Cerita Keluarga Pasien Corona di Bali yang Sembuh: Ditolak 4 RS, Diterpa Hoaks

3 April 2020 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi petugas medis yang sedang tangani corona. Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petugas medis yang sedang tangani corona. Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
ADVERTISEMENT
MHW, perempuan usia 34 tahun ini tak akan melupakan kisahnya di pertengahan bulan Maret 2020. Suami MHW yang berinisial MP (35) positif corona usai melakukan perjalanan ke luar kota.
ADVERTISEMENT
"Tanggal 13 Maret dia (suami) pulang ke Bali transit di Makassar. Posisinya batuk," kata MHW berkisah melalui sambungan telepon, Jumat (3/4).
MHW mengira suaminya itu batuk biasa. Dia menyarankan MP minum obat batuk. MHW sejak saat itu juga langsung membatasi kontak MP dengan tiga anaknya. MHW mulai memperhatikan gejala batuk MP.
Pada Minggu (15/3) suhu tubuh MP mencapai 37,8 derajat celcius. MHW khawatir dan memberi obat penurun panas kepada MP. MHW khawatir MP terjangkit virus corona. Suhu tubuhnya terus meninggi.
MHW tancap gas membawa MP ke rumah sakit pemerintah yang jadi rujukan virus corona. Di rumah sakit, MHW harus menerima kenyataan pahit. Rumah sakit rujukan menolak MP diperiksa terkait corona.
ADVERTISEMENT
Dia menyarankan MP dirontgent dan cek darah di rumah sakit lain. Saat itu, rumah sakit rujukan terbesar di Bali itu mengaku penuh.
"Suaminya terlalu dini kalau orang baru traveling lalu demam dan batuk itu corona," kata MHW meniru ucapan petugas rumah sakit yang melayani sakit suaminya.
Dengan hati gelisah, MHW menyusuri kawasan daerah rumah sakit rujukan. Mencari rumah sakit swasta terdekat. Sementara itu, demam suaminya tak kunjung reda.
Di rumah sakit swasta dokter mendiagnosa MP suspek pneunomia dan demam berdarah dengue (DBD). Dokter menyarankan MP dibawa ke rumah sakit rujukan virus corona. Surat rujukan telah diberikan.
MHW kembali membawa MP ke rumah sakit rujukan itu. Dia memberikan hasil diagnosa dokter. Namun, rumah sakit kembali menolak melakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada MP.
ADVERTISEMENT
"Ditolak lagi. Katanya "kalau suami ibu masih sehat, enggak sesak nafas. isolasi mandiri saja di rumah," kata MHW mengulang ucapan petugas rumah sakit itu.
Sungguh hati MHW patah mendengar ucapan petugas rumah sakit itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia membawa MP pulang rumah, diisolasi mandiri.
Senin (16/3), MHW menghubungi hotline penanganan virus corona Bali. Menceritakan perjalanan dinas dan kondisi suaminya secara terus terang. Dia tanya rumah sakit yang bisa merawat suaminya.
Bukan solusi MHW malah tersulut emosi. Petugas hotline meminta MP isolasi mandiri. Melakukan panggilan jika kondisi MP memburuk.
"Enggak sama dengan yang digembar-gembor kan pemerintah. Kalau ada apa-apa hubungi hotline. Kalau ada gejala hubungin hotline, apaan. Kita disuruh cari sendiri," kata MHW kesal.
ADVERTISEMENT
MHW mengontak tiga rumah sakit rujukan melalui sambungan telepon. Lagi-lagi jawaban penolakan diterima MHW. Alasannya, ruang isolasi penuh, peralatan tak siap atau sumber daya manusia tak cukup. MP meminta MHW menyerah. MHW cukup merawat MP di rumah. Demamnya dan batuknya sudah reda.
Selasa (17/3), MHW kembali membawa MP memeriksa kesehatannya. DBD sudah tak ada. Namun, diagnosa pneumonia, flek kiri dan kanan pada paru MP masih ada.
Rabu (18/3), MHW membawa MP bertemu dokter spesialias paru di sebuah rumah sakit swasta. Memohon agar MP diberi akses tes swab, menguji tes virus corona. Dokter bersedia dan MP dirawat inap.
Minggu (22/3) tiba-tiba kondisi MP drop. Suhu tubuhnya naik tajam disertai sesak. Dokter mengambil sejumlah tindakan. Antibodi pneunomia dosis tinggi diminum MP lewat infus. Butuh berhari-hari bagi MP untuk bisa bicara tenang.
ADVERTISEMENT
"Selama dalam perawatan dia ngomong kayak orang baru habis lari. Aku selalu menghubungi lewat WA tapi jarang dibalas, kayaknya kebanyakan tidur selama dalam perawatan," imbuh MHW mengenang masa kritis suaminya.
Jumat (27/3) MP dinyatakan positif corona. MHW mencoba tegar. Dia mengabari pejabat desa dan desa adat tempat dia tinggal di kawasan Denpasar. Kabar ini diharapkan membuat warga waspada, ikut menjaga kesehatan.
Sabtu (28/3) dan Minggu (29/3) MP sudah dinyatakan negatif corona. Senin (30/3) MP sembuh dan diperbolehkan kembali ke rumah.
Rupanya, hati MHW belum lega. MHW menerima kabar hoaks tentang dirinya. Beredar pesan berantai di WhatsApp yang menyatakan dia positif corona, dituding gadis pemandu lagu di sebuah karoke di Denpasar dan melakukan bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Isu-isu bohong itu membuat mental MHW terpuruk. Rekan kerja, tetangga, guru hingga orang tua sejawat anaknya meminta penjelasan kondisi MHW. MHW lelah menjelaskan dirinya tak positif corona. Melainkan suaminya namun sudah dinyatakan sehat dan sembuh.
Keluarga MHW terpaksa mengungsi ke mess tempat suaminya, berusaha mencari kenyamanan hidup. Isu itu terbukti tak benar setelah pejabat daerah memberi klarifikasi.
"Saya harus mikir suami, saya malah ketiban masalah," imbuh MHW.
Live Update Corona Episode 8. Foto: kumparan
Berkaca dari pengalaman, MHW berharap pemerintah mempermudah akses bagi warga untuk melakukan tes dan perawatan corona, menyediakan ruang isolasi yang cukup, tenaga, peralatan medis yang memadai dan memberi informasi seluas-luasnya mengenai corona kepada masyarakat.
MHW merasa beruntung masih bisa membiayai perawatan MP di rumah sakit swasta. Tentu lain cerita jika pasien kondisi keuangannya tak mapan.
ADVERTISEMENT
MHW juga berharap masyarakat bisa bijak bermedia sosial. Baginya, berita bohong malah membuat keadaan pasien dan keluarga semakin memburuk.
"Harusnya kita sama-sama berpikir positif, bersama melawan corona. Corona ini bisa dikalahkan," kata dia.
---------
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!