Buya Syafii: Indonesia Bisa Jadi Keping Neraka Sebelum 2045

12 Februari 2021 22:46 WIB
Buya Syafii saat menghadiri diskusi "Menjaga KPK, Mengawal Seleksi Pimpinan KPK" di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (28/8). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Buya Syafii saat menghadiri diskusi "Menjaga KPK, Mengawal Seleksi Pimpinan KPK" di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (28/8). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii, menyampaikan rasa kekhawatirannya soal kondisi bangsa jelang peringatan 100 tahun merdekanya Indonesia pada 2045 mendatang. Ia khawatir Indonesia malah akan menjadi keping neraka ketika menginjak usia 100 tahun.
ADVERTISEMENT
"Kalau ini begini terus apakah ada harapan untuk anak cucu kita? Apakah mereka nanti mendapat hanya ampasnya saja? Itu nanti seperti keping surga yang dipindah ke muda bumi seperti pindah ke keping neraka," kata Buya Syafii dalam acara peluncuran buku Bernegara Hukum Tanpa Budaya Malu dikutip kumparan Jumat (12/2).
Buya kemudian menjelaskan sejumlah alasan di balik kekhawatirannya tersebut. Mulai dari penegakan hukum yang tidak berjalan dengan baik hingga maraknya kasus korupsi.
"Para advokat 80 persen itu terlibat dengan mafia hukum. Coba bayangkan itu 80 persen dari ribuan advokat itu terlibat dalam mafia. Saya ingat juga akan ucapkan M Yamin ya, kan dia seorang ahli bahasa, ahli hukum dan politikus," kata Buya.
ADVERTISEMENT
"Tapi kadang-kadang dia bicara hukum sembrono, dia katakan hukum itu diciptakan untuk dilanggar, ini kan mungkin maksudnya guyon tapi jadi repot dan itu yang terjadi di Indonesia ini," tambah Buya.
Eks Ketua Umum PP Muhammadiyah itu kemudian menyebut, jika Indonesia berada di benua Afrika, sudah dipastikan sejak lama Indonesia menjadi negara gagal.
"Kalau Indonesia ini terletak di selatan sahara Afrika, kita sudah lama gulung tikarnya. Sudah lama sekali menjadi negara gagal kita ini," ucap Buya Syafii.
"Tapi karena kita terletak di kawasan Khatulistiwa, alamnya ini masih dermawan walau sudah dirusak hampir separuh, tetapi masih juga memberi harapan karena kekayaan laut kita walau ikan dicuri, banyak persoalan belum lagi korupsi," tambah dia.
Ilustrasi koruptor. Foto: Shutter Stock
Buya mengaku prihatin dengan banyaknya kasus korupsi di Indonesia. Sejak medio 1970 hingga 2021 perkara kasus korupsi terus meningkat dan menyebabkan negara merugi triliunan.
ADVERTISEMENT
"Saya masih ingat awal 70-an itu Pertamina terlibat mega korupsi sebesar 12 miliar dolar, tapi waktu itu dikritik Mochtar Lubis almarhum yang punya koran Indonesia Raya yang galak itu. Itu kan engga ada penyelesaiannya walau kemudian di ambil alih oleh presiden engga selesai itu," ucap Buya.
"Terus BLBI engga selesai, Lapindo itu merusak, begitu juga Bank Bali terkahir yang hebat ada Jiwasraya sebelum itu ada lembaga asuransi Bumi Putra hancur berantakan, ASABRI juga begitu, ini bagaimana," tutur Buya.
Maka dari itu, Buya menyebut jika para pengambil kebijakan tidak mau mendengar masukan dari ahli dan masyarakat, maka saat memasuki usia 100 tahun, masalah Indonesia akan semakin rumit.
"Kalau gini terus, saya khawatir betul, kalau peringatan gak didengar oleh pengambil keputusan oleh negara, presiden, menteri, saya rasa kita menghadapi masalah yang mahaberat menghadapi sebelum 100 tahun Indonesia mereka. Itu engga lama lagi," tutur Buya.
ADVERTISEMENT
***