Cerita Mira Hayati Suka Bergelimang Emas, Tak Takut Dirampok?

Mira Hayati, pengusaha skin care di Makassar yang kerap gunakan emas. Foto: Instagram/@mirahayati29

Lagi ramai pemakaian gelimang perhiasan emas di kalangan ibu-ibu. Terlebih ada fenomena rombongan haji di Sulsel memakai sederet perhiasan emas usai pulang dari Tanah Suci. Tak hanya sampai di situ, bahkan di Madura, viral di media sosial di sebuah hajatan, terlihat video emak-emak seolah berlomba-lomba mengenakan perhiasan emas.

Kenapa mereka suka memakai perhiasan emas dalam jumlah banyak?

Mira Hayati, seorang pengusaha kosmetik asal Kota Makassar, Sulawesi Selatan, kerap menjadi perhatian publik. Sebab, dia berpenampilan glamor dengan bergelimang perhiasan emas.

Mira sempat viral di media sosial karena membeli tas emas dengan harga mencapai Rp 553 juta. Tidak sampai di situ, baru-baru ini juga membeli perhiasan emas di Tanah Suci Makkah, mencapai satu kilogram.

Kepada kumparan, Mira mengaku selama ini kerap berburu perhiasan emas lantaran hobi. Selain jadi koleksi, perhiasan emas juga dianggapnya sebagai tabungan.

"Ya, koleksi. Beli emas juga hanya sebagai tabungan," kata wanita berusia 28 tahun ini, Rabu (12/7).

Mira tak segan-segan memamerkan perhiasan yang dibelinya itu. Terlihat dari media sosialnya, dia kerap mengunggah video saat membeli hingga saat dia mengenakan perhiasan emas tersebut.

Tapi, kata Mira, perhiasan emas tersebut tak dipakainya di sembarang tempat. Dia hanya mengenakan aset itu saat menghadiri acara tertentu.

Mira tak takut pada ancaman kejahatan jalanan yang mungkin mengintai ketika dia berbalut perhiasan emas.

"Iya (tidak takut), hanya dipakai kalau ada acara saja," ujarnya.

Mira Hayati lahir pada Januari 1995, anak ketiga dari lima bersaudara. Dia sudah menikah dan memiliki empat anak.

Sebelum menjadi pengusaha, Mira pernah menjadi penyanyi dangdut. Tetapi belakangan, Mira banting setir menjadi pengusaha kosmetik dengan mendirikan MH Miracle Whitening Skin.

Power Strata Sosial

Menanggapi fenomena di atas, budayawan dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr. Ilham Daeng mengatakan emas di kalangan ibu-ibu, khususnya di Sulsel, menunjukkan power terkait strata sosial.

"Dalam konteks masyarakat Sulawesi Selatan, itu marwah. Dalam konteks itu diperankan oleh simbolik, itu simbolik sekali, kan. Yang paling mencolok mata itu, mata itu, kan, instrumen," kata Ilham.

Dorongan-dorongan kultural itu membuat mereka membuat simbol emas itu sebagai kemampuan finansial mereka. Tak hanya usai pergi haji, di acara-acara adat pun sering terlihat pemakaian emas yang bergelimang.

"Dorongan-dorongan kultural, adat dan kebiasaan, dan juga untuk menunjukkan kemampuan finansial tadi itu, buat perempuan Sulsel mempertahankan dirinya dalam ruang publik," kata Ilham.