Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Brigjen KH Syam'un, Panglima yang Berjuang Lewat Pesantren
8 November 2018 17:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB

ADVERTISEMENT
Dalam daftar tokoh yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional 2018 yang dianugerahkan Presiden Jokowi, terdapat nama Brigjen KH Syam'un. Selama zaman penjajahan ia dikenal sebagai tokoh yang berjuang melalui pendekatan pendidikan Islam tradisional, yaitu pesantren.
ADVERTISEMENT
Sosok Syam'un telah lama dikenal oleh masyarakat Serang, Banten, sebagai ulama yang juga pejuang revolusi. Ia merupakan anak dari pasangan H Alwiyan dan Hj Hajar yang lahir di Kampung Beji, Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kawedanan, Cilegon, Serang, pada 5 April 1894.
Sejak usia 4 tahun, Syam'un dikirim orang tuanya ke Pesantren Delingseng, Cilegon. Di tempat itu, ia mulai mengenal prinsip dan dasar agama. Saat menginjak usia 11 tahun, ia melanjutkan pendidikan ke Makkah selama lima tahun, sejak 1905-1910. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, pada 1910-1915.

Usai menimba ilmu di luar negeri, pada 1916, Syam'un memutuskan untuk kembali ke Tanah Air dan mendirikan Pesantren Citangkil. Ia pun kemudian memodernisasi pendidikan Islam dengan membangun Madrasah Al Khairiyah yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama tapi juga pengetahuan umum. Ia juga mendirikan sekolah Belanda bernama HIS Al Khairiyah.
ADVERTISEMENT
Semasa penjajahan, Syam'un pernah mendapatkan pendidikan militer dan aktif dalam PETA. Ia kemudian diangkat menjadi daidanco (komandan batalion). Syam'un merupakan salah satu pejuang yang militan dan gigih menentang penjajah.

Atas kegigihannya itu, Syam'un diberi kepercayaan untuk membentuk Barisan Keamanan Rakyat (BKR) Divisi I Banten dan Bogor, lalu diangkat menjadi panglimanya. Pada 23 Mei 1946, Divisi I Banten diganti menjadi Brigade I Tirtayasa Divisi Siliwangi. Kemudian, Syam'un diangkat menjadi komandannya dengan pangkat kolonel.
Karier moncernya di bidang militer, mengantarkan Syam'un menjadi Bupati Serang periode 1945-1949. Meski menjabat kepala daerah, peran perjuangan Syam'ún tetap terus berjalan. Saat Agresi Milter Belanda II, pada 1948, ia bergerilya dari Gunung Karang, Pandeglang, hingga Kampung Kamasan, Kecamatan Cinangka, Serang.
ADVERTISEMENT
Namun, setahun kemudian, Syam'un mengembuskan napas terakhir lantaran sakit ketika memimpin gerilya dari hutan sekitar Kamasan. Ia meninggal dalam usia 66 tahun. Atas jasanya yang gigih memperjuangkan kemerdekaan, Presiden Sukarno memberikannya kenaikan pangkat brigadir jenderal anumerta.