Cacar Monyet Jadi Darurat Global Lagi, Perlukah Indonesia Khawatir?

15 Agustus 2024 17:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cacar monyet pada anak. Foto: pavodam/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cacar monyet pada anak. Foto: pavodam/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan cacar monyet yang mewabah di Afrika sebagai darurat global pada Rabu (15/8).
ADVERTISEMENT
Pada November 2023, Indonesia mencatata laporan puluhan kasus cacar monyet dan menewaskan seorang di antaranya.
Keadaan darurat kesehatan global akibat cacar monyet merupakan yang kedua kalinya dalam dua tahun terakhir.
Apa artinya?
Dikutip dari Reuters, "Keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional" atau PHEIC adalah bentuk peringatan tertinggi WHO.
Keadaan ini diumumkan ketika penyakit menyebar dengan cara baru atau tidak biasa, dan ditujukan untuk menggalang kerja sama dan pendanaan internasional untuk mengatasi wabah.
Pernyataan WHO mengikuti label serupa dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika awal minggu ini.
Alasan Cacar Monyet Menjadi Keadaan Darurat Lagi
Foto yang disediakan oleh MSF (Doctors Without Borders) tertanggal 31 Mei 2023 ini menunjukkan petugas kesehatan mengedukasi anak-anak mengenai gejala penyakit cacar air di Goma, Kongo. Foto: AP Photo
Dua tahun lalu, WHO menyatakan cacar monyet sebagai keadaan darurat karena penyakit itu mulai menyebar secara global, sebagian kasus terjadi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria lainnya.
ADVERTISEMENT
Wabah itu dapat dikendalikan setelah perubahan perilaku dan praktik seks yang aman, ditambah vaksin.
Namun, cacar monyet telah menjadi masalah utama masyarakat di beberapa wilayah Afrika selama beberapa dekade. Kasus pertama pada manusia terjadi di Kongo pada 1970, dan merebak sejak saat itu.
Keadaan saat ini merupakan wabah terburuk di Kongo. Terdapat 27 ribu kasus dan lebih dari 1.100 kematian sejak Januari 2023.
Sebagian besar terjadi pada anak-anak. Penyakit ini menyebabkan gejala seperti flu dan lesi berisi nanah, dan biasanya ringan tapi mematikan.
Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox. Foto: Marina Demidiuk/Shutterstock
Anak-anak, ibu hamil, dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti mereka yang mengidap HIV, berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi.
Dua jenis cacar monyet kini menyebar di negara tersebut: Bentuk virus endemik serta jenis baru.
ADVERTISEMENT
Bentuk virus baru ini telah memicu kekhawatiran global karena tampaknya menyebar dengan cepat dan informasi terkait penyakit ini masih sedikit.
Virus menular melalui hubungan seksual serta kontak dekat lainnya. Anak-anak di kamp pengungsian Kongo rentan terpapar karena kedekatannya.
Kini virus tersebut mulai menyebar dari Kongo timur ke Rwanda, Uganda, Burundi, dan Kenya.
Bagaimana upaya sejauh ini?
Ilustrasi WHO. Foto: sukarman S.T/Shutterstock
Dikutip dari Reuters, para ilmuwan berharap bahwa deklarasi darurat akan mempercepat upaya mendapatkan lebih banyak peralatan medis dan pendanaan ke Kongo guna membantu pihak berwenang di sana mengatasi wabah tersebut.
Pengawasan yang lebih baik diperlukan untuk mempelajari virus dan membantu menghentikan penyebarannya.
Namun pada 2022, permintaan WHO sebesar USD 34 juta guna melawan cacar monyet tidak mendapat tanggapan dari para donor.
ADVERTISEMENT
Akses vaksin pun tidak merata. Negara-negara Afrika tidak memiliki akses ke dua suntikan yang digunakan dalam wabah global, yang dibuat oleh Bavarian Nordic dan KM Biologics.
Dua tahun kemudian, hal itu masih terjadi, WHO mengimbau sumbangan dosis dari negara-negara yang memiliki persediaan.
CDC Afrika mengatakan pihaknya memiliki rencana untuk mengamankan dosis, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Namun stok saat ini sangat terbatas.
Apakah Indonesia perlu khawatir?
Infografis cara mencegah penularan cacar monyet. Foto: Hodirin/kumparan
Cacar monyet adalah masalah kesehatan yang signifikan dan dapat membunuh beberapa orang paling rentan di dunia, termasuk anak-anak. Saat ini baru ditemukan bentuk penyebaran anyar di bagian baru Afrika.
Namun itu bukan COVID-19. Sejauh ini, belum ada bukti bahwa virus ini mudah menyebar melalui udara seperti COVID. Ada alat yang terbukti ampuh menghentikan penyebaran dan membantu mereka yang berisiko.
ADVERTISEMENT
Menurut WHO, yang sekarang menjadi tantangan adalah memastikan alat-alat tersebut menjangkau mereka yang paling membutuhkannya, di Kongo dan negara-negara tetangga.
Di Indonesia, satu pasien cacar monyet meninggal dunia di RSCM Jakarta pada November 2023. Saat itu terdapat 57 kasus positif, 33 pasien sembuh, 21 isolasi di rumah dan rumah sakit.