Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2

ADVERTISEMENT
Dengan penyebaran virus corona (COVID-19) yang kian luas di Indonesia, berbagai upaya dilakukan guna mencegah wabah semakin parah. Masyarakat diimbau untuk menerapkan physical distancing dengan di rumah saja. Bahkan, sudah mulai banyak sekolah yang menerapkan pembelajaran daring (online) dari rumah masing-masing.
ADVERTISEMENT
Melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara daring tentunya memiliki tantangan tersendiri, karena baik guru, murid, maupun orang tua murid harus beradaptasi dengan sistem ini.
Namun, bukan berarti belajar secara daring tidak bisa efektif. Jessica Hostiadi, guru kelas 6 di sekolah Rhema En Cara Sentul City, Bogor, membagikan pengalamannya ketika menerapkan pembelajaran daring kepada kumparan, Kamis (2/4).
Jessica menyesuaikan metode belajarnya agar lebih cocok diterapkan para murid, sehingga walau belajar di rumah, para murid bisa belajar secara menyenangkan, efektif, dan tidak terlalu memberatkan.
“Tugas yang diberikan jangan bersifat paper and pen, namun lebih kepada tugas yang kreatif,” ungkapnya. “Rentang waktu yang diberikan harus lebih longgar, dan beban pekerjaannya jangan seperti di kelas, lebih dibuat bite size.”
ADVERTISEMENT
Bukan hanya memberikan tugas yang lebih kreatif, tugas yang diberikan Jessica juga menyesuaikan dengan konteks saat ini, yakni pandemi virus corona.
“Untuk pelajaran tematik misalnya, saya memberi tugas untuk membuat minuman herbal seperti kunyit asam atau wedang jahe, di mana dapat digunakan untuk penilaian menyeluruh,” lanjut Jessica.
Dari kegiatan membuat minuman herbal tersebut, Jessica memberikan tugas yang menyesuaikan dengan mata pelajaran, misalnya melakukan wawancara singkat kepada konsumen (orang tua atau saudara) untuk pelajaran bahasa Indonesia, membuat video tutorial untuk pelajaran TIK, memahami tanaman vegetatif dengan akar tinggal dalam pelajaran IPA, dan seterusnya.
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, Jessica dan para muridnya menggunakan aplikasi Google Classroom, Google Hangout, Zoom, atau minimal dengan WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Jessica dan para murid bertatap muka dengan Google Hangout atau Zoom untuk pengawasan secara online. Untuk ulangan harian, soal dibagikan hanya saat akan tes di Google Classroom.
“Buat yang tidak punya komputer, jawaban bisa ditulis di kertas, kemudian difoto dan dikirim via WhatsApp,” imbuhnya.
Jessica berpesan agar para guru agar tetap semangat menerapkan pembelajaran daring. “Yang penting dijalani dengan sukacita, kita pasti bisa bila bersama. Memberi yang terbaik untuk anak kita, mungkin tidak sempurna namun setidaknya kita berusaha,” pesannya.
Senada dengan apa yang diterapkan Jessica di kelasnya, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kemendikbud, Praptono, memberikan anjuran agar guru kreatif, inovatif, dan menyesuaikan dengan konteks situasi yang terjadi saat ini.
ADVERTISEMENT
"Mindset para guru harus diubah. Jangan lagi berorientasi pada aspek capaian kurikulum. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana agar kegiatan pembelajaran sesuai dengan kontekstual kehidupan anak itu di rumah,” ungkap Praptono saat dihubungi kumparan pada Jumat (3/4).
Praptono juga mengimbau agar para guru saling berkoordinasi dalam membuat kegiatan pembelajaran bagi murid-muridnya, agar aktivitas yang dilakukan anak-anak merupakan kompetensi dari beberapa mata pelajaran terkait dan tidak memberatkan mereka.
“Guru harus bisa bekerja sama, sehingga anak tidak jadi korban dengan banyaknya PR yang harus dia kerjakan,” lanjut Praptono.
Agar proses pembelajaran daring semakin baik, Kemendikbud juga menghadirkan portal Guru Berbagi. Dalam portal tersebut, guru dan penggerak pendidikan dapat saling berbagi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan inspirasi praktik baik pendidikan, khususnya pendidikan jarak jauh saat dianjurkan untuk belajar dan mengajar dari rumah.
"Guru juga membutuhkan contoh, bagaimana merancang Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran. Dengan portal Guru Berbagi ini, guru bisa melihat contoh-contoh baik yang sudah dilakukan guru lainnya," kata Praptono.
ADVERTISEMENT
Portal Guru Berbagi tersebut dapat diakses melalui laman https://guruberbagi.kemdikbud.go.id/ . Guru Berbagi diluncurkan secara daring pada Selasa (1/4) lalu.
“Laman ini juga bisa menjadi ruang bagi guru untuk saling berbagi semangat positif dan strategi pembelajaran yang kreatif, sehingga guru tetap dapat melakukan proses pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan sembari membantu sesama yang masih beradaptasi dalam situasi yang tidak mudah ini,” jelas Supriano, Plt. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Dalam kegiatan pembelajaran daring ini, tidak meratanya akses internet bagi setiap murid merupakan sebuah tantangan. Tidak semuanya memiliki Wi-Fi atau jaringan internet kuat di rumahnya. Praptono mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran bisa disesuaikan, misalnya dengan WhatsApp yang menghabiskan lebih sedikit kuota internet atau mengirimkan video pembelajaran sehingga anak bisa menontonnya nanti, tidak harus real-time.
ADVERTISEMENT
“Kemdikbud juga berupaya mendorong Kominfo untuk menggencarkan penyediaan internet terutama di wilayah 3T (terdepan, terpencil, dan terluar),” ujar Praptono.
Karenanya, Praptono berharap pembelajaran daring bisa dilakukan secara efektif walaupun guru dan murid berada di rumah.
“Saya harap kepada para guru untuk ciptakan inovasi dan kreativitas, pembelajaran yang kontekstual, pembelajaran yang bisa menciptakan gairah belajar pada anak di rumah,” tutur Praptono.
“Dalam suasana seperti sekarang ini, prioritas utama adalah kesehatan dan keselamatan para guru, orang tua, dan anak-anak. Ketika keadaan sudah normal kembali, kekurangan pada masa pandemik ini nanti sama-sama akan kita tangani untuk mengejar keterlambatan karena cara belajar online ini,” tutupnya.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan Kemdikbud RI
ADVERTISEMENT