Cerita Ketua RT Awal Mula JPO Kolong Flyover Kalibata Ditutup

15 Februari 2025 18:13 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang warga memanjat pagar yang yang menutup jembatan penyeberangan orang di kawasan Rawajati, Kalibata, Jakarta, Senin (3/2/2025).  Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang warga memanjat pagar yang yang menutup jembatan penyeberangan orang di kawasan Rawajati, Kalibata, Jakarta, Senin (3/2/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Jembatan penyeberangan orang (JPO) di kolong Flyover Kalibata, Jakarta Selatan, ditutup pagar oleh pemerintah setempat. Hal itu dilakukan karena jembatan itu sering dijadikan sebagai tempat untuk tawuran oleh remaja.
ADVERTISEMENT
Ada dua buah pagar yang menutupi ruas jalan di jembatan itu. Penutupan dilakukan secara terbatas sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Adapun bagian pagar yang dibuka hanya sebagian kecilnya saja. Warga membungkuk jika ingin melintas.
"Karena ada yang tawuran, tawuran yang berulangkali," kata Ketua RT 2 RW 7, Mansuri, sambil menatap ke arah jembatan ketika ditemui pada Sabtu (15/2).
Suasana jembatan di bawah Flyover Rawajati yang ditutup warga karena sering terjadi tawuran. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Mansuri menambahkan, remaja yang melakukan tawuran bukanlah warganya. Mereka merupakan gabungan remaja dari sejumlah wilayah yang melakukan tawuran untuk mencari eksistensi semata. Tawuran dinilai berbahaya bagi warganya sehingga diputuskan untuk menutup akses jalan.
"Sudah membahayakan masyarakat yang ada di sini," ujar dia.
Mansuri tak menghitung secara pasti jumlah tawuran yang terjadi dalam sepekan. Dia berharap situasi dapat segera kondusif sehingga akses jalan bagi warga dapat kembali dibuka.
Suasana jembatan di bawah Flyover Rawajati yang ditutup warga karena sering terjadi tawuran. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
"Dilihat perkembangannya, kalau semakin kondusif ya lama-lama gak ada tawuran ya gak ada pintu lagi," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Penutupan JPO ini menuai pro dan kontra di kalangan warga. Ada yang mendukung karena alasan keamanan terhindar dari tawuran, sementara lainnya mengeluhkan sulitnya akses.
Warga yang kontra mengaku kesulitan untuk melintas karena harus memanjat pagar. Hal itu justru berisiko membahayakan mereka.