Bukan 27, Musisi Justru Tutup Usia pada Umur 56

21 Desember 2017 10:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karangan bunga untuk Kim Jong-Hyun (Foto: AFP/Choi Hyuk)
zoom-in-whitePerbesar
Karangan bunga untuk Kim Jong-Hyun (Foto: AFP/Choi Hyuk)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kematian bintang KPop Kim Jong Hyun dalam usia 27 tahun memercik perdebatan lama tentang eksistensi Club 27 yang menjadi kutukan bagi para musisi muda.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, meski landasan ilmiah keberadaan klub tersebut telah dibantah lewat penelitian, penyebutan Club 27 ini mencuat lagi setiap kali ada musisi yang kebetulan mati di umur 27? Ataukah penelitian tadi salah, dan Club 27 memang benar-benar ada dan masuk akal?
"Sekarang dia pergi dan bergabung dengan klub bodoh itu. (Padahal) aku sudah melarangnya," kata Wendy O'Connor, ibunda dari Kurt Cobain, ketika mendengar kabar kematian anaknya dilansir Associated Press.
Pentolan band Nirvana yang lihai bermain gitar, olah vokal, dan menulis lagu ini juga pamit lebih dulu dari dunia musik setelah tewas pada April 1994 dengan cara bunuh diri. Kematiannya menambah daftar panjang 27 Club, yang kemudian disebut sebagai pembunuh musisi muda nan berbakat.
ADVERTISEMENT
Masih ada serentetan nama musisi papan atas lain yang tewas pada umur 27. Misalnya saja, Amy Winehouse, Janis Joplin, Jimi Hendrix, Jim Morisson, Brian Jones, dan Jim Morrison.
Penyebab kematiannya pun beragam, bunuh diri, overdosis, tercekik muntahnya sendiri, keracunan alkohol, dan lain-lain. Dari situ, istilah Club 27 abadi, dengan Kim Jong Hyun yang disebut-sebut sebagai anggota terbarunya.
Brian Jones (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Brian Jones (Foto: Wikimedia Commons)
Namun benarkah umur 27 menjadi waktu favorit malaikat pencabut nyawa untuk menjemput seorang musisi?
Dianna Theadora Kenny, seorang profesor bidang psikologi dan musik dari University of Sydney, melakukan riset untuk melihat keabsahan kutukan tersebut. Dia mengumpulkan data kematian musisi dari 10 dekade, dalam rentang waktu 1950 sampai 2007. Totalnya, ada 11.054 musisi yang meninggal dalam waktu tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisannya di The Conversation, dia menyajikan beragam data yang menunjukan bahwa Club 27 hanyalah sebuah mitos.
Justru, menurutnya, kalau harus ada, Club 56 lebih tepat ketimbang Club 27.
"Umur 56 mempunyai frekuensi kematian yang paling tinggi," tulis Kenny dalam artikelnya.
Menurut data yang disajikan olehnya, sebanyak 239 musisi meninggal di umur 56. Angka tersebut hampir dua kali lipat dari data mereka yang mati pada usia 27 tahun dengan jumlah 144 orang.
Jumlah itu pun masih kalah dengan kematian musisi di umur 28 tahun yang mencapai 153 orang. Catatan tersebut tak berbeda jauh dengan kematian musisi di usia 26, yang juga 128 orang.
"Jadi mengapa tidak ada Club 56 atau Club 28?" tanya Kenny dalam tulisannya.
ADVERTISEMENT
Kalau memang ada Club 56, maka anggota di dalamnya akan mengikutsertakan nama-nama macam Eddie Rabbitt, Tammy Wynette, Mimi Farina, Johnny Ramone, Chris LeDoux, Vandy “Smokey” Hampton, dan Charles “Baby” Tate.
Johny Ramone (Foto: www.johnyramone.com)
zoom-in-whitePerbesar
Johny Ramone (Foto: www.johnyramone.com)
Perihal mengapa Club 27 bisa muncul, Kenny punya pemikiran tersendiri.
Kenny berargumen, cara kematian yang tragis menambah melankolia di antara penggemarnya.
Brian Jones mati karena tenggelam, Jimi Hendrix tercekik muntahnya, Janis Joplin overdosis heroin, Kurt Cobain bunuh diri dengan pistol, Jim Morrison terkena serangan jantung akibat narkoba, dan Amy Winehouse keracunan alkohol.
Janis Joplin (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Janis Joplin (Foto: Wikimedia Commons)
Umur 27 terpaksa menjadi benang merah kematian keenam superstar itu, ketimbang kehidupan bintang mereka yang justru menjadi beban.
"Mereka semua adalah jiwa tersiksa yang telah mencapai ketenarannya dan mati secara tragis di puncak kariernya," ujar Kenny.
