share-nya, tapi saya rasa lebih kecil dari total konsumsi," jelas Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (7/8).
ADVERTISEMENT
Ilustrasi menjual barang preloved online. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menjual barang preloved online. (Foto: Thinkstock)
Lebih lanjut ia mengatakan, namun transaksi e-commerce tersebut dapat dilihat dari sisi produksi dan konsumsi. "Jadi kalau produksi 100 misalnya, dijual langsungnya misalnya 80, berarti yang melalui e-commerce sisanya, bisa dikontrol dari sisi produksi," katanya.
Suhariyanto juga mengatakan, pihaknya perlu bekerja sama dengan berbagai stakeholder lainnya dan melibatkan pihak swasta untuk mendapatkan data yang pasti mengenai data e-commerce. Sehingga ke depannya, akan memungkinkan jika BPS memasukkan data khusus e-commerce dalam struktur pertumbuhan ekonomi.
"BPS enggak bisa sendiri melakukan data e-commerce, harus libatkan stakeholder dan swasta. Pertumbuhan ekonomi khusus e-commerce belum memungkinkan, kecuali kami punya sumber datanya yang pasti, kami perlu pikirkan. Tapi pertumbuhan online tumbuh tidak melonjak jauh seperti yang dibayangkan," jelas dia.
ADVERTISEMENT