Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Cerita Suster Filipina yang Tak Ingin Kardinal Luis Tagle Terpilih Jadi Paus
6 Mei 2025 15:25 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Jelang konklaf pada Rabu (7/5) Kardinal asal Filipina, Luis Antonio Tagle disebut-sebut sebagai kandidat kuat Paus yang baru. Jika terwujud maka Tagle mencetak sejarah sebagai Paus pertama dari Asia.
ADVERTISEMENT
Dukungan terhadap Tagle pun datang dari umat Katolik dunia. Tagle disebut-sebut sebagai pantas menjadi suksesor Paus Fransiskus lantaran punya pikiran dan tindakan yang dianggap serupa.
Meski demikian, di kampung halamannya Filipina, ada yang tidak menginginkannya terpilih jadi paus.
Orang itu adalah Suster Marilena Narvaez, yang pernah jadi guru Tagle saat kecil.
"Saya takut dengan politik di Roma," kata Suster Narvaez saat diwawancarai AFP, dikutip Selasa (6/5).
"Saya berkata kepadanya saya tidak berdoa agar dia jadi paus," katanya yang kini berusia 83 tahun.
Sementara di kota asalnya, Imus, keluarganya menolak untuk diwawancarai. Museum kecil yang didedikasikan untuk Tagle pun ditutup. Langkah itu mungkin dilakukan untuk menghormati seruan uskup setempat, untuk menghindari kampanye pencalonan Tagle sebagai paus.
ADVERTISEMENT
Pelayanan Tagle selama 2 dekade difokuskan untuk kaum miskin. Karena itulah banyak yang mendukungnya sebagai paus.
"Dia bukan santo, tapi air matanya dengan mudah jatuh untuk kaum miskin," kata warga yang menjual lilin di halaman katedral Imus, Maria Minda Ortiz.
Ia pun mengingat Tagle pernah membantu suaminya yang pengemudi becak berubah dan memeluk agama Katolik sebelum meninggal dunia.
Penjual lilin lainnya, Anna Fernandez, mengungkapkan dirinya baru berusia 8 tahun ketika Tagle yang saat itu masih pastor mencuci dan mencium kakinya saat Pekan Suci tahun 1995. Tradisi mencuci kaki adalah peragaan ulang pembasuhan kaki murid Yesus Kristus sebelum perjamuan terakhir.
Kaki kiri Fernandez mengalami atrofi karena polio. Dia menonton berita dari Roma dengan penuh harap.
ADVERTISEMENT
"Saya memberikan kaki kanan saya karena itu satu-satunya kaki yang normal. Namun dia memberi tahu saya, 'Anna, berikan kaki sebelah kiri, yang cacat'," katanya mengenang momen itu.
Tagle dikenal sebagai sosok yang progresif dan reformis. Ia bahkan menentang kebijakan perang narkoba mantan presiden Rodrigo Duterte. Saat itu, Tagle masih jadi Uskup Agung Manila.
Tak hanya itu, Tagle cukup aktif di media sosial. Pria dengan nama panggilan 'Chito' itu memiliki Facebook page yang diperbarui setiap hari dengan pesan-pesan untuk hampir 640 ribu pengikutnya.
Seperti Paus Fransiskus, Tagle, berpegang teguh pada ajaran tradisional gereja terhadap sejumlah isu seperti aborsi dan perceraian.
Dia juga menyinggung sesama uskup pada pertemuan puncak Vatikan pada 2019 terkait pelecehan seksual. Namun, kelompok pengawas minggu lalu menobatkannya sebagai satu dari dua kardinal yang tidak dapat diandalkan untuk melindungi anak-anak.
ADVERTISEMENT
Tagle Jadi Kebanggaan Filipina
Namun, harapan agar Tagle jadi paus tetap ada. Meski, Tagle sendiri meminta umat Katolik di Filipina untuk tidak terlalu berharap.
"Kardinal mengatakan kepada kami jangan terlalu berharap," kata imam, Francisco Abella Jr.
"Jika dia terpilih, maka itu akan jadi kebanggaan bagi kami orang Filipina. Tapi ada banyak pesaing," lanjutnya.
Adapun menang atau kalah, Suster Narvaez yakin Tagle dapat menerimanya dengan tenang, seperti yang dia lakukan saat lomba mengeja puluhan tahun yang lalu.
"Dia mempersiapkan diri selama 2 minggu. Dia hampir menghapal seluruh kamus Webster. Kami kalah karena satu kata: chartreuse," kata Suster Narvaez.
"Dia tidak merasa sakit hati dengan pengalaman itu. Dia melakukan yang terbaik dan itu yang terpenting.
ADVERTISEMENT