Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Cerita Guru SD Asal Yogya yang Berlatih Jadi Astronaut di AS
3 Juli 2018 15:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, mungkin menjadi astronaut hanya sebatas impian. Namun bila ada kemauan dan usaha, semuanya pasti bisa terjadi. Seperti yang terjadi pada seorang guru SDN Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta, bernama Nur Fitriana.
ADVERTISEMENT
Fitri, panggilan akrabnya, baru-baru ini berlatih menjadi seorang astronaut di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat. Selama lima hari, mulai tanggal 21-25 Juni 2018, Fitri mengikuti pelatihan astronaut dan luar angkasa di US Space and Rocket Center (USSRC).
Kepada wartawan, Selasa (3/7), Fitri menceritakan awal mula dirinya bisa mengikuti pelatihan tersebut. Pada tahun 2015 silam, dirinya mendapat informasi dari temannya yang merupakan salah satu alumni program Honeywell Educators at Space Academy (HESA).
Program HESA adalah program yang mempelajari berbagai macam ilmu antariksa. Saat diberikan informasi oleh temannya itu, Fitri tertarik walau sempat ragu apakah program tersebut dapat menunjang ilmunya, terutama dalam mengajar.
"Ada suatu acara berskala Asia Tenggara, lalu teman ada yang cerita. Waktu itu saya tidak berani submit karena di webnya itu kayak pelatihan jadi astronaut pergi ke bulan. Saya harus pelajari dulu dengan seksama," kata Fitri.
ADVERTISEMENT
Fitri kemudian mulai mempelajari jurnal internasional soal astronaut yang ternyata erat dengan science, technology, engineering, mathematics (STEM). Total selama 1,5 tahun Fitri mempersiapkan diri.
Hingga akhirnya pada September 2017, Fitri memberanikan diri mendaftar secara online, setelah tahu bahwa misi astronaut itu bukan hanya terbang ke angkasan namun penyelamatan bumi. Jika dikaitkan dengan pendidikan karakter dan kebiasaan, menurutnya sangat baik dan relevan dengan profesinya sebagai pendidik.
"Yang saya lampirkan artikel penelitian tentang batu baterai yang diisi kulit sayur dan buah untuk menjadi sumber listrik alternatif. Selain itu membuat jembatan dari koran bekas dan batu bata. Saya submit pembelajaran pakai barang bekas," lanjut dia.
Kemudian tanggal 28 Desember 2017, Fitri pun dinyatakan lolos seleksi. Ia menjadi satu dari 10 orang dari Indonesia yang terpilih mengikuti pelatihan tersebut.
Untuk lolos agar dapat mengikuti program HESA, Fitri harus bersaing kurang lebih dengan 2.776 pendaftar dari 67 negara di seluruh dunia. Persaingan itu melalui tes pertanyaan dan artikel.
ADVERTISEMENT
Fitri sempat tak menyangka saat dinyatakan lolos program tersebut. Fitri mengaku kaget ketika pagi-pagi buta menerima sebuah email berbahasa Inggris yang berisi pemberitahuan kalau ia terpilih untuk mengikuti Honeywell Educators at Space Academy at USSRC at Huntsville, Alabama.
"Awalnya tidak mengira bakal diterima ketika pertama kali baca email. Saya berulangkali baca, translate ke bahasa Indonesia memastikan bahwa memang benar," ucap Fitri bangga.
Akhirnya Fitri pun berangkat ke Amerika Serikat untuk mengikuti pelatihan dari 21-25 Juni 2018. Selama lima hari, Fitri mempelajari banyak hal mulai dari dilatih menjadi seorang astronout, simulasi naik pesawat ke luar angkasa, sistem mesin, dan lain sebagainya.
"Ada juga pelatihan karakter, mental, disiplin, dan ada praktik memakai teknologi serta pemanfaatan barang bekas dalam STEM. Kami lima hari menjadi astronout sungguhan," beber guru kelas 5 SD itu.
Fitri juga berkesempatan mencoba alat-alat NASA . "Kalau tidak mencoba alat (NASA) rugi besar," kata Fitri.
ADVERTISEMENT
Pelatihan tersebut menurut Fitri ada manfaatnya agar guru paham dengan STEM serta mampu mengaplikasikan metode belajar yang baik kepada siswa. Tak hanya itu, guru pun diharapkan dapat mempraktikkan sesuatu dengan benda-benda di sekitar.
Pernah Ditolak Masuk SD Namun Kini Berprestasi
Di balik prestasinya yang mentereng, ada cerita unik dari masa kecil ibu tiga anak tersebut. Fitri mengaku saat kecil pernah ditolak masuk sekolah dasar (SD) lantaran tidak punya ijazah TK.
Hingga akhirnya hanya ada satu sekolah yang mau menerimanya. Namun setelah itu, ia mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya dengan meraih juara kelas terus menerus hingga sampai SMA. Ia pun lantas bercita-cita menjadi seorang guru.
"Saya bercita-cita, saya ingin punya sekolah gratis untuk anak-anak kurang mampu dan yatim piatu,” kata Fitri.
Prestasi Fitri ini membuatnya semakin sibuk, tidak hanya kewajiban mengajar, dirinya juga diundang di berbagai kegiatan. Saat kumparan mengobrol dengannya, Fitri menjelaskan dirinya tengah di Jakarta memenuhi undangan.
ADVERTISEMENT
"Kebetulan sudah berangkat lagi ke Jakarta ada kegiatan lagi," kata Fitri.
ADVERTISEMENT
Keberangkatan Fitri ke Alabama, Amerika Serikat, diapresiasi oleh Kepala Sekolah SD Deresan, Indah Lestari. Di mata Indah, Fitri merupakan sosok guru yang inovatif dan kreatif, terutama dalam menerapkan metode mengajar.
Fitri lebih banyak mengajak muridnya dengan praktik secara langsung. Karena itu, Indah menjelaskan, murid Fitri pun semakin tertarik dengan sejumlah mata pelajaran termasuk matematika. Kepada guru-guru lain, Fitri pun tak ragu untuk membagikan ilmu yang ia dapat di luar negeri.
"Contoh pembelajaran IPA kalau harus ke sungai ya anak-anak itu diajak ke sungai. Anak-anak jadi tidak bosan," kata Indah.