Cak Imin Ingatkan Menristekdikti Agar Masjid di Kampus Negeri Diawasi

31 Mei 2018 21:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cak Imin di kantor kumparan (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Cak Imin di kantor kumparan (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Paham radikalisme masih merasuk ke sejumlah kampus-kampus negeri di Indonesia. Berdasarkan penelitian BNPT, sejumlah perguruan tinggi mulai dari UI, ITB, hingga Undip telah menjadi persemaian bibit radikalisme.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar mengatakan, sudah sepatutnya jajaran rektorat hingga dekan setiap fakiltas memonitor aktivitas di setiap masjid atau musola di kampusnya masing-masing. Hal sebagai antisipasi dari berkembang luasnya paham radikal di kalangan mahasiwa.
“Sudah lama kita ingatkan, Menristekdikti juga sudah mengambil beberapa langkah agar masjid atau mushala yang melakukan interaksi paham radikal harus dimonitor, diawasi, rektor harus turun tangan, harus dilakukan dialog,” katanya di Pondok Pesantren Nurul Huda, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kamis (31/5).
Menurut Ketua Umum PKB, interaksi paham radikal termasuk HTI memang masih terjadi di sejumlah kampus-kampus. Bahkan, kata dia, sampai ada pernah pengurus masjid atau musala di kampus tersebut mengundang tokoh HTI untuk menyampaikan ceramah.
ADVERTISEMENT
“Saya bilang diperingatkan dari dulu susah, ya sudah sekarang pembinaan saja, para rektor harus dialog, musalanya harus diambil oleh tariqat. Tarekat itu salah satu otonom NU yang bergerak di bidang zikir, wirid, olah jiwa batin. Hanya itu, saya minta semua musala itu diserahkan kepada tarekat,” tuturnya.
Sebelumnya, BNPT merilis kampus-kampus yang dicurigai sebagai tempat persemaian bibit radikalisme adalah Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), hingga Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB). Direktur Penanggulangan BNPT Brigjen Pol Hamli menyatakan data itu didapat dari data penelitian.