Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Capaian Vaksinasi Booster di Jakarta Tembus 1 Juta Dosis
17 Februari 2022 16:13 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Sampai hari ini, terdapat 12.167.624 orang telah divaksin dosis 1 dan 10.131.587 orang telah divaksin dosis 2. Meski telah divaksin, kita harus tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, serta terus waspada terhadap penularan varian Omicron yang kini tengah meningkat di Jakarta,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti dikutip dari ppid.jakarta.go.id, Kamis (17/2).
Sebagai informasi, pemberian vaksinasi booster sebanyak setengah dosis ini memang diperuntukkan untuk memperkuat imun tubuh terhadap berbagai jenis mutasi virus.
“Vaksinasi saat ini masih sangat efektif mencegah COVID-19 dan meringankan gejala yang terjadi akibat keterpaparan virus,” terang Widyastuti.
Namun ternyata pembentukan antibodi di setiap tubuh manusia bergantung pada jenis booster yang diterima.
Berdasarkan hasil penelitian Kementerian Kesehatan bersama peneliti Universitas Padjadjaran dan Universitas Indonesia, peningkatan antibodi yang terjadi pada jenis vaksin booster AstraZeneca setengah dosis dapat mencapai 23,5 kali lipat pada jarak vaksinasi 3-6 bulan dari dosis kedua
ADVERTISEMENT
Sedangkan, antibodi yang terbentuk dalam tubuh setelah 6-9 bulan dari dosis kedua dapat mencapai 49,7 kali lipat.
Begitupun dengan antibodi setelah mendapatkan booster Pfizer. Peningkatan antibodi dapat mencapai 48,9 kali lipat dari jarak 3-6 bulan setelah vaksin dosis kedua. Jika vaksinasi dosis ketiga Pfizer dilakukan setelah 6-9 bulan dari jarak vaksinasi dosis kedua, peningkatan antibodinya dapat mencapai 80,6 kali lipat.
Inilah yang menjadi alasan mengapa pemerintah mensyaratkan pemberian vaksinasi booster dilakukan 6-9 bulan setelah penerimaan dosis kedua.
“Tujuannya supaya peningkatan antibodi yang terjadi lebih tinggi dibandingkan booster pada saat kurang dari 6 bulan," pungkas Widyastuti.