Debat Kedua Pilgub Jabar: 4 Paslon Janji Majukan Kebudayaan Jawa Barat

17 November 2024 0:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Debat Kedua Pilgub Jawa Barat 2024. Foto: dok. KPU
zoom-in-whitePerbesar
Debat Kedua Pilgub Jawa Barat 2024. Foto: dok. KPU
ADVERTISEMENT
Debat kedua pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Barat baru saja usai. Para calon sudah saling tanya jawab terkait visi dan misi program mereka pada debat yang mengusung tema utama 'Budaya Inovatif yang Gemah Ripah, Repeh, Rapih'.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah jawaban dari masing-masing pasangan calon itu:

Acep-Gita Luncurkan Program Jayanti untuk Para Pelaku Industri Kreatif

Pasangan calon nomor urut 1, Acep Adang Ruhiyat dan Gitalis Dwi Natarina pada akhir debat meluncurkan program Jayanti, Jaminan Layanan Industri Kreatif.
Pasangan bakal calon Gubernur Jawa Barat dan Wakil Gubernur Jawa Barat Acep Adang bersama Gitalis Dwi Natarina memberikan keterangan pers sebelum menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat, Jumat (31/8/2024). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Gita menjelaskan, program ini berisi seabrek rencana mulai membangun gedung kreatif hingga memberi beasiswa untuk para pelaku seni.
"Program utama Jayanti: 27 gedung kreatif terpadu, di antaranya 5 bertaraf internasional, inkubator kreatif untuk pelaku budaya kreatif. hibah dana kreatif, bantuan dana hibah untuk dukung proyek seni dan usaha kreatif, dan beasiswa untuk pelaku seni budaya," ucap Gita.

Jeje-Ronal Ambil Falsafah Cirebon untuk Majukan Budaya Jawa Barat

Pasangan calon nomor urut 2, Jeje Wiradinata dan Ronal Surapraja mengambil falsafah asal nama Cirebon, yang berasal dari kata Caruban, artinya bersatu padu.
Paslon nomor urut 02 Jeje Wiradinata dan Ronal Surapradja menyampaikan visi dan misi Debat Pilgub Jawa Barat 2024 di Gedung Graha Sanusi Kampus Universitas Padjadjaran, Bandung, Senin (11/11/2024). Foto: Youtube/KPU Provinsi Jawa Barat
Dengan falsafah itu, mereka berharap mampu mewujudkan inovasi budaya Jawa Barat yang maju dalam keberagaman.
ADVERTISEMENT
"Dengan konsep itu, maka pembangunan yang akan kami lakukan budaya, keragaman ,suku agama, dan hidup berdampingan. Membangun budaya inovatif, budaya Jawa Barat, gemah ripah, repeh, rapih. Itu yang dimaksud Jabar untuk semua," ucap Ronal.

Syaikhu-Habibie Ingin Singkirkan Intoleransi dari Jawa Barat

Pasangan calon nomor urut 3 Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie menitikberatkan pembangunan inovasi budaya Jawa Barat dari aspek-aspek keragaman. Maka, mereka harus menyingkirkan segala bentuk intoleransi yang mengancam.
Bagi mereka, intoleransi adalah hambatan bagi pembangunan Jawa Barat.
Paslon nomor urut 03 Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie menyampaikan visi dan misi Debat Pilgub Jawa Barat 2024 di Gedung Graha Sanusi Kampus Universitas Padjadjaran, Bandung, Senin (11/11/2024). Foto: Youtube/KPU Provinsi Jawa Barat
"Akibat intoleransi bisa jadi penghinaan dan kegaduhan, nanti tak bisa kerja sama. Yang diperlukan adalah menciptakan suasana kondusif untuk pencipta, pelaku, dan pengguna inovasi kerja sama, agar kita bisa menyelesaikan masalah dan jawab tantangan masa mendatang," ucap Ilham.
ADVERTISEMENT

Dedi-Erwan: Kembalikan Fungsi Pembangunan pada Habitatnya!

Pasangan calon nomor urut 4, Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan punya pandangan untuk mengembalikan fungsi-fungsi pembangunan pada habitatnya. Mereka melihat, di Jawa Barat sekarang telah terjadi penggundulan hutan, dan sawah-sawah yang tergusur atas nama pembangunan.
Paslon nomor urut 04 Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan menyampaikan visi dan misi Debat Pilgub Jawa Barat 2024 di Gedung Graha Sanusi Kampus Universitas Padjadjaran, Bandung, Senin (11/11/2024). Foto: Youtube/KPU Provinsi Jawa Barat
Maka, untuk mewujudkan Jawa Barat sesuai ideal mereka, fungsi pembangunan harus kembali ke habitatnya.
"Diperlukan kebijakan yang fundamen, yakni mengembalikan Jabar pada jati dirinya, jati diri masyarakat hutan, jati diri masyarakat perkotaan, jati diri pesisir, dan jati diri masyarakat persawahan," kata Dedi.
Mereka melempar jargon 'Lembur Diurus, Kota Ditata', harapannya dengan penataan itu, ekonomi dari masing-masing masyarakat akan ikut bergerak.
"Kalau sudah kembali, maka angka ekonomi akan tumbuh seiring pertumbuhan kebudayaan masyarakat itu sendiri," kata Dedi.
ADVERTISEMENT