Cerita Ayah Mengasuh Inka: Beri Air Tajin dan Beras Merah Pakan Burung

19 April 2018 20:23 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Inka Kusmayanti bersama ayahnya. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Inka Kusmayanti bersama ayahnya. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dedi Ismayadi (62) awalnya tak percaya anak perempuannya, Inka Kusmayanti (18), diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung lewat jalur SNMPTN. Dedi yang bekerja sebagai penggali kubur ini tak pernah bermimpi menyekolahkan Inka tinggi-tinggi.
ADVERTISEMENT
Ditemui di rumahnya di Cimahi, Jawa Barat, Dedi menceritakan perjuangannya membesarkan Inka seorang diri. Istrinya pergi karena masalah ekonomi. Namun Dedi tak mau menjelaskan lebih lanjut masalah yang dimaksud.
"Mamanya sudah ninggalin Inka dari umur 3 bulan," cerita Dedi kepada kumparan (kumparan.com) Rabu (18/4).
Menurut Dedi, saat masih bayi Inka diberi air tajin dan beras merah yang biasa digunakan sebagai pakan burung. Dia tak bisa membelikan susu formula karena harganya yang mahal.
"Dari kecil juga nggak pernah dikasih ASI. Cuma air tajin, beras merah ada kan yang buat burung itu beras merah, saya giling sendiri," katanya.
Inka Kusmayanti bersama ayahnya. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Inka Kusmayanti bersama ayahnya. (Foto: Marissa Krestianti/kumparan)
Dedi bekerja serabutan untuk menghidupi dia dan putrinya. Mulai dari jualan ikan cupang, memelihara burung tetangga, hingga menjadi penggali kubur. Dia juga sering membawa Inka bekerja di pasar.
ADVERTISEMENT
"Dulu Inka suka dibawa kerja kalau belanja ikan. Pernah saya ketiduran di mobil, pas bangun ke mana itu anak, tahu-tahunya digendong sama Polwan. Jadi Polwan itu takut Inka jatuh soalnya saya duduk di pinggir (angkot) gitu," kisahnya.
Usia Dedi yang tak lagi muda membuat dia tak bisa bekerja terlalu keras. Bila terlalu lelah seringkali asma dan hernianya kambuh. Penglihatannya juga tak lagi baik, matanya minus 16 dan kacamatanya kini sudah usang.
Meski tak bisa memberikan banyak untuk Inka, dia hanya bisa berdoa dan berharap agar putrinya bisa sukses menjadi dokter, hidup bahagia, dan jangan pernah lupa dengan 'orang kecil'.
"Saya ingin Inka bisa bantu orang tanpa melihat latar belakangnya," katanya.
ADVERTISEMENT