Butuh Dana Rp 774 M, Mikronesia Siap 'Ceraikan' China dan Pilih Taiwan

10 Maret 2023 19:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Federasi Serikat Mikronesia, David Panuelo. Foto: Kedutaan Besar Federasi Mikronesia di Washington, D.C.
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Federasi Serikat Mikronesia, David Panuelo. Foto: Kedutaan Besar Federasi Mikronesia di Washington, D.C.
ADVERTISEMENT
Presiden Federasi Serikat Mikronesia (FSM) akan mengalihkan hubungan dan pengakuan diplomatiknya dari China ke Taiwan. Pihaknya pun telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, pada Februari lalu untuk membicarakan isu tersebut.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, informasi tersebut terungkap dari surat yang ditulis Presiden Mikronesia, David Panuelo, tertanggal 9 Maret. Keberadaan surat itu pertama kali dilaporkan oleh The Diplomat.
Dalam surat tersebut, Panuelo menuding China telah melakukan perang politik di negaranya dan menyuap para pejabat pemerintahannya pula.
Dia merupakan seorang pengkritik utama atas upaya China untuk membuat pakta keamanan dan perdagangan dengan 10 negara di Asia Pasifik — di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing.
Kedua negara adidaya itu memperebutkan pengaruh keamanan di kepulauan Pasifik dan mengakibatkan terbentuknya dua kubu, antara pro-China atau justru sebaliknya.
Lebih lanjut, dalam surat tercantum bahwa Panuelo telah bertemu dengan Wu di bulan Februari untuk mendiskusikan peralihan pengakuan diplomatiknya, dengan menceraikan China lalu memilih Taiwan.
ADVERTISEMENT
“Saya berterus terang kepada Menteri Luar Negeri Wu; kami memproyeksikan bahwa kami membutuhkan suntikan dana sekitar $50.000.000 (Rp 774 miliar) untuk memenuhi kebutuhan kami di masa depan. Kami dapat dan akan menerima ini, selama periode tiga tahun, jika dan ketika kami menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan,” bunyi surat Panuelo.
Presiden Mikronesia David Panuelo. Foto: Craig Ruttle/Pool/AFP
“Taiwan meyakinkan saya bahwa mereka hanya akan mengambil setiap dan semua proyek yang saat ini sedang dikerjakan oleh China,” imbuhnya.
Menurut Panuelo, dengan adanya pengaruh China di Mikronesia sangat berdampak buruk pada pemerintahan. Dia menyebut Beijing telah mengancam kedaulatan negara, menolak nilai-nilai yang telah ada, serta menggunakan pejabat senior untuk tujuan terselubung.
Duta Besar China untuk Mikronesia, sambung Panuelo, telah mendesak seorang pejabat untuk menandatangani nota kesepahaman antara Beijing dan Mikronesia — meskipun Panuelo menolaknya. Pejabat itu justru diinstruksikan China untuk tidak memberitahukan hal tersebut kepada presiden selaku pemegang kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Sehubungan dengan itu pula, Panuelo menolak penunjukan duta besar baru pilihan China di Mikronesia, lantaran menurutnya diplomat yang dipilih memiliki latar belakang dalam bidang keamanan dan operasi di luar negeri.
Terkait hal itu, Kementerian Luar Negeri Taiwan menanggapinya dengan diplomatis. Pihaknya mengaku tak ingin berkomentar soal hubungan negara lain.
“Tetapi dibandingkan dengan janji-janji basa-basi China, Taiwan selalu berpegang pada semangat diplomasi praktis, saling menguntungkan, dan Taiwan dapat membantu,” demikian bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Taiwan.
“Di masa depan, negara kami bersedia menggunakan model Taiwan untuk membantu pembangunan Mikronesia, memberi manfaat bagi kesejahteraan rakyatnya, dan menghormati serta menyambut baik perluasan hubungan bilateral,” imbuhnya.