ADVERTISEMENT
Namun, alih-alih setuju dengan sebutan Club 27, ia mengajukan untuk mengganti nama Club 27 menjadi "The Tragic Six".
Menurutnya, tak adil menyebut Club 27 tapi hanya enam nama itu saja yang masuk dalam daftar. Padahal, banyak sekali musisi yang meninggal pada umur 27. Dilihat dari data yang ada, ada 137 orang musisi yang tewas di umur 27.
Selain itu, menurutnya jumlah musisi yang mati di umur 27 tak cukup untuk membuatnya spesial ketimbang kelompok umur lain. Lalu berapa banyak lagi musisi yang harus mati untuk mendukung keberadaan 27 Club tersebut?
Berdasarkan data yang Kenny miliki, perlu tambahan sekitar 133 musisi lagi yang mati di umur 27 untuk membuatnya lebih banyak dari kelompok umur lain.
ADVERTISEMENT
Angka tersebut akan membuat anggota Club 27 mencapai 2,5 persen dari total kematian sebanyak 11 ribu musisi.
"Itu pun masih akan diragukan karena proporsinya yang kecil," tulis Kenny.
Selain itu, hasil penelitian Kenny juga menunjukkan, dalam rentang umur 20 tahun sampai 39 tahun, seorang pemusik papan atas di Inggris punya risiko kematian 2-3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan rata-rata masyarakat di sana.
Amy Winehouse (Foto: Facebook/Amy Winehouse Foundation)
zoom-in-whitePerbesar
Amy Winehouse (Foto: Facebook/Amy Winehouse Foundation)
Bukan hanya Kenny yang melakukan penelitian itu. Martin Wolkewitz dan Eric Segalstad juga meneliti hal yang sama. Mereka mempelajari 1.406 musisi yang albumnya berhasil menembus peringkat teratas di Inggirs dalam rentang waktu 1956 sampai 2007.
Hasilnya serupa dengan apa yang Kenny dapatkan. Mereka juga menyimpulkan kalau musisi cenderung tutup usia lebih cepat ketimbang rata-rata penduduk di Inggris.
ADVERTISEMENT
"Ini mungkin dapat membantu kita memahami bagaimana istilah tersebut masuk ke dalam pop culture," tulis Kenny.
Terlepas dari semua argumen yang mematahkan kesahihan Club 27, Kenny berpendapat mungkin klub ini terbentuk oleh faktor lain. Dia melihat, para musisi yang namanya masuk ke dalam Club 27 punya kualitas lebih yang membedakan mereka dari musisi lain yang juga meninggal pada usia muda.
Kualitas tersebut meliputi: 1) bakat yang luar biasa, 2) kontribusi besar terhadap aliran musik yang mereka dalami, 3) beban psikologis yang berat, 4) kematian yang mengenaskan di puncak kariernya, dan 5) pengabadian serta pengkultusan oleh para penggemarnya.
Kurt Cobain (Foto: Facebook @kurtcobain)
zoom-in-whitePerbesar
Kurt Cobain (Foto: Facebook @kurtcobain)
"Masing-masing musisi yang tergolong "The Tragic Six" menjadi sosok bagi sebagian orang," kata Kenny.
ADVERTISEMENT
Kualitas-kualitas itu hadir, misalnya saja, pada Jimi Hendrix. Pelantun Foxey Lady ini telah menginspirasi beberapa musisi papan atas masa kini seperti John Mayer, Stevie Ray Vaughan, dan sederetan nama lain. Gaya bermain mereka, yang juga merupakan nama beken di dunia musik, banyak mendapat pengaruh dari Hendrix.
Bahkan, Jimi Hendrix mendapat gelar "gitaris terbaik sepanjang masa" dari majalah musik Rolling Stones.
"(Hendrix) memperluas pemahaman tentang gitar listrik ke daerah yang belum pernah terjamah musisi lain. Drive-nya yang tak mengenal batas, kemampuan teknis, dan kreativitas untuk mengaplikasikannya menjadi efek wah-wah dan distorsi telah mengubah suara rock and roll selamanya," tulis Rolling Stones di laman Hall of Famesnya.
Namun semua prestasi itu harus sirna ketika dia meninggal dunia pada 18 September 1970, di sebuah hotel di London. Gaya hidupnya yang menguras fisik, serta kecanduannya dengan obat-obatan merenggut nyawa Hendrix.
ADVERTISEMENT
Dari situ, jelas bahwa penyebutan Club 27 sebenarnya tidak adil. Satu hal, dia tak mencerminkan keadaan sebenarnya, sementara di sisi lain, ia juga sebatas dramatisasi fans yang harus bersedih kehilangan para idolanya dalam waktu yang secepat itu.
=============== Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!