Cuma 1 JPO di Jalan Terpanjang di Bandung, Jalan Soekarno-Hatta

25 Juni 2024 13:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan satu-satunya JPO di Jalan Soekarno-Hatta Bandung, Selasa (25/6/2024). Foto: Robby Bounceu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan satu-satunya JPO di Jalan Soekarno-Hatta Bandung, Selasa (25/6/2024). Foto: Robby Bounceu/kumparan
ADVERTISEMENT
Di sepanjang 18,46 kilometer Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, cuma ada 1 jembatan penyeberangan orang (JPO). Itu yang kumparan temukan saat menyusuri jalan terpanjang di Bandung itu pada Selasa (25/6).
ADVERTISEMENT
Satu-satunya JPO itu ada di kawasan Metro, dekat Rumah Sakit Al-Islam. Itu pun kondisinya kurang layak: Tidak ada lift, tidak ada atap, karat di mana-mana.
Jalan yang secara resmi namanya adalah Jalan Nasional III itu—warga menyebutnya "Jalan Bypass (dari kata by pass)" punya empat ruas jalan dan terbentang dari Bundaran Cibiru hingga Bundaran Pal Tiga di dekat Cibeureum.

Pengalaman Menyeberang

Nabila dan Seila, Mahasiswi Kampus 2 UIN Sunan Gunung Djati, Bandung yang rutin menyeberang di Jalan Soekarno-Hatta Bandung saat ditemui Selasa (25/6/2024). Foto: Robby Bounceu/kumparan
Perasaan khawatir saat menyeberang itu dirasakan Nabila (19 tahun) dan Seila (19) yang merupakan mahasiswi Kampus 2 UIN Sunan Gunung Djati.
“Rutin hampir tiap hari [menyeberang], kalau pulang. Karena ke kampusnya pakai umum, naik angkot. Ngekosnya di deket Kampus 1, Cibiru,” kata Nabila.
Dia juga mengaku kerap merasa was-was saat menyeberang di sana. Sebab banyak kendaraan besar yang melintas dengan cepat.
ADVERTISEMENT
“Ya was-was, deg-degan juga. Karena kan jalur cepat, terus banyak kendaraan-kendaraan besar juga jadi agak khawatir,” kata Nabila.
Penampakan satu-satunya JPO di Jalan Soekarno-Hatta Bandung, Selasa (25/6/2024). Foto: Robby Bounceu/kumparan
Mengenai hal tersebut, Nabila dan Seila berharap pemerintah dapat membuat alternatif jalur penyeberangan. Agar mereka tidak mesti merasakan takut ketika pulang dari kampus menuju kos-kosannya.
“Berharapnya ada dibikin alternatif penyeberangan seperti JPO itu, kan. Soalnya agak gak efektif juga, [Lewat] empat jalur malah kalau mau sampai di seberang sana,” kata Nabila.
“Sama, semoga ada alternatif untuk kami yang rutin menyeberang,” sambung Seila.