news-card-video
23 Ramadhan 1446 HMinggu, 23 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Bupati Nias Utara Curhat Sulit Listrik, Mu'ti Akan Hidupkan Sekolah Satu Atap

18 Maret 2025 17:56 WIB
Ā·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu curhat ke Mendikdasmen Abdul Mu'ti saat Peluncuran Rapor Pendidikan Daerah dan Rapor Pendidikan Satuan Pendidikan di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu curhat ke Mendikdasmen Abdul Mu'ti saat Peluncuran Rapor Pendidikan Daerah dan Rapor Pendidikan Satuan Pendidikan di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan
ADVERTISEMENT
Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu curhat ke Mendikdasmen Abdul Mu'ti soal akses pendidikan di wilayahnya yang sangat minim. Misalnya, banyak titik yang belum teraliri listrik.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Amizaro saat Taklimat Rapor Pendidikan 2022-2024 di Kantor Kemendikdasmen, Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (18/3).
"Di Nias Utara ini ada 169 lokasi tidak ada jaringan listrik, 27 titik lokasi tidak ada telekomunikasi. Ada sekolah kami, siswanya harus berjalan 5 sampai 7 km. Tidak ada aksesnya. Saya sebagai bupati tidak malu untuk mengatakan itu," kata Amizaro.
Hal ini yang membuatnya merasa terkendala dalam pemerataan akses untuk Rapor Pendidikan. Rapor Pendidikan adalah platform yang disediakan oleh Kemendikdasmen untuk menampilkan hasil evaluasi sistem pendidikan.
Menanggapi Amizaro, Mendikdasmen Abdul Mu'ti mengungkap ada sejumlah program yang akan diluncurkan untuk memajukan pendidikan di daerah 3T [Tertinggal, Terluar, Terdepan] seperti Nias Utara.
"Terkait dengan Pak Bupati, kami begini, Pak. Ada beberapa menjadi kebijakan kami terkait pendidikan di daerah 3 T. Yang pertama adalah pengembangan digitalisasi pendidikan. Di mana kami berusaha memberikan layanan pendidikan melalui digital dalam bentuk tv dan sebagainya," kata Mu'ti.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, program berikutnya adalah 'Rumah Pendidikan'. Yakni anak bisa belajar di mana pun, tak harus di bangunan sekolah.
"Terkait dengan kebijakan melalui rumah-rumah pendidikan, jadi tidak harus berupa sekolah tapi bisa dilakukan misalnya di balai desa atau rumah ibadah," ujarnya.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti meluncurkan Rapor Pendidikan Daerah dan Rapor Pendidikan Satuan Pendidikan di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, Selasa (18/3/2025). Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan

Penggunaan Gereja

Mu'ti pun bercerita saat bertemu pimpinan Freeport Indonesia, ia mendapat masukan. Yakni memanfaatkan gereja di wilayah sekitar Papua sebagai tempat belajar.
"Ada ide menarik waktu bertemu pimpinan Freeport. Mereka mengatakan misalnya layanan ini bisa dilakukan di gereja. Gereja kan itu hanya melayani pada Sabtu dan Minggu. Di luar itu kan gereja tidak digunakan. Ini salah satu cara," katanya.
Lantas, siapa yang nantinya akan mengajar di gereja itu?
ADVERTISEMENT
"Nanti yang mengajar relawan pendidikan, tak harus guru dari jauh, tapi diangkat dari relawan setempat. Tidak perlu menyediakan rumah dinas, tinggal di situ. Tinggal nanti ada pelatihan, mungkin yang menyangkut pedagoginya. Mungkin bisa jadi pendeta yang menjadi guru," urai Sekum PP Muhammadiyah itu.

Hidupan Sekolah Satu Atap

Langkah berikutnya menurut Mu'ti adalah menghidupkan kembali Sekolah Satu Atap, satu bangunan bisa digunakan untuk 3 jenjang sekolah.
"Menghidupkan kembali Sekolah Satu Atap. Itu memungkinkan murid tak harus belajar ke luar pulau. Pagi untuk SD, siang untuk SMP, malamnya untuk SMA. Kita akan hidupkan lagi itu karena kalau mendirikan sekolah baru semua, ada daerah yang penduduknya sedikit sekali," jelasnya.
"Kalau kita dirikan sekolah sama saja mendirikan makam, murid nggak ada, guru nggak ada. Lebih baik kita manfaatkan sarana dan resource," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Terakhir, kata Mu'ti, standar untuk daerah 3T seperti Nias Utara akan dikecualikan. Tidak akan diterapkan seperti daerah lain yang akses listrik dan teknologinya mumpuni.
"Standar bisa kita kecualikanĀ untuk 3T, kalau standarnya sama pasti tidak akan terakreditasi.Yang coba kita lakukan memperkuat belajar itu tidak hanya di sekolah tapi di mana saja, kita sebut learning itu," tutupnya.