Cuaca Buruk Gagalkan 9.000 Pelajar di Banten Pecahkan Rekor MURI Tari Kolosal

11 Desember 2024 23:02 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pelajar latihan menari kolosal untuk tampil pada acara pemecahan rekor MURI di Kabupaten Lebak, Banten. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pelajar latihan menari kolosal untuk tampil pada acara pemecahan rekor MURI di Kabupaten Lebak, Banten. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Sebanyak 9.000 ribu pelajar di Provinsi Banten batal tampil menari kolosal di acara Hari Kesehatan Nasional (HKN) dalam rangka memecahkan rekor MURI, Rabu (11/12). Acara itu diagendakan digelar di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi (KP3B) Banten, Kecamatan Curug, Kota Serang.
ADVERTISEMENT
Informasi yang diperoleh wartawan, rencananya Pemprov Banten akan menyuguhkan 24 ribu pelajar dalam pemecahan rekor MURI tersebut. Rencana itu pun kandas setelah sebanyak 3.000 pelajar dari Kabupaten Lebak, 3.000 pelajar dari Kabupaten Pandeglang dan 3.000 pelajar dari Kota Cilegon batal tampil pada H-1.
Salah seorang pelajar SMA Negeri 1 Bayah, Melani, mengaku kecewa. Ia mengatakan, tidak ada penjelasan terkait dibatalkannya perwakilan dari Kabupaten Lebak di acara tersebut.
"Kecewa banget pastinya (batal tampil). Kita juga gak tau sebab dibatalkannya apa. Minimal kita dikasih penjelasan lah sebab pembatalannya," kata Melani, Rabu (11/12).
Melani mengungkapkan, sangat bersemangat mengikuti tari kolosal dalam rangka pemecahan rekor MURI. Bersama guru dan teman-temannya lainnya telah menempuh perjalanan berjam-jam untuk hadir di acara itu.
ADVERTISEMENT
"Kita bahkan sempat nyewa penginapan. Tapi kemarin (Selasa) pas dapat info dibatalkan, ya kita balik ke Bayah," ujarnya.
Sementara itu, Pendiri Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Tari Indonesia (DPD ASETI) Provinsi Banten Endang Suhendar, menuturkan pembatalan sepihak di H-1 tampil terhadap ribuan pelajar bukan hanya menimbulkan kerugian secara materil, namun akan berdampak terhadap mental para peserta usai berlatih cukup lama.
"Tentu mereka sudah mempersiapkan diri, mulai dari persiapan sewa kostum, beli make up, booking mobil dan memesan makanan untuk gelaran acara ini. Lalu siapa yang akan bertanya jawab," kata Endang.
Untuk itu, ia mendesak agar pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembuatan kegiatan tersebut dan pihak yang menggagalkan ribuan pelajar tampil menari untuk bertanggung jawab atas persoalan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dinas Pendidikan Provinsi Banten harus meminta maaf kepada para siswa-siswi, juga kepada publik," tegasnya.
Alasan Dindikbud Banten
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten Lukman mengaku, pihaknya sengaja membatalkan ribuan pelajar dari sejumlah daerah di Banten untuk tampil menari dikarenakan faktor cuaca yang melanda wilayah Banten dan sekitarnya.
"Ya karena memang cuaca kan yang dikhawatirkan. Dan posisinya ada teman-teman di sekolah juga yang kebanjiran sehingga posisi itu membuat tidak nyaman. Sehingga ada beberapa peserta yang terpaksa kita urungkan (tampil)," ungkap Lukman.
"Ya di antaranya itu (faktor cuaca," imbuhnya.
Terkait kerugian materil yang dialami oleh para pelajar tersebut, disampaikan Lukman, hal itu bukan menjadi tanggung jawab pihaknya lantaran proses pembatalan untuk tampil menari disebabkan karena adanya force majeure (bencana).
ADVERTISEMENT
"Ketika ada force majeure ya karena itu kan bukan kesalahan kita. Jadi tidak ada lah (kompensasi), dari anggaran APBD enggak mungkin, gitu posisinya," tandas Lukman.