COVID-19 di Bali: Tenaga Medis Mulai Kewalahan, Pasien Melonjak Drastis

10 September 2020 17:31 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keindahan Pura Ulun Danu, Bali  Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Keindahan Pura Ulun Danu, Bali Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Kasus positif dan kematian akibat COVID-19 di Bali terus meningkat dalam dua pekan ini. Fasilitas kesehatan hampir penuh dan tenaga kesehatan sudah mulai kewalahan merawat pasien COVID.
ADVERTISEMENT
Hal ini misalnya tampak pada RSUD Wangaya. Rumah Sakit rujukan COVID-19 Kota Denpasar ini memiliki kapasitas tampung 36 bed pasien COVID namun terpaksa merawat 42 pasien COVID-19 per Kamis (10/9).
Kepala IGD RSUD Wangaya Kota Denpasar Anak Agung Bagus Dharmayuda mengatakan, Selasa (8/9) lalu IGD RSUD Wangaya terpaksa ditutup karena bed pasien COVID-19 sudah penuh. Pasien yang belum mendapatkan bed dirawat di ruang IGD.
Sementara itu, pasien non COVID-19 dengan kategori berat tetap dirawat di ruangan tersebut. Saat ini, ada 6 pasien COVID-19 yang dirawat di IGD antre mendapatkan ruangan isolasi.
Selanjutnya, Kamis (10/9), pasien lain dengan gejala ringan yang membutuhkan akses layanan IGD akan dilayani di ruang halaman IGD.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini terpaksa dilakukan karena pasien COVID-19 terus berdatangan tiap hari. Peningkatan penambahan ruang isolasi tidak sebanding dengan jumlah kedatangan atau kesembuhan pasien.
Beberapa waktu lalu, ada 4 ruang isolasi kosong tapi karena pasien di ruang tersebut telah meninggal.
"Risiko terjadi terinfeksi COVID-19 belakangan kita hitung, daripada tidak dilakukan (tindakan) meninggal lebih baik kita bertaruh saja semua," kata dia.
Yuda mengatakan, sebelum bulan September, pasien COVID-19 yang ditangani sebagain besar dengan gejala ringan dan sedang. Pasien tersebut diminta isolasi diri jika ada pasien baru.
Dalam beberapa pekan ini, pasien COVID-19 yang dirawat dengan kategori berat sehingga membutuhkan lebih banyak ruang isolasi.
Yuda berharap pemerintah provinsi Bali bisa membuat satu rumah sakit darurat untuk menangani pasien ini.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, kapasitas rumah sakit baik rujukan ataupun swasta terutama di Denpasar sudah terlalu penuh untuk menerima pasien baru.
Spanduk penutupan kawasan sementara terpasang di Pantai Kuta, Badung, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Selain itu, rumah sakit kesulitan menambah ruang isolasi tambahan. Hal ini karena diperlukan fasilitas kesehatan lain seperti tekanan negatif atau oksigen.
"Saya kebetulan di Denpasar tahu, susah sekali mau merujuk dari puskesmas sudah dan rumah sakit susah. Kalau dikatakan okupansi ratenya 100 persen saya berani bilang itu salah, okupansinya sudah di atas 100 persen. Tetap ditambah bed tidak terkejar, bingung juga kita,"
"Kalau begini kasian pasien COVID-19 tidak dapat kamar, pasien lain kasihan harus berbaur dengan COVID-19 ada kemungkinan tertular. (IGD) Gianyar sudah tutup duluan dan Tabanan juga," imbuh Yuda.
Sementara itu, Direktur Utama RS PTN UNUD, Putu Gede Purwa Samatra mengatakan, 93 persen kapasitas bed pasien COVID-19 telah digunakan.
ADVERTISEMENT
Kapasitas bed sebesar 88 bed, jumlah pasien 84 pasien, dan sisa bed 4 unit. Pasien yang dirawat sebagian besar dengan gejala sedang dan berat dengan usia di atas 40 tahun.
Sementara itu, ada 400 tenaga kesehatan mulai dari dokter, perawat, administrasi, tukang cuci hingga masak yang merawat pasien COVID-19 di Unud.
Meski demikian, Purwa mengaku sebagian besar tenaga kesehatan terutama dokter dan perawat sudah kewalahan merawat Pasien COVID-19.
Staf medis menggunakan alat pelindung diri (APD) mempersiapkan ruang isolasi khusus untuk pasien corona di Ciputra Hospital Citra Garden City, Jakarta. Foto: Dok. Ciputra
"Tenaga kesehatan yang ada kita cukupkan. Kita ada 400an tapi idealnya itu masih kurang. Kalau kewalahan pasti sudah kewalahan mereka," kata Purwa.
Sebagai salah satu pusat rumah sakit rujukan COVID-19, Purwa mengaku tidak bisa menambah bed mengantisipasi lonjakan kasus. Sebab, RS PTN UNUD terbatas ruangan.
ADVERTISEMENT
"Antisipasi yah Anggaran kita sudah habis, sudah mulai akhir tahun, idealnya sih bangun ini, bangun itu, tapi tidak bisa," kata dia.